Wednesday, September 16, 2015

MENGIKUT KRISTUS SEPENUHNYA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 September 2015

Baca:  1 Korintus 11:1-16

"Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus."  1 Korintus 11:1

Paulus adalah teladan yang luar biasa dalam mengikut Tuhan secara total.  Oleh karena itu dia bisa berkata pada orang percaya yang lain untuk mengikuti teladannya.  Paulus tahu siapa dia dalam Kristus dan dia menjalani gaya hidup yang kudus, sehingga orang-orang dapat mengikuti teladannya untuk hidup sepenuhnya bagi Kristus sebagai Juruselamat mereka.

     Paulus memiliki kualitas hidup yang menjamin keberhasilannya bersama Tuhan.  Kita menemukan kunci-kunci kesuksesannya dalam Filipi 3:13-14:  "Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus."  Dari ayat-ayat tersebut kita tahu bahwa kualitas pertama yang menjamin kesuksesan bersama Tuhan adalah kemampuan untuk berkonsentrasi pada tujuan akhir.  Dalam kehidupan dan pelayanan Paulus dia fokus sepenuhnya pada Yesus Kristus.  Yesus adalah segalanya bagi Paulus.

     Paulus adalah orang yang sangat berpendidikan, tetapi dengan semua pendidikan dan peraihannya dia berkata,  "Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan."  (1 Korintus 2:2).  Dalam hidupnya Paulus sangat sukses dan penuh kemenangan dalam Yesus;  namun ia berkata,  "...aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya,..."  (Filipi 3:13).  Paulus sedang berkata bahwa dia tidak mendapat apa-apa di luar Kristus.  Kerinduan dan tujuan hidupnya adalah memuliakan-Nya.  Paulus berkonsentrasi pada tujuannya dan dia meraihnya, seperti dikatakannya,  "Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman."  (2 Timotius 4:7).

     Kita sebagai orang percaya harus juga memiliki kerinduan hati yang membara untuk memuliakan Tuhan Yesus Kristus dalam hidup kita, bukan mencoba meninggikan diri kita sendiri.  Kita harus memfokuskan hidup kita dalam Tuhan.  Dunia kita begitu cepat berjalan sehingga jika tidak berhati-hati kita bisa kehilangan hubungan dengan Tuhan.

Untuk mendapatkan kebesaran bersama dengan Tuhan, waktu dan konsentrasi kita harus difokuskan pada sebuah tujuan:  tujuan bagi Tuhan.

Tuesday, September 15, 2015

MEMERHATIKAN ORANG LAIN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 September 2015

Baca:  1 Yohanes 5:13-21

"Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan hidup kepadanya,..."  1 Yohanes 5:16

Jika kita tidak memerhatikan cara bekerja Roh Kudus dalam kita, kita akan menjadi orang rohani yang munafik.  Jika kita melihat orang lain gagal, dan kita mengritik serta menyalahkan mereka, dan bukannya bersyafaat bagi mereka, kita berdosa.  Pewahyuan diberikan pada kita bukan lewat ketajaman pikiran kita tetapi oleh campur tangan langsung dari Roh Kudus.  Jika kita tidak cukup peka memerhatikan sumber dari pewahyuan, kita akan jadi pengritik utama dan lupa bahwa Tuhan berkata,  "...hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan hidup kepadanya,..."  (ayat nas).  Kita harus berhati-hati jika tidak, kita akan berlaku munafik dengan menghabiskan seluruh waktu kita mencoba membuat orang lain menjadi benar di hadapan kita.

     Salah satu beban yang Allah taruh bagi kita orang kudus-Nya adalah beban untuk memiliki kepekaan terhadap jiwa orang lain.  Dia menyingkapkan hal-hal agar kita mengambil beban bagi jiwa-jiwa ini di hadapan-Nya dan agar pikiran Kristus terbentuk dalam pikiran mereka.  Saat kita bersyafaat selaras dengan kehendak-Nya, Allah berkata Dia akan memberikan hidup kepada mereka yang berdosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut.  "Ada dosa yang mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa."  (1 Yohanes 5:16b).  Jadi bukan saja kita membuat Allah sejalan dengan pikiran kita, tetapi kita sungguh-sungguh memohon sampai Allah mengungkapkan pikiran-Nya kepada kita tentang orang yang kita bawa dalam doa syafaat.

     "Saudara-saudaraku, jika ada di antara kamu yang menyimpang dari kebenaran dan ada seorang yang membuat dia berbalik, ketahuilah, bahwa barangsiapa membuat orang berdosa berbalik dari jalannya yang sesat, ia akan menyelamatkan jiwa orang itu dari maut dan menutupi banyak dosa."  (Yakobus 5:19-20).

"Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa."  Yakobus 4:17