Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 November 2015
Baca: Mazmur 67:1-8
"Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita, kiranya Ia menyinari kita dengan wajah-Nya," Mazmur 67:2
Jika diajukan satu pertanyaan kepada orang percaya: "Apa tema khotbah yang paling disukai dan ditunggu-tunggu?" Hampir semua orang akan menjawab: berkat, kesuksesan atau keberhasilan. Ketika hal inilah yang selalu menjadi topik utama dalam setiap perbincangan di antara orang percaya. Adakah di antara kita yang menolak berkat dari Tuhan dengan berkata, "Stop Tuhan...Jangan memberkati aku terus-menerus, ini sudah lebih dari cukup."? Namun yang sering kita katakan, "Berkat Tuhan kok cuma segini doang?" Kita protes dan komplain kepada Tuhan karena merasa belum diberkati jika keadaan kita tetap saja tidak ada peningkatan. Kita berkata demikian karena kita menilai dan mengukur berkat Tuhan semata-mata berdasarkan besarnya materi atau kekayaan.
Sesungguhnya berkat utama dan terbesar bagi orang percaya adalah pengampunan dosa dan keselamatan, sementara berkat materi atau kekayaan hanyalah 'bonus' yang diberikan Tuhan bagi orang percaya, sehingga "...engkau akan tercengang dan akan berbesar hati, sebab kelimpahan dari
seberang laut akan beralih kepadamu, dan kekayaan bangsa-bangsa akan
datang kepadamu." (Yesaya 60:5). Tuhan memberkati umat-Nya dengan kelimpahan materi bukan tanpa maksud. Ini adalah bagian dari cara Tuhan memulihkan keadaan umat-Nya supaya dapat hidup selayaknya sebagai anak-anak Raja dan menjadi kesaksian bagi dunia; artinya berkat tersebut bukan hanya untuk diri sendiri, tapi harus menjadi saluran berkat bagi jiwa-jiwa. "Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau
serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat." (Kejadian 12:2), dan juga untuk mendukung pekerjaan Tuhan di muka bumi ini, sebab untuk memberitakan Injil ke seluruh dunia sangat membutuhkan dana yang tidak sedikit.
Belajarlah dari jemaat Makedonia. Meski keadaan mereka tidak berlebih tapi hati mereka terbeban untuk mendukung pelayanan penginjilan, bahkan "Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan." (2 Korintus 8:5a).
"supaya jalan-Mu dikenal di bumi, dan keselamatan-Mu di antara segala bangsa." Mazmur 67:3
Thursday, November 19, 2015
Wednesday, November 18, 2015
HIDUP BERUBAH: Melupakan Masa Lalu
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 November 2015
Baca: Filipi 3:1b-16
"Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus," Filipi 3:8b
Rasul Paulus menegaskan, "...siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17), artinya kita harus menanggalkan manusia lama dan hidup sebagai manusia yang baru. Salah satu upaya menanggalkan manusia lama adalah melupakan masa lalu seperti yang dilakukan rasul Paulus ini, "...aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku," (Filipi 3:13). Masa lalu sudah berlalu dan tak mungkin terulang kembali karena waktu terus berjalan maju. Ada sebagian orang yang membangga-banggakan masa lalu karena diwarnai prestasi dan kejayaan. Tetapi ada pula yang sulit sekali melupakan masa lalu karena penuh kegagalan atau hal-hal yang menyayat hati sehingga menimbulkan trauma yang berkepanjangan. Jika kita terus dibayang-bayangi oleh masa lalu sampai kapan pun kita tidak akan pernah move on.
Sejak berjumpa Kristus Paulus mengalami perubahan hidup sehingga bisa berkata bahwa masa lalu atau segala sesuatu yang telah ia raih di luar Kristus tak lebih dari sampah yang tidak berguna, "...apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya." (Filipi 3:7-8a). Hidup kita pun akan berubah jika kita punya penyerahan diri penuh kepada Tuhan dan mengalami jamahan tangan Tuhan, sebab jamahan-Nya selalu membawa perubahan, pemulihan, kesembuhan dan mujizat. Paulus, yang dulunya adalah penganiaya jemaat, kini mengabdikan seluruh hidupnya bagi Kristus dan rela mati bagi Dia.
Supaya dapat mengalami perubahan hidup yang sesungguhnya kita harus turut disalibkan bersama Kristus, memiliki penyerahan diri kepada Tuhan, punya tekad kuat untuk meninggalkan masa lalu atau kehidupan lama. Jika kita sudah meninggalkan kehidupan lama jangan menoleh ke belakang lagi seperti isteri Lot, yang akhirnya menjadi tiang garam (baca Kejadian 19:26).
"...aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku." Galatia 2:20a. Inilah arti perubahan hidup.
Baca: Filipi 3:1b-16
"Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus," Filipi 3:8b
Rasul Paulus menegaskan, "...siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang." (2 Korintus 5:17), artinya kita harus menanggalkan manusia lama dan hidup sebagai manusia yang baru. Salah satu upaya menanggalkan manusia lama adalah melupakan masa lalu seperti yang dilakukan rasul Paulus ini, "...aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku," (Filipi 3:13). Masa lalu sudah berlalu dan tak mungkin terulang kembali karena waktu terus berjalan maju. Ada sebagian orang yang membangga-banggakan masa lalu karena diwarnai prestasi dan kejayaan. Tetapi ada pula yang sulit sekali melupakan masa lalu karena penuh kegagalan atau hal-hal yang menyayat hati sehingga menimbulkan trauma yang berkepanjangan. Jika kita terus dibayang-bayangi oleh masa lalu sampai kapan pun kita tidak akan pernah move on.
Sejak berjumpa Kristus Paulus mengalami perubahan hidup sehingga bisa berkata bahwa masa lalu atau segala sesuatu yang telah ia raih di luar Kristus tak lebih dari sampah yang tidak berguna, "...apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya." (Filipi 3:7-8a). Hidup kita pun akan berubah jika kita punya penyerahan diri penuh kepada Tuhan dan mengalami jamahan tangan Tuhan, sebab jamahan-Nya selalu membawa perubahan, pemulihan, kesembuhan dan mujizat. Paulus, yang dulunya adalah penganiaya jemaat, kini mengabdikan seluruh hidupnya bagi Kristus dan rela mati bagi Dia.
Supaya dapat mengalami perubahan hidup yang sesungguhnya kita harus turut disalibkan bersama Kristus, memiliki penyerahan diri kepada Tuhan, punya tekad kuat untuk meninggalkan masa lalu atau kehidupan lama. Jika kita sudah meninggalkan kehidupan lama jangan menoleh ke belakang lagi seperti isteri Lot, yang akhirnya menjadi tiang garam (baca Kejadian 19:26).
"...aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku." Galatia 2:20a. Inilah arti perubahan hidup.
Subscribe to:
Posts (Atom)