Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 November 2015
Baca: Galatia 1:11-24
"Di hadapan Allah kutegaskan: apa yang kutuliskan kepadamu ini benar, aku tidak berdusta." Galatia 1:20
Injil lain yang diajarkan guru-guru palsu telah terkontaminasi dengan tradisi, yang menyatakan bahwa jalan menuju keselamatan adalah iman, melakukan hukum Taurat dan tradisi. Mereka menyatakan bahwa anugerah keselamatan Tuhan Yesus harus ditambah dengan sesuatu yang lain lagi. Tradisi dalam konteks jemaat di Galatia adalah perihal sunat. Inilah yang membuat Paulus terheran-heran, mengapa jemaat Galatia begitu mudahnya percaya dan berpaling kepada Injil lain yang diajarkan guru-guru palsu. Padahal jemaat Galatia telah mendapatkan hak istimewa diajar langsung oleh guru terbesar gereja mula-mula yaitu rasul Paulus, yang telah mengajarkan Injil Kristus dengan setia dan tanpa pamrih.
Kondisi seperti inilah yang mungkin sedang terjadi dan masih dilakukan banyak orang Kristen sampai hari ini. Ada bentuk-bentuk tradisi yang masih saja mengikat hidup mereka dan enggan sekali dilepaskan. Kamus Besar Bahasa Indonesia menulis bahwa tradisi adalah adat kebiasaan turun-temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan dalam kehidupan masyarakat. Sering dijumpai ketika hendak pindahan rumah mereka masih mencari hari 'baik' dengan bertanya kepada dukun atau orang pintar; ketika mau menikahkan anaknya para orangtua masih mencocokkan 'weton', melihat peruntungan ke suhu-suhu, percaya kepada primbon-primbon, hongsui/feng shui, ramalan bintang dan sebagainya, sementara mereka masih juga menjalankan ibadah sebagaimana biasanya.
Apa yang dilakukan ini sama artinya masih enggan meninggalkan 'Mesir', lambang dari cara hidup dunia, dan tetap saja 'menjamah apa yang najis'. Menjamah yang najis bukan semata-mata berbicara tentang dosa perzinahan secara fisik tapi juga perzinahan secara rohani, atau tidak sepenuhnya percaya kepada kuasa Tuhan dan memberhalakan sesuatu. Ini berbahaya sekali! Apa pun alsannya, tindakan kompromi terhadap cara hidup dunia adalah bertentangan dengan kebenaran Injil.
Kita telah ditebus oleh darah Kristus, berarti telah menerima kasih karunia Allah; karena itu Tuhan menuntut adanya pemisahan dari perkara-perkara duniawi supaya kita tidak terkontaminasi.
Saturday, November 14, 2015
Friday, November 13, 2015
BERPALING DARI INJIL YANG SEJATI (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 November 2015
Baca: Galatia 1:6-10
"Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil." Galatia 1:6-7
Rasul Paulus menulis surat kepada jemaat di Galatia karena ia mendengar ada guru-guru palsu yang menanamkan ajaran sesat atau 'injil lain' ke tengah-tengah jemaat. Mereka dengan sengaja menghasut jemaat agar menolak ajaran kebenaran yang disampaikan Paulus dan melawan dia dengan mempertanyakan status kerasulannya. Itulah sebabnya di awal suratnya rasul Paulus menegaskan bahwa dirinya adalah "...seorang rasul, bukan karena manusia, juga bukan oleh seorang manusia, melainkan oleh Yesus Kristus dan Allah, Bapa, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati," (ayat 1).
Disebut 'injil lain' karena ajaran yang disampaikan guru-guru palsu tersebut telah menyimpang dari esensi Injil sejati yang menegaskan bahwa manusia dibenarkan melalui iman kepada Yesus Kristus. "Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus." (Galatia 2:16). Sementara guru-guru palsu mengajarkan bahwa keselamatan dapat diperoleh bukan hanya melalui iman kepada Kristus saja, tapi perlu ditambahi dengan menaati hukum taurat, melakukan tradisi Yahudi dan juga merayakan hari-hari raya. Semua ajaran atau gagasan yang bersumber dari pikiran manusia, agama dan juga tradisi tidak bisa dicampuradukkan dengan isi Injil yang sejati. Jika hal itu dikompromikan sama artinya memutarbalikkan Injil Kristus. "Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia." (Galatia 1:8-9).
Terkutuk berarti berada di bawah hukuman Allah atau akan dimurkai Allah. Karena hasutan guru-guru palsu, keyakinan jemaat di Galatia terhadap Injil Kristus menjadi goyah dan mereka pun melakukan tindakan kompromi.
"Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu:" Efesus 2:8-9
Baca: Galatia 1:6-10
"Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, yang sebenarnya bukan Injil." Galatia 1:6-7
Rasul Paulus menulis surat kepada jemaat di Galatia karena ia mendengar ada guru-guru palsu yang menanamkan ajaran sesat atau 'injil lain' ke tengah-tengah jemaat. Mereka dengan sengaja menghasut jemaat agar menolak ajaran kebenaran yang disampaikan Paulus dan melawan dia dengan mempertanyakan status kerasulannya. Itulah sebabnya di awal suratnya rasul Paulus menegaskan bahwa dirinya adalah "...seorang rasul, bukan karena manusia, juga bukan oleh seorang manusia, melainkan oleh Yesus Kristus dan Allah, Bapa, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati," (ayat 1).
Disebut 'injil lain' karena ajaran yang disampaikan guru-guru palsu tersebut telah menyimpang dari esensi Injil sejati yang menegaskan bahwa manusia dibenarkan melalui iman kepada Yesus Kristus. "Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus." (Galatia 2:16). Sementara guru-guru palsu mengajarkan bahwa keselamatan dapat diperoleh bukan hanya melalui iman kepada Kristus saja, tapi perlu ditambahi dengan menaati hukum taurat, melakukan tradisi Yahudi dan juga merayakan hari-hari raya. Semua ajaran atau gagasan yang bersumber dari pikiran manusia, agama dan juga tradisi tidak bisa dicampuradukkan dengan isi Injil yang sejati. Jika hal itu dikompromikan sama artinya memutarbalikkan Injil Kristus. "Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia." (Galatia 1:8-9).
Terkutuk berarti berada di bawah hukuman Allah atau akan dimurkai Allah. Karena hasutan guru-guru palsu, keyakinan jemaat di Galatia terhadap Injil Kristus menjadi goyah dan mereka pun melakukan tindakan kompromi.
"Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu:" Efesus 2:8-9
Subscribe to:
Posts (Atom)