Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 7 Juli 2015
Baca: Mazmur 39:1-14
"...aku pendatang seperti semua nenek moyangku. Alihkanlah pandangan-Mu dari padaku, supaya aku bersukacita sebelum aku pergi dan tidak ada lagi!" Mazmur 39:13b-14.
Karena hidup di dunia ini hanya sementara waktu maka kita harus mengembangkan semua talenta yang telah dipercayakan Tuhan kepada kita, agar kelak ketika Tuhan Yesus datang kita dapat mempertanggungjawabkannya seperti hamba yang setia, sehingga si tuan berkata: "Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu." (Matius 25:21). Tuhan Yesus berkata, "Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku
mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat
bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu,
Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat
di mana Aku berada, kamupun berada." (Yohanes 14:2-3).
Perkara sorgawi harus menjadi fokus dan prioritas utama kita, bukan yang ada di dunia ini, "Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamupun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan." (Kolose 3:3-4). Karena itu apa pun yang dikerjakan di dunia ini harus untuk sesuatu yang telah Tuhan tetapkan. Jika menyadari ini kita akan membuat pilihan hidup yang benar, memprioritaskan sesuatu yang bersifat kekal lebih daripada hal-hal yang sifatnya fana. "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia,
semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap
didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah
semuanya itu." (Filipi 4:8).
Karena dunia ini hanyalah tempat persinggahan sementara, seberat apa pun tantangan, ujian dan penderitaan takkan melemahkan dan membuat kita menyerah di tengah jalan. Walaupun situasi sulit dan tidak menyenangkan sekalipun, kita akan tetap sabar, tidak mengeluh dan bersungut-sungut. "Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan." (Wahyu 2:10).
"Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat
dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita." Roma 8:18
Tuesday, July 7, 2015
Monday, July 6, 2015
SORGA: Tempat Tinggal Kita
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 6 Juli 2015
Baca: Kolose 3:1-4
"Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi." Kolose 3:2
Rasul Paulus menasihatkan agar setiap orang percaya senantiasa memusatkan pikirannya kepada perkara yang di atas dan mengutamakan perkara rohani lebih dari apa pun yang ada di dunia ini. Mengapa? Karena dunia bukanlah tempat tinggal permanen bagi orang percaya. Dunia adalah tempat sementara untuk didiami karena kita tak lebih dari seorang pendatang atau penumpang saja. Kewargaan kita yang sesungguhnya adalah Kerajaan Sorga. "Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia." (2 Korintus 5:1).
Jika kita hendak pergi untuk berkemah tentunya kita tidak mungkin akan membeli semua peralatan dapur secara lengkap, membeli perabot rumah tangga, membeli semua perlengkapan tidur dan sebagainya. Mengapa? Toh kita hanya akan tinggal untuk sebentar. Begitu pula ketika menyadari bahwa dunia ini bukanlah tempat tinggal kita selama-lamanya maka kita pun tak akan sepenuhnya hanya memikirkan bagaimana mengumpulkan harta atau kekayaan duniawi semata, sebab "...kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar." (1 Timotius 6:7). Ayub pun menyadarinya, "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya." (Ayub 1:21). Justru yang harus kita lakukan adalah menabung atau mengumpulkan harta di sorga.
Waktu kita di sini hanya singkat dan terbatas, jadi alangkah bijaknya jika kita menggunakan kesempatan yang ada sebaik mungkin. Itulah sebabnya Tuhan mengututs kita untuk suatu tugas yang jelas yaitu supaya kita menerapkan gaya hidup sorgawi, "supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia," (Filipi 2:15), menjadi saluran berkat, bukan menjadi batu sandungan serta menjadi garam dan terang bagi dunia ini.
Sebagai warga sorgawi sikap dan perbuatan kita pun juga harus mencerminkan dan menyatakan kemuliaan bagi Tuhan.
Baca: Kolose 3:1-4
"Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi." Kolose 3:2
Rasul Paulus menasihatkan agar setiap orang percaya senantiasa memusatkan pikirannya kepada perkara yang di atas dan mengutamakan perkara rohani lebih dari apa pun yang ada di dunia ini. Mengapa? Karena dunia bukanlah tempat tinggal permanen bagi orang percaya. Dunia adalah tempat sementara untuk didiami karena kita tak lebih dari seorang pendatang atau penumpang saja. Kewargaan kita yang sesungguhnya adalah Kerajaan Sorga. "Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia." (2 Korintus 5:1).
Jika kita hendak pergi untuk berkemah tentunya kita tidak mungkin akan membeli semua peralatan dapur secara lengkap, membeli perabot rumah tangga, membeli semua perlengkapan tidur dan sebagainya. Mengapa? Toh kita hanya akan tinggal untuk sebentar. Begitu pula ketika menyadari bahwa dunia ini bukanlah tempat tinggal kita selama-lamanya maka kita pun tak akan sepenuhnya hanya memikirkan bagaimana mengumpulkan harta atau kekayaan duniawi semata, sebab "...kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar." (1 Timotius 6:7). Ayub pun menyadarinya, "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya." (Ayub 1:21). Justru yang harus kita lakukan adalah menabung atau mengumpulkan harta di sorga.
Waktu kita di sini hanya singkat dan terbatas, jadi alangkah bijaknya jika kita menggunakan kesempatan yang ada sebaik mungkin. Itulah sebabnya Tuhan mengututs kita untuk suatu tugas yang jelas yaitu supaya kita menerapkan gaya hidup sorgawi, "supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia," (Filipi 2:15), menjadi saluran berkat, bukan menjadi batu sandungan serta menjadi garam dan terang bagi dunia ini.
Sebagai warga sorgawi sikap dan perbuatan kita pun juga harus mencerminkan dan menyatakan kemuliaan bagi Tuhan.
Subscribe to:
Posts (Atom)