Saturday, July 18, 2015

MENGAMPUNI: Tidak Mengingat Kesalahan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Juli 2015

Baca:  Matius 18:21-35

"Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu."  Matius 18:35

Kalau Tuhan sudah membuang jauh-jauh segala dosa dan pelanggaran kita sejauh timur dari barat, bahkan firman-Nya berkata:  "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba."  (Yesaya 1:18), namun kita yang telah diampuni dosa-dosanya oleh Tuhan seringkali sulit mengampuni orang lain dengan sepenuh hati.  Kita masih saja mengingat-ingat kesalahan orang lain, mengungkit-ungkit apa yang telah orang lain perbuat terhadap kita, bahkan kita terus membicarakannya.

     Bila kita mengatakan bahwa kita sudah mengampuni orang lain berarti kita melakukan apa yang Tuhan sudah teladankan yaitu membuang jauh kesalahan dan pelanggaran orang lain terhadap kita, serta tidak mengingat-ingatnya lagi.  Ketika kita mengambil keputusan untuk mengampuni orang lain berarti kita juga bertekad untuk tidak lagi menyimpan luka dan sakit hati.  Kasih itu  "...tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia menutupi segala sesuatu,"  (1 Korintus 13:5b, 7).  Mengampuni berarti mempraktekkan kuasa pengampunan yang telah kita terima dari Tuhan, dan melepaskannya kepada orang lain.

     Mengampuni dan tidak lagi mengingat-ingat kesalahan orang seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan, saling terkait satu sama lain.  Jika kita masih mengingat-ingat perbuatan jahat seseorang, bagaimana ia menyakiti kita, bagaimana ia mengecewakan kita, bagaimana ia melukai kita, itu sama artinya kita belum sepenuh hati mengampuni, padahal mengampuni adalah salah satu jalan untuk kita beroleh pengampunan dari Tuhan.  Ada tertulis:  "...jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu."  (Matius 6:14-15);  artinya pengampunan yang kita peroleh dari Tuhan tidak dapat dipisahkan dari kewajiban kita mengampuni orang lain, sebab mengampuni adalah perintah Tuhan.

Syarat mutlak mendapat pengampunan dari Tuhan adalah harus mengampuni orang lain juga!

Friday, July 17, 2015

KASIH TUHAN: Dasar Pengampunan (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Juli 2015

Baca:  Lukas 6:27-36

"Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu;"  Lukas 6:27

Banyak di antara orang Kristen yang merasa diri tidak sanggup jika harus mengasihi musuh.  Memang, dengan kekuatan sendiri sampai kapan pun kita akan sulit mengasihi orang yang membenci, menyakiti atau melukai kita.  Jika demikian perlu sekali kita belajar dari apa yang telah Tuhan Yesus perbuat saat Ia disalibkan.  Terhadap orang-orang yang menganiaya, menghina, melecehkan, meludahi, menyiksa, mendera, menikam dan menyalibkan-Nya Dia tidak membalas sedikit pun, sebaliknya Ia malah berdoa dan memohonkan pengampunan bagi mereka,  "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat."  (Lukas 23:34).

     Berbicara tentang kasih berarti berbicara soal hati dan roh, karena kasih yang sempurna adalah kasih yang keluar dari ketulusan hati yang terdalam karena dorongan kuasa Roh Kudus.  Karena itu kasih yang sempurna hanya bisa dilakukan oleh orang percaya yang sudah mengalami kelahiran baru.  Namun mengapa banyak orang Kristen sulit mengasihi dan mengampuni?  Ini terjadi karena kita salah dalam memahami konsep mengasihi.  Seringkali kita beranggapan bahwa kekuatan untuk mengasihi orang lain itu berasal dari dalam diri kita, padahal firman Tuhan dengan jelas menyatakan bahwa kasih itu berasal dari Allah.  Jadi jikalau kita mampu mengasihi dan melepaskan pengampunan kepada orang lain, itu karena kasih dari Allah mengalir di dalam kita dan kita ada di dalam Dia.  "Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia."  (1 Yohanes 4:16b).  Dari pihak kita hanya dibutuhkan kemauan, sedangkan kemampuan itu diberikan oleh Allah melalui Roh Kudus-Nya.  "Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban."  (2 Timotius 1:7).  Roh Kudus yang ada di dalam kita itulah yang memampukan kita mengasihi dan mengampuni.

     Kalau sampai hari ini kita merasa berat dan sulit mengasihi dan mengampuni orang lain, mungkin kita belum tinggal sepenuhnya di dalam kasih Allah dan belum merasakan sendiri pengampunan dari Tuhan.

Bukankah Tuhan Yesus sudah mengampuni kita melalui kematian-Nya di kayu salib?  Masakan kita tidak mau mengampuni orang lain?