Wednesday, July 15, 2015

MEMPERLAKUKAN MUSUH DENGAN KASIH

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Juli 2015

Baca:  Matius 5:44-48

"Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu."  Matius 5:44

Cara yang tepat dalam memperlakukan musuh adalah menunjukkan kasih dan kemurahan hati kepadanya.  Tatkala kita menunjukkan kasih, pengampunan, dan kemurahan hati kepada musuh, sesungguhnya kita telah mengejutkan dia, dan dengan tidak melukainya kita telah mengubah dia dari seorang musuh menjadi teman.

     Yusuf adalah teladan dalam hal mengasihi musuh.  Karena iri hati dan dengki saudara-saudaranya tega membuang Yusuf ke dalam sumur dan menjualnya sebagai budak ke Mesir, yang kemudian menghantarkannya masuk penjara.  Namun karena campur tangan Tuhan, kehidupan Yusuf diubahkan:  dari seorang budak dan tahanan menjadi seorang penguasa di Mesir.  Ketika terjadi kelaparan hebat pergilah saudara-saudara Yusuf ke Mesir demi mendapatkan gandum.  Bertemulah Yusuf dengan saudara-saudaranya yang telah menyakiti dan membencinya, tapi keadaan berbeda, Yusuf sudah menjadi penguasa atau orang ke-2 di Mesir.  Apa yang diperbuat Yusuf?  Bukankah ini kesempatan emas baginya untuk membalas dendam, membalas semua perlakuan mereka di masa lalu?  Ternyata Yusuf tidak melakukan hal yang demikian.  Ketika bertemu dengan saudara-saudaranya Yusuf justru mendemonstrasikan kasih dan kemurahan hatinya.  "...janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu."  (Kejadian 45:5), lalu  "Yusuf mencium semua saudaranya itu dengan mesra dan ia menangis sambil memeluk mereka."  (Kejadian 45:15).

     Kasih adalah inti dari Injil dan kekristenan, karena itu sebagai pengikut Kristus kita harus mengikuti jejak Tuhan Yesus dan menjadikan kasih sebagai gaya hidup sehari-hari, sebab  "Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup."  (1 Yohanes 2:6).  Di tengah dunia yang penuh kejahatan, di mana orang suka menerapkan prinsip pembalasan dendam, orang percaya justru dituntut menjadi pribadi yang berbeda dari dunia ini.  Kita ditugasi untuk menjadi saluran kasih kepada orang lain sekalipun kita dibenci dan dimusuhi sebagai balasannya.

Kasih dibalas dengan kasih adalah hal biasa, namun bila benci dibalas dengan kasih itu luar biasa, dan itulah yang harus dilakukan oleh orang percaya!

Tuesday, July 14, 2015

JANGAN MEMBALAS DENDAM (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Juli 2015

Baca:  Roma 12:17-21

"Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!"  Roma 12:21

Ketika kita disakiti, dilukai dan dimusuhi, hal yang harus kita lakukan adalah menyerahkan semua permasalahan kita kepada Tuhan dan ijinkan Ia sendri yang bertindak menangani masalah kita.  Percayalah bahwa Tuhan punya cara dan waktu yang sesuai dengan kehendak-Nya sendiri.  Sebaliknya kalau kita sendiri yang melakukan pembalasan dendam hanya akan menyebabkan rasa gelisah, kalut, stres, damai sejahtera hilang, sukacita hilang dan sebagainya.  Menjadi pembenci dan pembalas dendam hanya akan menyengsarakan diri sendiri.

     Ada tertulis:  "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka."  (Matius 7:12).  Jika kita ingin mendapatkan perlakuan yang baik dari orang lain maka kita harus memperlakukan orang lain dengan baik.  Sebaliknya jika kita tidak ingin dilukai oleh orang lain jangan sekalipun kita melukai orang lain.  Di segala kesempatan kita harus selalu menyatakan kebaikan dan kemurahan kepada orang lain sehingga kebaikan dan kemurahan pula yang akan kita terima sebagai balasannya.  "...jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum!"  (Roma 12:20).  Acapkali tindakan membalas dendam terhadap orang lain malah bukan menguntungkan, tapi menjadi bumerang bagi diri sendiri, seperti yang dialami oleh Haman  (baca  Ester 5:9-14), seorang pembesar dalam pemerintahan Persia, yang begitu benci terhadap orang-orang Yahudi.

     Ketika melihat Mordekhai tidak menghormatinya,  "...sangat panaslah hati Haman kepada Mordekhai."  (Ester 5:9).  Itu menunjukkan bahwa Haman gila hormat.  Karena merasa tidak dihormati, hati Haman pun dipenuhi kebencian dan amarah terhadap Mordekhai dan berusaha membalas dendam.  Ia memerintahkan orang membuat tiang setinggi 50 hasta  (50x45cm=225cm)  dengan tujuan menyula Mordekhai.  Singkat cerita, justru yang disula di atas tiang itu bukannya Mordekhai, tapi Haman sendiri.  "Kemudian Haman disulakan pada tiang yang didirikannya untuk Mordekhai."  (Ester 7:10).

Jangan menyimpan dendam terhadap orang lain, sebaliknya kita harus membalas kejahatan dengan kebaikan!