Monday, July 27, 2015

MEMUJI TUHAN: Deklarasi Kemenangan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Juli 2015

Baca:  Mazmur 103:1-22

"Pujilah TUHAN, hai jiwaku! Pujilah nama-Nya yang kudus, hai segenap batinku!"  Mazmur 103:1

Memuji Tuhan adalah cara meraih kemenangan dalam peperangan rohani, karena saat memuji Tuhan kita sedang melakukan suatu tindakan yang menjadi kebencian Iblis.  Itulah sebabnya Iblis berusaha dengan segala cara mengusik orang percaya saat memuji-muji Tuhan, dengan harapan puji-pujian yang dinaikkan kepada Tuhan itu terhenti dan tersumbat.  Pujian adalah simbol sebuah kemenangan, dan ketika kita menaikkan pujian bagi Tuhan berarti kita sedang mendeklarasikan iman percaya kita kepada Tuhan, saat itulah Iblis akan lari tunggang-langgang.

     Banyak orang Kristen kurang menyadari pentingnya memuji Tuhan sehingga melakukan itu hanya saat ibadah saja.  Di luar itu mereka jarang sekali mau memuji Tuhan, apalagi kalau sedang dihadapkan pada masalah dan kesulitan mereka cenderung dikalahkan oleh situasi, kondisi dan perasaan mereka sendiri.  Ketika berada di penjara dengan kaki terbelenggu dalam pasungan yang kuat, ketika tubuh masih terluka, saat itulah terdengar puji-pujian:  "...kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka."  (Kisah 16:25).  Dalam situasi yang berat sekalipun Paulus dan Silas mengangkat hatinya kepada Tuhan melalui puji-pujian, dan seketika itu  "...terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua."  (Kisah 16:26).  Karena peristiwa itu pula kepala penjara beserta keluarganya percaya kepada Tuhan dan diselamatkan.

     Di dalam pujian terkandung satu unsur yaitu percaya.  Seseorang tidak akan memuji tanpa ada alasan yang kuat, terlebih-lebih memuji saat kondisi sulit dan tertekan.  Jangan menunggu permasalahan itu lenyap baru kita mau memuji, melainkan tetaplah memuji Tuhan di tengah situasi yang tidak memungkinkan sekali pun, karena saat kita mempersembahkan korban pujian bagi Tuhan, saat itulah Roh Tuhan bekerja dengan dahsyatnya.

"Ketika itu percayalah mereka kepada segala firman-Nya, mereka menyanyikan puji-pujian kepada-Nya."  Mazmur 106:12

Sunday, July 26, 2015

MEMUJI TUHAN: Sebagai Korban Syukur

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Juli 2015

Baca:  Mazmur 146:1-10

"Aku hendak memuliakan TUHAN selama aku hidup, dan bermazmur bagi Allahku selagi aku ada."  Mazmur 146:2

Puji-pujian kepada Tuhan adalah bagian yang sangat vital dalam setiap peribadatan.  Meski demikian jangan sampai kita memuji Tuhan hanya sebagai syarat dalam beribadah saja.  Sebagaimana doa adalah nafas hidup orang percaya, puji-pujian pun harus menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan kita sehari-hari.  Jika kita menyadari siapa diri kita ini di hadapan Tuhan dan mengenal dengan benar siapa Tuhan kita, maka tidak ada alasan bagi kita untuk tidak memuji Tuhan.

     Memuji Tuhan dan bersyukur kepada-Nya karena sedang dalam keadaan kuat dan mampu aadalah hal yang sangat normal.  Bagaimana jika kita dalam keadaan tidak berdaya karena tertindih beban hidup yang berat atau karena sakit-penyakit, masihkah kita mau memuji Tuhan dan bersyukur kepada-Nya?  Mari kita belajar dari Daud, meski sedang terjepit dan kehilangan kekuatan,  "Seperti air aku tercurah, dan segala tulangku terlepas dari sendinya; hatiku menjadi seperti lilin, hancur luluh di dalam dadaku; kekuatanku kering seperti beling,..."  (Mazmur 22:15-16), ia tetap memaksa jiwanya untuk memuji Tuhan.  "Aku akan memasyhurkan nama-Mu kepada saudara-saudaraku dan memuji-muji Engkau di tengah-tengah jemaah:"  (Mazmur 22:23).  Bahkan ketika sedang terkepung oleh musuh sekali pun Daud tetap bisa menguasai dirinya dan tidak terpancing emosi, ia tetap mengarahkan pandangannya kepada Tuhan dan memuji Tuhan, karena percaya jika Tuhan ada di pihaknya,  "Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?"  (Mazmur 118:6).  Orang bisa berbuat apapun terhadap kita atau merancangkan hal-hal yang jahat sekalipun terhadap kita, tapi mereka takkan mampu mengubah dan menggagalkan rencana Tuhan dalam hidup kita.

     Karena itu apa pun keadaannya biarlah puji-pujian tetap ada di dalam mulut kita.  Ini menunjukkan kepada kita bahwa salah satu sifat dari puji-pujian kepada Tuhan adalah sebagai suatu korban, kita mau membayar harga, yaitu mempersembahkan puji-pujian bagi Tuhan justru saat kita berada dalam kesesakan dan penderitaan.

"Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya."  Ibrani 13:15