Monday, November 16, 2015

CEPAT BERUBAH SIKAP

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 November 2015

Baca:  Keluaran 15:1-21

"Siapakah yang seperti Engkau, di antara para allah, ya TUHAN; siapakah seperti Engkau, mulia karena kekudusan-Mu, menakutkan karena perbuatan-Mu yang masyhur,"  Keluaran 15:11

Banyak orang Kristen beranggapan bahwa setelah mengikut Tuhan semua masalah, penderitaan, kesusahan, pencobaan, kesukaran, tantangan dan sebagainya pasti berlalu dan tidak ada lagi, sehingga ketika kembali dihadapkan pada situasi-situasi yang sulit mereka pun tidak siap;  dampaknya bisa langsung ditebak:  bersungut-sungut, mengomel, menyalahkan Tuhan dan akhirnya memberontak kepada Tuhan.  Rasul Paulus mengingatkan,  "Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya."  (1 Korintus 10:13).

     Bangsa Israel mengalami hal yang serupa:  mengalami mujizat dan pertolongan Tuhan yang ajaib.  "Kereta Firaun dan pasukannya dibuang-Nya ke dalam laut; para perwiranya yang pilihan dibenamkan ke dalam Laut Teberau. Samudera raya menutupi mereka; ke air yang dalam mereka tenggelam seperti batu."  (Keluaran 15:4-5).  Karena memperoleh kemenangan yang gilang-gemilang mereka pun bersorak-sorai penuh sukacita memuliakan Tuhan.  "TUHAN itu kekuatanku dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku. Ia Allahku, kupuji Dia, Ia Allah bapaku, kuluhurkan Dia. TUHAN itu pahlawan perang; TUHAN, itulah nama-Nya."  (Keluaran 15:2-3).  Mereka berpikir sisa perjalanan menuju Kanaan mulus tanpa aral.  Namun setelah menempuh perjalanan ke padang gurun Syur tiga hari lamanya mereka tidak mendapatkan air sehingga kehausan, bahkan sampai di Mara mereka mendapati air yang rasanya pahit.

     Bagaimana sikap bangsa Israel?  Apakah tetap bisa memuji-muji Tuhan?  Tidak!  Dengan secepat kilat sikap mereka berubah!  Mereka kembali bersungut-sungut, mengeluh dan kecewa.  Mereka tidak bisa menerima keadaan itu.

Ketika masalah kembali terjadi kita seringkali begitu mudah melupakan kebesaran kuasa Tuhan!

Sunday, November 15, 2015

JANGAN REMEHKAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 November 2015

Baca:  Markus 6:1-6a

"Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon?...Lalu mereka kecewa dan menolak Dia."  Markus 6:3

Adalah sifat manusia selalu memandang dan menilai segala sesuatu dari sisi luarnya saja, karena itu mereka menghormati dan menghargai sesamanya berdasarkan status sosial.  Sementara orang yang tampak biasa cenderung diremehkan dan disepelekan.

     Hal ini juga dialami Yesus, Putera Allah yang datang dari sorga ke dunia dalam wujud sebagai manusia biasa dan menjadi saudara dari orang biasa, Ia pun dipandang rendah.  Yesus dinilai tak lebih dari anak tukang kayu, suatu profesi yang tidak terpandang di mata manusia.  Janganlah sekali-kali kita meremehkan atau memandang rendah orang lain yang secara kasat mata tampak sederhana dan tak punya keistimewaan apa-apa seperti yang diperbuat orang-orang Nazaret yang menghina Yesus,  "Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu? Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya? Dan mujizat-mujizat yang demikian bagaimanakah dapat diadakan oleh tangan-Nya?"  (ayat 2).  Bukankah banyak orang Kristen berlaku demikian?  Memilih-milih pembicara saat datang beribadah.  Bila yang berkotbah hamba Tuhan terkenal dan tampak perlente kita begitu menghormati, mengagumi dan mengidolakannya.  Tetapi ketika yang berkotbah hamba Tuhan sederhana, kurang terkenal, biasa dan tidak ada istimewanya menurut pemandangan kita, kita pun kurang menghargai dan menyepelekan dia.  Bila yang kita cari dan kagumi adalah manusia suatu saat kita pasti kecewa, karena manusia bisa bisa saja menipu dan mengenakan  'topeng'.  Manusia yang dari luar tampak hebat dan luar biasa belum tentu hidupnya dikenan oleh Tuhan.

     Samuel pun memiliki penilaian yang salah ketika diutus Tuhan untuk memilih salah satu anak Isai untuk diurapi menjadi raja.  Begitu melihat Eliab, yang fisiknya gagah perkasa, ia pun berpikir,  "Sungguh, di hadapan TUHAN sekarang berdiri yang diurapi-Nya."  (1 Samuel 16:6).  Namun justru Daudlah, anak bungsu Isai yang pekerjaannya sebagai penggembala domba dan sangat sederhana, yang dipilih Tuhan menjadi raja, karena Daud memiliki kehidupan yang berkenan di hati Tuhan.

"Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."  1 Samuel 16:7b