Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Juli 2015
Baca: Roma 12:17-21
"Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan!" Roma 12:21
Ketika kita disakiti, dilukai dan dimusuhi, hal yang harus kita lakukan adalah menyerahkan semua permasalahan kita kepada Tuhan dan ijinkan Ia sendri yang bertindak menangani masalah kita. Percayalah bahwa Tuhan punya cara dan waktu yang sesuai dengan kehendak-Nya sendiri. Sebaliknya kalau kita sendiri yang melakukan pembalasan dendam hanya akan menyebabkan rasa gelisah, kalut, stres, damai sejahtera hilang, sukacita hilang dan sebagainya. Menjadi pembenci dan pembalas dendam hanya akan menyengsarakan diri sendiri.
Ada tertulis: "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka." (Matius 7:12). Jika kita ingin mendapatkan perlakuan yang baik dari orang lain maka kita harus memperlakukan orang lain dengan baik. Sebaliknya jika kita tidak ingin dilukai oleh orang lain jangan sekalipun kita melukai orang lain. Di segala kesempatan kita harus selalu menyatakan kebaikan dan kemurahan kepada orang lain sehingga kebaikan dan kemurahan pula yang akan kita terima sebagai balasannya. "...jika seterumu lapar, berilah dia makan; jika ia haus, berilah dia minum!" (Roma 12:20). Acapkali tindakan membalas dendam terhadap orang lain malah bukan menguntungkan, tapi menjadi bumerang bagi diri sendiri, seperti yang dialami oleh Haman (baca Ester 5:9-14), seorang pembesar dalam pemerintahan Persia, yang begitu benci terhadap orang-orang Yahudi.
Ketika melihat Mordekhai tidak menghormatinya, "...sangat panaslah hati Haman kepada Mordekhai." (Ester 5:9). Itu menunjukkan bahwa Haman gila hormat. Karena merasa tidak dihormati, hati Haman pun dipenuhi kebencian dan amarah terhadap Mordekhai dan berusaha membalas dendam. Ia memerintahkan orang membuat tiang setinggi 50 hasta (50x45cm=225cm) dengan tujuan menyula Mordekhai. Singkat cerita, justru yang disula di atas tiang itu bukannya Mordekhai, tapi Haman sendiri. "Kemudian Haman disulakan pada tiang yang didirikannya untuk Mordekhai." (Ester 7:10).
Jangan menyimpan dendam terhadap orang lain, sebaliknya kita harus membalas kejahatan dengan kebaikan!
Tuesday, July 14, 2015
Monday, July 13, 2015
JANGAN MEMBALAS DENDAM (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Juli 2015
Baca: Roma 12:17-21
"Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!" Roma 12:17
Dalam menjalani kehidupan ini tidak selamanya langkah yang kita tempuh mulus dan tanpa aral rintangan. Terkadang dalam membangun hubungan dengan orang lain kita dihadapkan pada konflik atau perselisihan, dan hal itu bisa terjadi kapan saja dan di mana saja, entah itu di lingkungan rumah tinggal, sekolah, kantor, bahkan di gereja sekalipun. Mengapa konflik atau perselisihan bisa terjadi? Karena tiap-tiap orang memiliki karakter yang berbeda, latar belakang yang berbeda, ide dan juga pendapat yang berbeda-beda pula, maka tidaklah mengherankan bila sekali waktu timbul suatu ketegangan dan bahkan bisa menyebabkan rasa kecewa, sakit hati, amarah, kebencian, yang kesemuanya berujung kepada semua permusuhan.
Cara salah yang seringkali dipakai oleh orang dunia ketika berhadapan dengan orang yang mengecewakan, melukai, menyakiti, melawan dan memusuhi adalah melakukan tindakan balas dendam. Inilah prinsip dunia yaitu memperlakukan musuh sebagaimana ia sudah diperlakukan, atau dengan kata lain, membalas musuh setimpal dengan perbuatannya, bahkan kalau bisa pembalasan itu lebih kejam dari perbuatannya. Namun sebagai orang percaya sikap dan pikiran untuk membalas dendam harus kita buang jauh-jauh dan tidak boleh timbul di dalam hati, terlebih-lebih dalam tindakan. Pada dasarnya orang yang menaruh dendam di dalam hati akan selalu mengekspresikan dendamnya itu dalam perkataan dan perbuatan yang negatif.
Mengapa kita tidak diperkenankan membalas dendam terhadap musuh? Rasul Paulus menasihati, "Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan," (ayat 19). Tidak membalas dendam adalah kehendak Tuhan! Jadi orang yang mencari kesempatan untuk membalaskan sakit hati dan dendamnya kepada musuh jelas-jelas telah melawan kehendak Tuhan, sebab "Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan," (ayat 19). Siapa pun yang berusaha dengan kekuatan sendiri untuk membalas dendam berarti ia telah mencuri hak mutlak kepunyaan Tuhan.
Pembalasan itu bukan hak kita melainkan hak Tuhan sepenuhnya, Ia punya cara dan waktu-Nya sendiri untuk menangani masalah kita.
Baca: Roma 12:17-21
"Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!" Roma 12:17
Dalam menjalani kehidupan ini tidak selamanya langkah yang kita tempuh mulus dan tanpa aral rintangan. Terkadang dalam membangun hubungan dengan orang lain kita dihadapkan pada konflik atau perselisihan, dan hal itu bisa terjadi kapan saja dan di mana saja, entah itu di lingkungan rumah tinggal, sekolah, kantor, bahkan di gereja sekalipun. Mengapa konflik atau perselisihan bisa terjadi? Karena tiap-tiap orang memiliki karakter yang berbeda, latar belakang yang berbeda, ide dan juga pendapat yang berbeda-beda pula, maka tidaklah mengherankan bila sekali waktu timbul suatu ketegangan dan bahkan bisa menyebabkan rasa kecewa, sakit hati, amarah, kebencian, yang kesemuanya berujung kepada semua permusuhan.
Cara salah yang seringkali dipakai oleh orang dunia ketika berhadapan dengan orang yang mengecewakan, melukai, menyakiti, melawan dan memusuhi adalah melakukan tindakan balas dendam. Inilah prinsip dunia yaitu memperlakukan musuh sebagaimana ia sudah diperlakukan, atau dengan kata lain, membalas musuh setimpal dengan perbuatannya, bahkan kalau bisa pembalasan itu lebih kejam dari perbuatannya. Namun sebagai orang percaya sikap dan pikiran untuk membalas dendam harus kita buang jauh-jauh dan tidak boleh timbul di dalam hati, terlebih-lebih dalam tindakan. Pada dasarnya orang yang menaruh dendam di dalam hati akan selalu mengekspresikan dendamnya itu dalam perkataan dan perbuatan yang negatif.
Mengapa kita tidak diperkenankan membalas dendam terhadap musuh? Rasul Paulus menasihati, "Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan," (ayat 19). Tidak membalas dendam adalah kehendak Tuhan! Jadi orang yang mencari kesempatan untuk membalaskan sakit hati dan dendamnya kepada musuh jelas-jelas telah melawan kehendak Tuhan, sebab "Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yang akan menuntut pembalasan," (ayat 19). Siapa pun yang berusaha dengan kekuatan sendiri untuk membalas dendam berarti ia telah mencuri hak mutlak kepunyaan Tuhan.
Pembalasan itu bukan hak kita melainkan hak Tuhan sepenuhnya, Ia punya cara dan waktu-Nya sendiri untuk menangani masalah kita.
Subscribe to:
Posts (Atom)