Sunday, August 9, 2015

MURID SEJATI: Hati Yang Rela

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Agustus 2015

Baca:  Matius 11:25-30

"Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan."  Matius 11:29

Modal utama murid adalah hati yang rela dididik, diproses, ditempa dan dibentuk, sebab proses pembelajaran itu bukan hanya transfer knowledge, tetapi juga ada character building.  Selama kita masih mengeraskan hati dan tegar tengkuk, sampai kapan pun kita tidak akan pernah mencapai tahap menjadi murid sejati.  Ayat nas menyatakan bahwa murid harus punya kerelaan memikul kuk yang dipasang gurunya.  Kerelaan hati memberi diri untuk dipasang kuk adalah pertanda bahwa kita memiliki penyerahan diri penuh kepada Tuhan Yesus, selaku Guru Agung kita.

     Kuk adalah:  palang kayu dengan jepitan kayu vertikal yang memisahkan kedua binatang penarik sehingga bersama-sama dapat menarik beban berat;  palang kayu tunggal dengan jerat tali yang diikatkan ke leher binatang penarik.  Dengan  "kuk"  kita dipaksa tunduk atau taat, yang secara daging terasa sakit dan membuat kita sangat menderita.  Namun  "...karena Kristus telah menderita penderitaan badani, kamupun harus juga mempersenjatai dirimu dengan pikiran yang demikian, - karena barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa -,"  (1 Petrus 4:1).  Inilah yang dimaksudkan penyerahan diri:  menundukkan diri pada otoritas dan kehendak-Nya.  Dalam hal ini Tuhan Yesus telah terlebih dahulu meninggalkan sebuah keteladanan, yang  "...dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib."  (Filipi 2:8).  Oleh karena itu,  "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,"  (Filipi 2:5).  Tuhan Yesus menambahkan,  "...kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan."  (Matius 11:30), artinya berguna dan bermanfaat bagi kita.

     Menjadi murid Kristus ada harga yang harus dibayar:  korban waktu, tenaga, pikiran, serta rela melepaskan semua kenyamanan untuk belajar dari-Nya.  Jangan sampai sudah lama menjadi Kristen tapi hidup kita tetap saja belum berubah dan sama sekali tidak menunjukkan kualitas hidup yang meneladani Sang Guru.

Murid Kristus sejati  "...ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup."  1 Yohanes 2:6

Saturday, August 8, 2015

MURID SEJATI: Mendisiplinkan Diri

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Agustus 2015

Baca:  Yesaya 50:4-11

"Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid."  Yesaya 50:4b

Kata murid disebut pula anak didik, siswa, pelajar atau pengikut, biasanya anak/orang yang berkomitmen kepada orang yang berotoritas.  Sementara istilah murid yang tertulis di kitab-kitab Injil umumnya menunjuk kepada para pengikut Kristus, dan merupakan sebutan yang umum bagi mereka yang dalam gereja mula-mula disebut orang percaya.  Yang namanya murid berarti tidak luput dari proses pembelajaran, sebab tugas utamanya adalah belajar. Proses pembelajaran akan terjadi apabila seorang murid punya kesediaan untuk diajar, dilatih dan dibimbing oleh gurunya.

     Orang percaya bisa bertumbuh menjadi murid Kristus yang sejati apabila ia mau mendisiplinkan diri untuk belajar kepada Kristus;  dan semakin kita mau mendisiplinkan diri untuk dilatih, diajar dan dibimbing-Nya, semakin mudah pula Tuhan membentuk kita sesuai dengan kehendak dan rencana-Nya.  Mendisiplinkan diri dalam hal apa?  Dalam hal mengembangkan kebiasaan-kebiasaan yang baru, mulai dari cara berpikir, bertutur kata dan berperilaku.  Kita mau mendisiplinkan diri secara pribadi dengan Tuhan melalui saat teduh:  membaca dan merenungkan firman-Nya setiap hari, serta mendisiplinkan diri secara korporat melalui ibadah dan persekutuan.  "...siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang."  (2 Korintus 5:17).  Dengan kata lain kita berkomitmen untuk meninggalkan cara hidup yang lama dan hidup sebagai manusia baru di dalam Kristus, sehingga  "...kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar."  (2 Korintus 3:18).

     Kebiasaan hidup yang baru tidak akan terbentuk jika dipaksakan oleh pihak lain kepada diri seseorang, tetapi pihak kita sendiririlah yang harus berkomitmen merelakan diri untuk didisiplinkan oleh Tuhan:  mendengar suara-Nya, mematuhi perintah-Nya, mempraktekkan ajaran-Nya dan meneladani kehidupan-Nya.

Tuhan Yesus adalah Guru Agung kita, karena itu relakan dirimu diajar dan disiplin oleh-Nya!