Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 November 2015
Baca: Matius 25:1-13
"Pada waktu itu hal Kerajaan Sorga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki." Matius 25:1
Melalui perumpamaan sepuluh gadis ini setiap orang percaya diingatkan agar senantiasa peka terhadap situasi zaman dan memperhatikan keadaan rohani mereka masing-masing, mengingat kedatangan Tuhan sudah sangat dekat, di mana kedatangan-Nya pada saat yang tidak diketahui dan tidak diduga. Oleh karena itu kita harus bertekun dalam iman dan selalu berjaga-jaga, supaya bila hari itu tiba kita dalam keadaan siap sedia.
Hubungan antara orang percaya dengan Kristus digambarkan seperti hubungan antara mempelai laki-laki dan wanitanya. Orang percaya adalah mempelai wanita, dan Kristus sebagai mempelai laki-laki. Dalam perumpamaan ini ada sepuluh gadis yang sedang menanti-nantikan kedatangan mempelai laki-laki. Lima gadis yang bijaksana membawa pelita dan persediaan minyak dalam buli-buli, artinya mereka dalam keadaan siap. Sementara lima gadis yang bodoh membawa pelita tapi tidak membawa persediaan minyak. Ada tertulis: "Dapatkah seorang dara melupakan perhiasannya, atau seorang pengantin perempuan melupakan ikat pinggangnya?" (Yeremia 2:32). Minyak adalah lambang persekutuan yang karib dengan Tuhan, iman yang sejati dan kebenaran hidup. Namun kelima gadis yang bodoh itu lupa membuat persiapan yang cukup untuk menyambut kedatangan mempelai laki-laki. Akibat ketidaksiapan tersebut lima gadis yang bodoh itu harus mengalami nasib yang tragis karena mengalami penolakan: "...Aku berkata kepadamu, sesungguhnya aku tidak mengenal kamu." (Matius 25:12), dan akhirnya mereka pun tidak dapat masuk ke ruang pesta perjamuan kawin.
Alkitab menyatakan bahwa kedatangan Tuhan sudah sangat dekat. "Ya, Aku datang segera!" (Wahyu 22:20), tanpa ditunda-tunda lagi. Siap sediakah kita menyambut kedatangan Kristus, sang mempelai laki-laki? Menunggu memang suatu pekerjaan yang sangat membosankan, karena itu banyak orang mengalami kegagalan dalam proses menunggu ini: merasa sudah capai dan tidak tahan lagi, akhirnya kesetiaan menjadi luntur dan 'gelora api cinta' itu pun menjadi padam.
"Karena itu, berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun akan saatnya." Matius 25:13
Sunday, November 8, 2015
Saturday, November 7, 2015
TAK SEMANGAT JALANI HIDUP
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 November 2015
Baca: Mazmur 143:1-12
"Jawablah aku dengan segera, ya TUHAN, sudah habis semangatku! Jangan sembunyikan wajah-Mu terhadap aku, sehingga aku seperti mereka yang turun ke liang kubur." Mazmur 143:7
Pesta olahraga akbar se-Asia Tenggara atau Sea Games ke-28 di Singapura sudah selesai digelar Juni lalu, di mana Thailand tampil perkasa sebagai juara umum dengan merebut 95 medali emas. Sementara kontingen Indonesia harus puas di urutan ke-5 dengan 47 medali emas; inilah prestasi terburuk sepanjang sejarah keiikutsertaan Indonesia di ajang ini.
Dalam setiap pertandingan olahraga semua atlet pasti akan menunjukkan semangat yang tinggi. Tanpa semangat mustahil seorang atlet meraih prestasi yang maksimal. Jadi semangat adalah kunci utama dalam sebuah pertandingan. Orang yang bersemangat akan terlihat dari setiap tindakan dan juga tercermin dari mimik wajahnya, sebab suasana hati akan tercermin melalui pancaran wajah; berseri-seri, antusias dan enerjik. Beda sekali dengan orang yang tak punya semangat, ia pasti akan tampak lesu, ogah-ogahan, muram, dan tak ada gairah dalam melakukan segala sesuatu. Kalau kita ingin maju dan berhasil harus memiliki semangat dalam menjalankan hidup ini, sesulit apa pun ujian dan tantangan yang ada. Semangat adalah sebuah keputusan iman ketika kita mampu melihat sisi positif atau kebaikan di balik setiap masalah. Itulah sebabnya semangat tidak mungkin kita temukan dalam diri orang yang suka mengeluh dan bersungut-sungut. Mengapa kita harus selalu semangat dalam menjalani hari-hari? Karena "Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah?" (Amsal 18:14). Ternyata, orang yang bersemangat akan mampu menanggung penderitaannya.
Jika menyadari bahwa kita dipanggil untuk menjadi berkat bagi dunia, maka sekecil apa pun tugas yang dipercayakan, baik itu pekerjaan dan juga pelayanan, kita akan mengerjakannya dengan semangat. "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." (Roma 12:11). Kalau kita punya semangat, sebesar dan seberat apa pun masalah akan mampu kita hadapi.
"Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." Filipi 4:13
Baca: Mazmur 143:1-12
"Jawablah aku dengan segera, ya TUHAN, sudah habis semangatku! Jangan sembunyikan wajah-Mu terhadap aku, sehingga aku seperti mereka yang turun ke liang kubur." Mazmur 143:7
Pesta olahraga akbar se-Asia Tenggara atau Sea Games ke-28 di Singapura sudah selesai digelar Juni lalu, di mana Thailand tampil perkasa sebagai juara umum dengan merebut 95 medali emas. Sementara kontingen Indonesia harus puas di urutan ke-5 dengan 47 medali emas; inilah prestasi terburuk sepanjang sejarah keiikutsertaan Indonesia di ajang ini.
Dalam setiap pertandingan olahraga semua atlet pasti akan menunjukkan semangat yang tinggi. Tanpa semangat mustahil seorang atlet meraih prestasi yang maksimal. Jadi semangat adalah kunci utama dalam sebuah pertandingan. Orang yang bersemangat akan terlihat dari setiap tindakan dan juga tercermin dari mimik wajahnya, sebab suasana hati akan tercermin melalui pancaran wajah; berseri-seri, antusias dan enerjik. Beda sekali dengan orang yang tak punya semangat, ia pasti akan tampak lesu, ogah-ogahan, muram, dan tak ada gairah dalam melakukan segala sesuatu. Kalau kita ingin maju dan berhasil harus memiliki semangat dalam menjalankan hidup ini, sesulit apa pun ujian dan tantangan yang ada. Semangat adalah sebuah keputusan iman ketika kita mampu melihat sisi positif atau kebaikan di balik setiap masalah. Itulah sebabnya semangat tidak mungkin kita temukan dalam diri orang yang suka mengeluh dan bersungut-sungut. Mengapa kita harus selalu semangat dalam menjalani hari-hari? Karena "Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah?" (Amsal 18:14). Ternyata, orang yang bersemangat akan mampu menanggung penderitaannya.
Jika menyadari bahwa kita dipanggil untuk menjadi berkat bagi dunia, maka sekecil apa pun tugas yang dipercayakan, baik itu pekerjaan dan juga pelayanan, kita akan mengerjakannya dengan semangat. "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan." (Roma 12:11). Kalau kita punya semangat, sebesar dan seberat apa pun masalah akan mampu kita hadapi.
"Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." Filipi 4:13
Subscribe to:
Posts (Atom)