Saturday, November 7, 2015

TAK SEMANGAT JALANI HIDUP

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 November 2015

Baca:  Mazmur 143:1-12

"Jawablah aku dengan segera, ya TUHAN, sudah habis semangatku! Jangan sembunyikan wajah-Mu terhadap aku, sehingga aku seperti mereka yang turun ke liang kubur."  Mazmur 143:7

Pesta olahraga akbar se-Asia Tenggara atau Sea Games ke-28 di Singapura sudah selesai digelar Juni lalu, di mana Thailand tampil perkasa sebagai juara umum dengan merebut 95 medali emas.  Sementara kontingen Indonesia harus puas di urutan ke-5 dengan 47 medali emas; inilah prestasi terburuk sepanjang sejarah keiikutsertaan Indonesia di ajang ini.

     Dalam setiap pertandingan olahraga semua atlet pasti akan menunjukkan semangat yang tinggi.  Tanpa semangat mustahil seorang atlet meraih prestasi yang maksimal.  Jadi semangat adalah kunci utama dalam sebuah pertandingan.  Orang yang bersemangat akan terlihat dari setiap tindakan dan juga tercermin dari mimik wajahnya, sebab suasana hati akan tercermin melalui pancaran wajah;  berseri-seri, antusias dan enerjik.  Beda sekali dengan orang yang tak punya semangat, ia pasti akan tampak lesu, ogah-ogahan, muram, dan tak ada gairah dalam melakukan segala sesuatu.  Kalau kita ingin maju dan berhasil harus memiliki semangat dalam menjalankan hidup ini, sesulit apa pun ujian dan tantangan yang ada.  Semangat adalah sebuah keputusan iman ketika kita mampu melihat sisi positif atau kebaikan di balik setiap masalah.  Itulah sebabnya semangat tidak mungkin kita temukan dalam diri orang yang suka mengeluh dan bersungut-sungut.  Mengapa kita harus selalu semangat dalam menjalani hari-hari?  Karena  "Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah?"  (Amsal 18:14).  Ternyata, orang yang bersemangat akan mampu menanggung penderitaannya.

     Jika menyadari bahwa kita dipanggil untuk menjadi berkat bagi dunia, maka sekecil apa pun tugas yang dipercayakan, baik itu pekerjaan dan juga pelayanan, kita akan mengerjakannya dengan semangat.  "Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan."  (Roma 12:11).  Kalau kita punya semangat, sebesar dan seberat apa pun masalah akan mampu kita hadapi.

"Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku."  Filipi 4:13

Friday, November 6, 2015

HIDUP DALAM KEGELISAHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 November 2015

Baca:  Mazmur 116:1-19

"Kembalilah tenang, hai jiwaku, sebab TUHAN telah berbuat baik kepadamu."  Mazmur 116:7

Ada banyak orang mengeluh susah tidur di malam hari.  Kedengarannya memang agak lucu karena tidur itu suatu pekerjaan yang paling mudah untuk dilakukan, tapi kok ada orang yang susah untuk tidur.  Itulah faktanya!  Penyakit sulit tidur disebut insomnia:  ketidakmampuan seseorang untuk tidur selama periode yang seharusnya, di saat orang lain biasanya tidur dengan lelap.  Ada beberapa sebab mengapa seseorang mengalami gangguan sulit tidur atau insomnia, salah satunya adalah faktor psikis yaitu stres.

     Sesungguhnya stres sudah menjadi bagian hidup manusia sejak dari dahulu.  Terlebih di masa-masa sekarang ini ketika hidup sudah menjadi terasa lebih berat karena masalah-masalah yang ada, banyak orang menjadi mudah stres.  Salah satu tanda stres adalah gelisah yang berlebihan.  Gelisah berarti tidak tenteram, selalu merasa kuatir, tidak tenang, tidak sabar lagi menanti, cemas.  Daud pun mengalaminya karena terus dikejar-kejar oleh Saul yang berusaha membunuhnya.  "Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku?"  (Mazmur 42:6).  Pengkotbah menyatakan bahwa ketenangan hidup lebih dari apa pun, tak bisa dinilai dengan uang.  Apalah artinya punya harta melimpah tapi hidup dalam kegelisahan dan ketidaktenangan setiap hari?  "Segenggam ketenangan lebih baik dari pada dua genggam jerih payah dan usaha menjaring angin."  (Pengkotbah 4:6).  Bagaimanapun juga masalah dan penderitaan adalah bagian dari hidup manusia, karena tak ada manusia di bumi ini yang tidak pernah berhadapan dengan masalah.  Tetapi tetap tenang dan tidak gelisah adalah sebuah keputusan dan pilihan hidup.

     Jika kita mau mempercayakan hidup dan menyerahkan semua persoalan kepada Tuhan, kita tidak akan gelisah dan tetap tenang dalam menjalani hidup ini, sebab kita percaya  "...tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar;"  (Yesaya 59:1).  Kunci terbebas dari stres dan mengalami ketenangan hidup adalah senantiasa dekat dengan Tuhan.

"Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku."  Mazmur 62:6