Sunday, September 6, 2015

ALLAH MEMISAHKAN TERANG DARI GELAP

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 September 2015

Baca:  Kejadian 1:1-31

"'Jadilah terang.' Lalu terang itu jadi. Allah melihat bahwa terang itu baik, lalu dipisahkan-Nyalah terang itu dari gelap."  Kejadian 1:3-4

Tuhanlah yang memisahkan terang dari gelap.  "Dan Allah menamai terang itu siang, dan gelap itu malam. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari pertama."  (Kejadian 1:5).  Pada mulanya ketika Dia menjadikan terang, meski terang itu baik, terang itu bercampur dengan gelap dan hanya Tuhan yang dapat membedakan dan memisahkan satu dari yang lain.  Kemudian Dia memisahkan satu dari yang lain.  Kemudian Dia memisahkan keduanya, dan terang menjadi lebih nampak karena dipisahkan dari gelap ketika kegelapan kembali ke kekelaman total.

     Dalam hal rohani terang berbicara tentang ciptaan baru Tuhan.  Mari kita perhatikan  "menjelang hari Tuhan yang mendekat"  dalam Ibrani 10:24-25,  "Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik. Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat."  Hari apa yang ditulis di sini?  Itu adalah  'hari'  setelah kematian, pemakaman, kebangkitan dan kenaikan dari Tuhan Yesus Kristus.  Hari itu pasti dan telah ditetapkan, hari itu semakin dekat, dan hari itu begitu penting dalam kehidupan murid-murid Yesus karena semakin mendekat, dan sekarang semakin dekat.

     Mari kita pelajari Alkitab tentang itu - 'Hari Besar Tuhan' - yang disebut 'hari yang jahat'.  Alkitab berkata,  "Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu."  (Efesus 6:13).  Kenakan seluruh perlengkapan senjata Allah untuk menghadapi hari yang jahat karena kita harus tetap berdiri menghadapi pertempuran pada  'Hari Tuhan.' 

"Hari sudah jauh malam, telah hampir siang. Sebab itu marilah kita menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan perlengkapan senjata terang!"  Roma 13:12

Saturday, September 5, 2015

KASIH KARUNIA ALLAH BAGI PAULUS

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 September 2015

Baca:  1 Timotius 1:12-20

"Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: 'Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,' dan di antara mereka akulah yang paling berdosa."  1 Timotius 1:15

Paulus berkata,  "Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman."  (2 Timotius 4:7).  Paulus masih menyebut dirinya paling berdosa.  Kata aku menunjukkan penilaian yang tak berubah akan dirinya sendiri.  Ia tidak memiliki sesuatu pun untuk dibanggakan.  Dia bersaksi kepada orang berdosa yang lain bahwa ia bergantung sepenuhnya pada kasih karunia Allah.  Alkitab berkata:  "Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah, dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus."  (Roma 3:23-24).

     Paulus mengakui ia dibenarkan dan bergantung sepenuhnya pada kasih karunia Allah.  Lebih dari itu ia menganggap dirinya lebih buruk dari yang lain dan lebih memerlukan kasih karunia Allah daripada yang lain.  Kita bisa menganggapnya melampaui orang lain dalam menerima pewahyuan dari Tuhan.  Ini menyebabkan ia menghakimi dirinya dengan lebih keras.  Paulus berkata,  "Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri."  (Efesus 2:8-9).

     Paulus menyebut diri rasul Kristus oleh kehendak Allah, bukan karena dia baik.  Itu sebabnya Paulus berkata,  "Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada seorang manusiapun yang memegahkan diri di hadapan Allah."  (1 Korintus 1:26-29).

"Sebab bukan orang yang memuji diri yang tahan uji, melainkan orang yang dipuji Tuhan."  2 Korintus 10:18