Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Oktober 2015
Baca: Mazmur 1:1-6
"Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik,
yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam
kumpulan pencemooh," Mazmur 1:1
Hidup berbahagia dan diberkati adalah dambaan setiap orang, tanpa terkecuali. Namun untuk memiliki kehidupan yang berbahagia dan diberkati bukanlah perkara mudah, ada harga yang harus kita bayar sebagaimana disampaikan oleh pemazmur. Hidup kita akan diberkati dan berbahagia apabila kita tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, tidak berdiri di jalan orang berdosa dan tidak berada dalam kumpulan pencemooh.
Orang fasik adalah orang yang tidak beriman, tahu tentang Tuhan dan firman-Nya tapi tidak mau melakukannya; orang berdosa adalah orang yang melakukan kejahatan dan hidup menuruti hawa nafsunya. Sementara pencemooh adalah orang yang kesukaannya mencari-cari kesalahan, menghakimi, mengejek, mengritik, menggosip dan merendahkan sesamanya; orang seperti ini mudah sekali menemukan selumbar di mata orang lain tapi tidak dapat melihat balok matanya sendiri. Mereka juga meremehkan dan memandang rendah kebenaran Tuhan. Orang fasik, orang berdosa dan pencemooh adalah gambaran dari kehidupan duniawi.
Selama kita masih hidup sama seperti ketiga jenis orang tersebut maka berkat Tuhan akan semakin menjauh dari kehidupan kita, tetap bila kita "...kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam." (ayat 2), dengan kata lain kita menjadikan firman Tuhan sebagai hal yang terutama dan lebih berharga dari apa pun sehingga kita mau merenungkannya dengan sepenuh hati, maka kita sedang hidup dalam perjanjian berkat Tuhan dan disebut sebagai orang yang berbahagia. Siang dan malam berarti setiap hari, bukan hanya sehari dua hari, atau saat perlu saja, namun di segala situasi atau keadaan, dan secara konsisten. Inilah kunci hidup terberkati! Bahkan keberadaan orang yang suka merenungkan firman Tuhan itu diibaratkan "...seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan
buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang
diperbuatnya berhasil." (ayat 3).
Ingin diberkati? Jangan menjadi bagian dari orang fasik, orang berdosa atau pun pencemooh!
Saturday, October 10, 2015
Friday, October 9, 2015
SEDIKIT TAPI BENAR: Itu Lebih Baik
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Oktober 2015
Baca: Mazmur 37:16-26
"Lebih baik yang sedikit pada orang benar dari pada yang berlimpah-limpah pada orang fasik;" Mazmur 37:16
Dalam kehidupan masyarakat, umumnya orang akan menilai sesamanya dengan melihat status ekonominya, sehingga orang kaya akan lebih dihargai dan dihormati dibandingkan orang yang keadaan ekonominya biasa-biasa saja; apalagi orang yang miskin, mereka pasti tidak dianggap. Itulah dunia! Selalu menekankan pada hasil atau jumlah banyak sehingga mereka tidak peduli bagaimana mendapatkannya. Itulah sebabnya banyak orang menempuh jalan pintas demi mendapatkan harta kekayaan: mencari pesugihan, korupsi, berjudi, melakukan pemerasan, merampok, mencuri, bisnis narkoba, atau bahkan ada yang terjun ke dunia prostitusi.
Hidup bukan hanya soal apa yang bisa kita miliki, tapi cara untuk memperolehnya juga harus benar. Inilah yang seringkali diabaikan kebanyakan orang. "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?" (Matius 16:26). Apalah artinya memiliki kekayaan yang berlimpah jika untuk mendapatkan itu orang harus mengorbankan harga diri, melanggar hukum dan menyimpang dari kebenaran? Tuhan mau cara yang kita lakukan untuk mendapatkan kekayaan itu benar. Ia juga menghendaki kita mau bekerja, berusaha dan berdoa (hidup dalam kebenaran), sampai kita meraih semua yang Tuhan sediakan bagi kita. Itulah sebabnya "Lebih baik yang sedikit pada orang benar dari pada yang berlimpah-limpah pada orang fasik;" (ayat nas).
Sedikit jika disertai kebenaran suatu saat pasti akan bertambah dan mendatangkan damai sejahtera di hati. Tetapi yang banyak tanpa disertai dengan kebenaran dan hasil dari kejahatan, maka lenyapnya pun juga akan seketika atau sesaat, tanpa manfaat, tidak mendatangkan damai sejahtera dan sukacita, sebaliknya justru akan mendatangkan damai sejahtera dan sukacita, sebaliknya justru akan mendatangkan masalah dan malapetaka dalam hidup ini. "Jangan bersusah payah untuk menjadi kaya, tinggalkan niatmu ini. Kalau engkau mengamat-amatinya, lenyaplah ia, karena tiba-tiba ia bersayap, lalu terbang ke angkasa seperti rajawali." (Amsal 23:4-5).
"Lebih baik sedikit barang dengan disertai takut akan TUHAN dari pada banyak harta dengan disertai kecemasan." Amsal 15:16
Baca: Mazmur 37:16-26
"Lebih baik yang sedikit pada orang benar dari pada yang berlimpah-limpah pada orang fasik;" Mazmur 37:16
Dalam kehidupan masyarakat, umumnya orang akan menilai sesamanya dengan melihat status ekonominya, sehingga orang kaya akan lebih dihargai dan dihormati dibandingkan orang yang keadaan ekonominya biasa-biasa saja; apalagi orang yang miskin, mereka pasti tidak dianggap. Itulah dunia! Selalu menekankan pada hasil atau jumlah banyak sehingga mereka tidak peduli bagaimana mendapatkannya. Itulah sebabnya banyak orang menempuh jalan pintas demi mendapatkan harta kekayaan: mencari pesugihan, korupsi, berjudi, melakukan pemerasan, merampok, mencuri, bisnis narkoba, atau bahkan ada yang terjun ke dunia prostitusi.
Hidup bukan hanya soal apa yang bisa kita miliki, tapi cara untuk memperolehnya juga harus benar. Inilah yang seringkali diabaikan kebanyakan orang. "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?" (Matius 16:26). Apalah artinya memiliki kekayaan yang berlimpah jika untuk mendapatkan itu orang harus mengorbankan harga diri, melanggar hukum dan menyimpang dari kebenaran? Tuhan mau cara yang kita lakukan untuk mendapatkan kekayaan itu benar. Ia juga menghendaki kita mau bekerja, berusaha dan berdoa (hidup dalam kebenaran), sampai kita meraih semua yang Tuhan sediakan bagi kita. Itulah sebabnya "Lebih baik yang sedikit pada orang benar dari pada yang berlimpah-limpah pada orang fasik;" (ayat nas).
Sedikit jika disertai kebenaran suatu saat pasti akan bertambah dan mendatangkan damai sejahtera di hati. Tetapi yang banyak tanpa disertai dengan kebenaran dan hasil dari kejahatan, maka lenyapnya pun juga akan seketika atau sesaat, tanpa manfaat, tidak mendatangkan damai sejahtera dan sukacita, sebaliknya justru akan mendatangkan damai sejahtera dan sukacita, sebaliknya justru akan mendatangkan masalah dan malapetaka dalam hidup ini. "Jangan bersusah payah untuk menjadi kaya, tinggalkan niatmu ini. Kalau engkau mengamat-amatinya, lenyaplah ia, karena tiba-tiba ia bersayap, lalu terbang ke angkasa seperti rajawali." (Amsal 23:4-5).
"Lebih baik sedikit barang dengan disertai takut akan TUHAN dari pada banyak harta dengan disertai kecemasan." Amsal 15:16
Subscribe to:
Posts (Atom)