Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 Agustus 2015
Baca: Lukas 14:7-11
"Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." Lukas 14:11
Secara umum kata rendah hati memiliki arti: sikap bijak seseorang yang dapat memposisikan dirinya tidak merasa lebih penting, lebih tinggi, lebih pintar, lebih benar dari orang lain. Salah satu ciri dari orang yang rendah hati adalah mau mendengarkan pendapat, saran dan juga kritikan dari orang lain. Sikap yang mau diajarkan adalah karakter dasar dari kerendahan hati. Sebaliknya sikap yang angkuh dan sombong cenderung membenarkan diri sendiri, merasa diri benar dan tidak mau diajar.
Orang yang memiliki kerendahan hati adalah orang yang dicari Tuhan! Itulah sebabnya Tuhan memanggil orang-orang yang biasa dan tidak terpelajar (baca Kisah 4:13) untuk menjadi alat kemuliaan-Nya, karena perlu kerendahan hati untuk mengenal dan memahami jalan-jalan Tuhan. Rasul Petrus menyatakan hal ini: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati. Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya." (1 Petrus 5:5-6). Keterbukaan dan kerelaan untuk mau belajar adalah salah satu karakteristik paling berharga yang perlu dimiliki seseorang. "TUHAN itu baik dan benar; sebab itu Ia menunjukkan jalan kepada orang yang sesat. Ia membimbing orang-orang yang rendah hati menurut hukum, dan Ia mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati." (Mazmur 25:8-9). Mengapa Tuhan mengajarkan jalan-Nya kepada orang-orang yang rendah hati? Karena orang-orang yang demikian adalah orang yang mau diajar, dikoreksi dan diluruskan jalan-jalannya.
Tuhan Yesus berkata, "Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya." (Lukas 18:17). Kita semua tahu bahwa salah satu karakteristik menonjol dari anak kecil ialah bahwa mereka mudah sekali untuk diajar. Rindu hidup Saudara dipakai oleh Tuhan? Milikilah kerendahan hati, jangan congkak atau sombong!
"Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya
itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau
nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu." Matius 11:25-26
Wednesday, August 19, 2015
Tuesday, August 18, 2015
MERDEKA: Terbebas Dari Belenggu
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Agustus 2015
Baca: Galatia 5:1-15
"Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih." Galatia 5:13
Tidak ada satu bangsa mana pun di belahan bumi ini yang mau dijajah, ditindas, ditekan oleh bangsa lain, sebab bangsa yang dijajah berarti terampas kebebasannya. Bukan hanya itu, penindasan dan penjajahan selalu mengakibatkan penderitaan dan kepahitan hidup bagi bangsa yang dijajahnya. Bukankah hal ini juga pernah dialami oleh bangsa Indonesia? Selama ratusan tahun bangsa kita harus hidup dalam tekanan dan penderitaan karena dijajah oleh bangsa lain. Bahkan bangsa Indonesia juga pernah mengalami apa yang disebut kerja paksa. Hal ini terjadi di masa penjajahan Jepang. Romusha adalah panggilan bagi orang-orang Indonesia yang dipekerjakan secara paksa pada masa penjajahan Jepang di Indonesia dari tahun 1942 hingga 1945.
Terpujilah nama Tuhan, yang telah memberi kelepasan, kelegaan dan kemerdekaan pada bangsa Indonesia 70 tahun yang lalu. Kini kita seluruh rakyat Indonesia hidup dalam kemerdekaan, dan dapat secara leluasa menentukan kebijakan dan program negara tanpa adanya tekanan atau intervensi dari pihak mana pun. Tugas kita sekarang adalah mempertahankan kemerdekaan yang telah diraih dan mengisi kemerdekaan itu dengan hal-hal yang positif demi kemajuan bangsa! Sebagai orang percaya, status kita juga adalah orang-orang yang merdeka! Melalui karya Kristus di atas kayu salib kita telah dibebaskan dan dimerdekakan dari belenggu dosa. "Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran." (Roma 6:18), "...dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah." (Roma 8:21). Oleh karena itu "Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah." (1 Petrus 2:16).
Karena kita bukan lagi sebagai hamba dosa, melainkan hamba kebenaran, maka kita pun harus hidup dalam kebenaran dan tidak lagi menyerahkan anggota-anggota tubuh kita untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, melainkan sebagai senjata kebenaran.
Merdeka berarti tidak lagi menjadi budak dosa, tapi hidup bagi kebenaran!
Baca: Galatia 5:1-15
"Saudara-saudara, memang kamu telah dipanggil untuk merdeka. Tetapi janganlah kamu mempergunakan kemerdekaan itu sebagai kesempatan untuk kehidupan dalam dosa, melainkan layanilah seorang akan yang lain oleh kasih." Galatia 5:13
Tidak ada satu bangsa mana pun di belahan bumi ini yang mau dijajah, ditindas, ditekan oleh bangsa lain, sebab bangsa yang dijajah berarti terampas kebebasannya. Bukan hanya itu, penindasan dan penjajahan selalu mengakibatkan penderitaan dan kepahitan hidup bagi bangsa yang dijajahnya. Bukankah hal ini juga pernah dialami oleh bangsa Indonesia? Selama ratusan tahun bangsa kita harus hidup dalam tekanan dan penderitaan karena dijajah oleh bangsa lain. Bahkan bangsa Indonesia juga pernah mengalami apa yang disebut kerja paksa. Hal ini terjadi di masa penjajahan Jepang. Romusha adalah panggilan bagi orang-orang Indonesia yang dipekerjakan secara paksa pada masa penjajahan Jepang di Indonesia dari tahun 1942 hingga 1945.
Terpujilah nama Tuhan, yang telah memberi kelepasan, kelegaan dan kemerdekaan pada bangsa Indonesia 70 tahun yang lalu. Kini kita seluruh rakyat Indonesia hidup dalam kemerdekaan, dan dapat secara leluasa menentukan kebijakan dan program negara tanpa adanya tekanan atau intervensi dari pihak mana pun. Tugas kita sekarang adalah mempertahankan kemerdekaan yang telah diraih dan mengisi kemerdekaan itu dengan hal-hal yang positif demi kemajuan bangsa! Sebagai orang percaya, status kita juga adalah orang-orang yang merdeka! Melalui karya Kristus di atas kayu salib kita telah dibebaskan dan dimerdekakan dari belenggu dosa. "Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran." (Roma 6:18), "...dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah." (Roma 8:21). Oleh karena itu "Hiduplah sebagai orang merdeka dan bukan seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah." (1 Petrus 2:16).
Karena kita bukan lagi sebagai hamba dosa, melainkan hamba kebenaran, maka kita pun harus hidup dalam kebenaran dan tidak lagi menyerahkan anggota-anggota tubuh kita untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, melainkan sebagai senjata kebenaran.
Merdeka berarti tidak lagi menjadi budak dosa, tapi hidup bagi kebenaran!
Subscribe to:
Posts (Atom)