Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Juli 2015
Baca: Lukas 6:27-36
"Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu;" Lukas 6:27
Banyak di antara orang Kristen yang merasa diri tidak sanggup jika harus mengasihi musuh. Memang, dengan kekuatan sendiri sampai kapan pun kita akan sulit mengasihi orang yang membenci, menyakiti atau melukai kita. Jika demikian perlu sekali kita belajar dari apa yang telah Tuhan Yesus perbuat saat Ia disalibkan. Terhadap orang-orang yang menganiaya, menghina, melecehkan, meludahi, menyiksa, mendera, menikam dan menyalibkan-Nya Dia tidak membalas sedikit pun, sebaliknya Ia malah berdoa dan memohonkan pengampunan bagi mereka, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Lukas 23:34).
Berbicara tentang kasih berarti berbicara soal hati dan roh, karena kasih yang sempurna adalah kasih yang keluar dari ketulusan hati yang terdalam karena dorongan kuasa Roh Kudus. Karena itu kasih yang sempurna hanya bisa dilakukan oleh orang percaya yang sudah mengalami kelahiran baru. Namun mengapa banyak orang Kristen sulit mengasihi dan mengampuni? Ini terjadi karena kita salah dalam memahami konsep mengasihi. Seringkali kita beranggapan bahwa kekuatan untuk mengasihi orang lain itu berasal dari dalam diri kita, padahal firman Tuhan dengan jelas menyatakan bahwa kasih itu berasal dari Allah. Jadi jikalau kita mampu mengasihi dan melepaskan pengampunan kepada orang lain, itu karena kasih dari Allah mengalir di dalam kita dan kita ada di dalam Dia. "Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia." (1 Yohanes 4:16b). Dari pihak kita hanya dibutuhkan kemauan, sedangkan kemampuan itu diberikan oleh Allah melalui Roh Kudus-Nya. "Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban." (2 Timotius 1:7). Roh Kudus yang ada di dalam kita itulah yang memampukan kita mengasihi dan mengampuni.
Kalau sampai hari ini kita merasa berat dan sulit mengasihi dan mengampuni orang lain, mungkin kita belum tinggal sepenuhnya di dalam kasih Allah dan belum merasakan sendiri pengampunan dari Tuhan.
Bukankah Tuhan Yesus sudah mengampuni kita melalui kematian-Nya di kayu salib? Masakan kita tidak mau mengampuni orang lain?
Friday, July 17, 2015
Thursday, July 16, 2015
KASIH TUHAN: Dasar Pengampunan (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Juli 2015
Baca: 1 Yohanes 4:7-21
"Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi." 1 Yohanes 4:11
Alkitab menyatakan bahwa, "...kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." (1 Yohanes 4:7-8). Pernyataan 'Allah adalah kasih' berarti kasih itu sumbernya dari Allah, dan karena Dia adalah sumber kasih, Ia tidak mungkin kekurangan kasih. Pernyataan 'Allah adalah kasih' juga berarti bahwa Ia tidak dapat dipisahkan dari sifat dasarnya yaitu kasih. Itulah sebabnya Allah Mahapengasih, Mahapenyayang dan Mahapengampun. Jadi, "Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita." (1 Yohanes 4:10).
Adapun kasih Allah kepada kita adalah kasih yang tak bersyarat, buktinya: "...Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa." (Roma 5:8). Ini menunjukkan bahwa Allah mengasihi kita apa pun dan bagaimana pun keadaan kita, bahkan "sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita." (Mazmur 103:12). Kita tahu bahwa 'timur dan barat' tidak akan pernah bertemu. Ini adalah gambaran pengampunan Allah: bila Ia menyingkirkan, menjauhkan, dan tidak mengingat-ingatnya lagi. Jelas sekali bahwa walaupun kita berdosa Allah tetap mengasihi kita. Karena Allah adalah kasih maka kasih merupakan hal yang sangat utama dalam kekristenan, itulah sebabnya Allah menghendaki agar anak-anak-Nya mewarisi karakter kasih ini. "...jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi." (ayat nas).
Kita mengasihi bukan hanya kepada orang lain yang mengasihi kita, tetapi juga terhadap musuh atau orang yang menyakiti kita sekalipun. Tuhan Yesus berkata, "Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar." (Matius 5:44-45).
"Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita." 1 Yohanes 4:19
Baca: 1 Yohanes 4:7-21
"Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi." 1 Yohanes 4:11
Alkitab menyatakan bahwa, "...kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih." (1 Yohanes 4:7-8). Pernyataan 'Allah adalah kasih' berarti kasih itu sumbernya dari Allah, dan karena Dia adalah sumber kasih, Ia tidak mungkin kekurangan kasih. Pernyataan 'Allah adalah kasih' juga berarti bahwa Ia tidak dapat dipisahkan dari sifat dasarnya yaitu kasih. Itulah sebabnya Allah Mahapengasih, Mahapenyayang dan Mahapengampun. Jadi, "Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita." (1 Yohanes 4:10).
Adapun kasih Allah kepada kita adalah kasih yang tak bersyarat, buktinya: "...Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa." (Roma 5:8). Ini menunjukkan bahwa Allah mengasihi kita apa pun dan bagaimana pun keadaan kita, bahkan "sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita." (Mazmur 103:12). Kita tahu bahwa 'timur dan barat' tidak akan pernah bertemu. Ini adalah gambaran pengampunan Allah: bila Ia menyingkirkan, menjauhkan, dan tidak mengingat-ingatnya lagi. Jelas sekali bahwa walaupun kita berdosa Allah tetap mengasihi kita. Karena Allah adalah kasih maka kasih merupakan hal yang sangat utama dalam kekristenan, itulah sebabnya Allah menghendaki agar anak-anak-Nya mewarisi karakter kasih ini. "...jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi." (ayat nas).
Kita mengasihi bukan hanya kepada orang lain yang mengasihi kita, tetapi juga terhadap musuh atau orang yang menyakiti kita sekalipun. Tuhan Yesus berkata, "Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar." (Matius 5:44-45).
"Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita." 1 Yohanes 4:19
Subscribe to:
Posts (Atom)