Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Oktober 2015
Baca: Keluaran 36:1-7
"Lalu Musa memanggil Bezaleel dan Aholiab dan setiap orang yang ahli,
yang dalam hatinya telah ditanam TUHAN keahlian, setiap orang yang
tergerak hatinya untuk datang melakukan pekerjaan itu." Keluaran 36:2
Tercatat demikian: "Semua laki-laki dan perempuan, yang terdorong hatinya akan membawa
sesuatu untuk segala pekerjaan yang diperintahkan TUHAN dengan
perantaraan Musa untuk dilakukan--mereka itu, yakni orang Israel,
membawanya sebagai pemberian sukarela bagi TUHAN." (Keluaran 35:29). Orang-orang Israel membawa persembahan dalam keadaan bebas dari tekanan atau paksaan. Mereka memberi persembahan dengan sukarela sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan.
Persembahan itulah yang menyenangkan hati Tuhan sehingga mujizat pun terjadi, berkat terus mengalir sehingga orang-orang yang mengerjakan pembangunan Kemah Suci berkata, "Rakyat membawa lebih banyak dari yang diperlukan untuk mengerjakan pekerjaan yang diperintahkan TUHAN untuk dilakukan." (ayat 5). Sampai-sampai Musa harus membuat pengumuman: "Tidak usah lagi ada orang laki-laki atau perempuan yang membuat sesuatu
menjadi persembahan khusus bagi tempat kudus. Demikianlah rakyat itu
dicegah membawa persembahan lagi. Sebab bahan yang diperlukan mereka telah cukup untuk melakukan segala pekerjaan itu, bahkan berlebih." (ayat 6-7).
Di zaman Perjanjian Baru persembahan sukarela juga di tunjukkan oleh Zakheus: "Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin..." (Lukas 19:8), persembahan yang tanpa direncanakan, tapi digerakkan oleh Roh Kudus. Demikian juga jemaat di Filipi, memberikan persembahan secara sukarela untuk mendukung pelayanan Paulus: "Kini aku telah menerima semua yang perlu dari padamu, malahan lebih dari
pada itu. Aku berkelimpahan, karena aku telah menerima kirimanmu dari
Epafroditus, suatu persembahan yang harum, suatu korban yang disukai dan
yang berkenan kepada Allah." (Filipi 4:18). Persembahan sukarela hanya terjadi karena gerakan atau dorongan Roh Kudus atau seseorang. Sukarela adalah dasar persembahan yang diberkati Tuhan!
"Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya
kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah
berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan." 2 Korintus 9:8
Friday, October 2, 2015
Thursday, October 1, 2015
HATI YANG TERGERAK: Persembahan Berkenan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Oktober 2015
Baca: Keluaran 35:4-29
"Ambillah bagi TUHAN persembahan khusus dari barang kepunyaanmu; setiap orang yang terdorong hatinya harus membawanya sebagai persembahan khusus kepada TUHAN:" Keluaran 35:5
Sebagaimana disampaikan Musa kepada umat Israel, persembahan yang berkenan di hati Tuhan bukanlah dilihat dari nominalnya, melainkan yang keluar dari hati yang tergerak, dilakukan dengan sukarela, bukan dalam keadaan terpaksa atau berat hati. Terpaksa adalah berbuat di luar kemauan sendiri karena terdesak oleh keadaan atau pihak lain. Rasul Paulus juga menegaskan, "Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita." (2 Korintus 9:7).
Setelah mendengar nasihat Musa itu setiap orang tergerak hatinya untuk mempersembahkan barang-barang yang dimilikinya untuk mendukung pekerjaan Tuhan, dalam rangka pembangunan Kemah Suci. "Lalu pergilah segenap jemaah Israel dari depan Musa. Sesudah itu datanglah setiap orang yang tergerak hatinya, setiap orang yang terdorong jiwanya, membawa persembahan khusus kepada TUHAN untuk pekerjaan melengkapi Kemah Pertemuan dan untuk segala ibadah di dalamnya dan untuk pakaian kudus itu." (Keluaran 35:20-21). Musa tidak memanggil semua orang untuk memberikan persembahan, tetapi hanya mereka yang tergerak hatinya saja. Mengapa? Karena untuk melakukan pekerjaan Tuhan atau melayani Dia diperlukan hati yang rela terbeban, bukan karena terpaksa. Adapun persembahan kepada Tuhan itu tidak terbatas pada materi atau uang saja, namun termasuk melayani atau mengerjakan sesuatu untuk Tuhan dengan mempersembahkan waktu, tenaga, pikiran dan seluruh keberadaan hidup kita, "...supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati." (Roma 12:1).
Tuhan tidak melihat seberapa besar persembahan materi atau seberapa hebat seseorang mengerjakan sesuatu untuk Tuhan, tetapi yang Dia cari dan inginkan dari umat-Nya adalah hati yang tergerak. Itulah persembahan yang harum di hadapan Tuhan.
Hati yang tergerak dan penuh kerelaan adalah kunci memberi persembahan bagi Tuhan!
Baca: Keluaran 35:4-29
"Ambillah bagi TUHAN persembahan khusus dari barang kepunyaanmu; setiap orang yang terdorong hatinya harus membawanya sebagai persembahan khusus kepada TUHAN:" Keluaran 35:5
Sebagaimana disampaikan Musa kepada umat Israel, persembahan yang berkenan di hati Tuhan bukanlah dilihat dari nominalnya, melainkan yang keluar dari hati yang tergerak, dilakukan dengan sukarela, bukan dalam keadaan terpaksa atau berat hati. Terpaksa adalah berbuat di luar kemauan sendiri karena terdesak oleh keadaan atau pihak lain. Rasul Paulus juga menegaskan, "Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita." (2 Korintus 9:7).
Setelah mendengar nasihat Musa itu setiap orang tergerak hatinya untuk mempersembahkan barang-barang yang dimilikinya untuk mendukung pekerjaan Tuhan, dalam rangka pembangunan Kemah Suci. "Lalu pergilah segenap jemaah Israel dari depan Musa. Sesudah itu datanglah setiap orang yang tergerak hatinya, setiap orang yang terdorong jiwanya, membawa persembahan khusus kepada TUHAN untuk pekerjaan melengkapi Kemah Pertemuan dan untuk segala ibadah di dalamnya dan untuk pakaian kudus itu." (Keluaran 35:20-21). Musa tidak memanggil semua orang untuk memberikan persembahan, tetapi hanya mereka yang tergerak hatinya saja. Mengapa? Karena untuk melakukan pekerjaan Tuhan atau melayani Dia diperlukan hati yang rela terbeban, bukan karena terpaksa. Adapun persembahan kepada Tuhan itu tidak terbatas pada materi atau uang saja, namun termasuk melayani atau mengerjakan sesuatu untuk Tuhan dengan mempersembahkan waktu, tenaga, pikiran dan seluruh keberadaan hidup kita, "...supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati." (Roma 12:1).
Tuhan tidak melihat seberapa besar persembahan materi atau seberapa hebat seseorang mengerjakan sesuatu untuk Tuhan, tetapi yang Dia cari dan inginkan dari umat-Nya adalah hati yang tergerak. Itulah persembahan yang harum di hadapan Tuhan.
Hati yang tergerak dan penuh kerelaan adalah kunci memberi persembahan bagi Tuhan!
Subscribe to:
Posts (Atom)