Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 28 Juli 2015
Baca: Mazmur 145:1-21
"TUHAN itu penopang bagi semua orang yang jatuh dan penegak bagi semua orang yang tertunduk." Mazmur 145:14
Setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus menyandang predikat baru sebagai orang benar. Sebagai orang benar kita seringkali beranggapan bahwa perjalanan hidup yang kita tempuh akan terus mulus dan mustahil untuk jatuh. Tetapi Daud menulis: "TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya." (Mazmur 37:23-24). Artinya orang benar bisa saja jatuh sewaktu-waktu. Contohnya adalah kejatuhan Adam dan Hawa dalam dosa. Sebagai manusia yang diciptakan Tuhan serupa dan segambar dengan-Nya ternyata juga bisa jatuh. Tapi kejatuhan mereka adalah sebagai akibat dari ketidaktaatan mereka sendiri, karena termakan oleh tipu muslihat dari si Iblis.
Alkitab menegaskan bahwa sebagai orang percaya kita ini telah dibenarkan, dikuduskan dan ditebus di dalam Kristus Yesus. Namun bukan berarti kita dapat berjalan dengan santai tanpa gangguan. Mengapa? Karena Iblis tidak pernah berhenti berusaha untuk "...mencuri dan membunuh dan membinasakan;" (Yohanes 10:10a), ia selalu mencari kesempatan dan "...menunggu waktu yang baik." (Lukas 4:13), "...berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya." (1 Petrus 5:8). Sedikit saja orang benar lengah ia akan menjadi sasaran empuk bagi Iblis. Selama Iblis masih ada maka ada kemungkinan orang benar bisa mengalami kejatuhan bukan hanya sekali atau dua kali, bahkan bisa saja lebih. Banyak faktor yang membuat seseorang jatuh: masalah, penderitaan, pencobaan atau karena kesalahan sendiri.
Namun selama kita masih berada di zaman anugerah, Tuhan masih memberikan kesempatan kepada kita untuk bangkit. "Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, tetapi orang fasik akan roboh dalam bencana." (Amsal 24:16). Karena itu Tuhan Yesus memperingatkan: "Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah." (Matius 26:41).
"...siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!" 1 Korintus 10:12
Tuesday, July 28, 2015
Monday, July 27, 2015
MEMUJI TUHAN: Deklarasi Kemenangan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Juli 2015
Baca: Mazmur 103:1-22
"Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku!" Mazmur 103:1
Memuji Tuhan adalah cara meraih kemenangan dalam peperangan rohani, karena saat memuji Tuhan kita sedang melakukan suatu tindakan yang menjadi kebencian Iblis. Itulah sebabnya Iblis berusaha dengan segala cara mengusik orang percaya saat memuji-muji Tuhan, dengan harapan puji-pujian yang dinaikkan kepada Tuhan itu terhenti dan tersumbat. Pujian adalah simbol sebuah kemenangan, dan ketika kita menaikkan pujian bagi Tuhan berarti kita sedang mendeklarasikan iman percaya kita kepada Tuhan, saat itulah Iblis akan lari tunggang-langgang.
Banyak orang Kristen kurang menyadari pentingnya memuji Tuhan sehingga melakukan itu hanya saat ibadah saja. Di luar itu mereka jarang sekali mau memuji Tuhan, apalagi kalau sedang dihadapkan pada masalah dan kesulitan mereka cenderung dikalahkan oleh situasi, kondisi dan perasaan mereka sendiri. Ketika berada di penjara dengan kaki terbelenggu dalam pasungan yang kuat, ketika tubuh masih terluka, saat itulah terdengar puji-pujian: "...kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka." (Kisah 16:25). Dalam situasi yang berat sekalipun Paulus dan Silas mengangkat hatinya kepada Tuhan melalui puji-pujian, dan seketika itu "...terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua." (Kisah 16:26). Karena peristiwa itu pula kepala penjara beserta keluarganya percaya kepada Tuhan dan diselamatkan.
Di dalam pujian terkandung satu unsur yaitu percaya. Seseorang tidak akan memuji tanpa ada alasan yang kuat, terlebih-lebih memuji saat kondisi sulit dan tertekan. Jangan menunggu permasalahan itu lenyap baru kita mau memuji, melainkan tetaplah memuji Tuhan di tengah situasi yang tidak memungkinkan sekali pun, karena saat kita mempersembahkan korban pujian bagi Tuhan, saat itulah Roh Tuhan bekerja dengan dahsyatnya.
"Ketika itu percayalah mereka kepada segala firman-Nya, mereka menyanyikan puji-pujian kepada-Nya." Mazmur 106:12
Baca: Mazmur 103:1-22
"Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku!" Mazmur 103:1
Memuji Tuhan adalah cara meraih kemenangan dalam peperangan rohani, karena saat memuji Tuhan kita sedang melakukan suatu tindakan yang menjadi kebencian Iblis. Itulah sebabnya Iblis berusaha dengan segala cara mengusik orang percaya saat memuji-muji Tuhan, dengan harapan puji-pujian yang dinaikkan kepada Tuhan itu terhenti dan tersumbat. Pujian adalah simbol sebuah kemenangan, dan ketika kita menaikkan pujian bagi Tuhan berarti kita sedang mendeklarasikan iman percaya kita kepada Tuhan, saat itulah Iblis akan lari tunggang-langgang.
Banyak orang Kristen kurang menyadari pentingnya memuji Tuhan sehingga melakukan itu hanya saat ibadah saja. Di luar itu mereka jarang sekali mau memuji Tuhan, apalagi kalau sedang dihadapkan pada masalah dan kesulitan mereka cenderung dikalahkan oleh situasi, kondisi dan perasaan mereka sendiri. Ketika berada di penjara dengan kaki terbelenggu dalam pasungan yang kuat, ketika tubuh masih terluka, saat itulah terdengar puji-pujian: "...kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka." (Kisah 16:25). Dalam situasi yang berat sekalipun Paulus dan Silas mengangkat hatinya kepada Tuhan melalui puji-pujian, dan seketika itu "...terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua." (Kisah 16:26). Karena peristiwa itu pula kepala penjara beserta keluarganya percaya kepada Tuhan dan diselamatkan.
Di dalam pujian terkandung satu unsur yaitu percaya. Seseorang tidak akan memuji tanpa ada alasan yang kuat, terlebih-lebih memuji saat kondisi sulit dan tertekan. Jangan menunggu permasalahan itu lenyap baru kita mau memuji, melainkan tetaplah memuji Tuhan di tengah situasi yang tidak memungkinkan sekali pun, karena saat kita mempersembahkan korban pujian bagi Tuhan, saat itulah Roh Tuhan bekerja dengan dahsyatnya.
"Ketika itu percayalah mereka kepada segala firman-Nya, mereka menyanyikan puji-pujian kepada-Nya." Mazmur 106:12
Subscribe to:
Posts (Atom)