Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Juli 2015
Baca: Yesaya 57:14-21
"Aku bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga
bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, untuk menghidupkan
semangat orang-orang yang rendah hati dan untuk menghidupkan hati
orang-orang yang remuk." Yesaya 57:15
Semua orang pasti pernah menangis, tapi umumnya hanya ketika mengalami masalah yang berat atau memikirkan hal-hal yang menyakitkan, menyedihkan dan mengecewakan: menangis karena sakit yang diderita, menangis karena ditinggal pacar, menangis karena merasa diabaikan oleh suami atau orang yang dicintai dan sebagainya. Tangisan yang demikian hanya akan mendatangkan kelemahan dan membuat seseorang kehilangan sukacita dan damai sejahtera.
Tangisan seseorang yang bermakna beda ketika ia menangis di bawah kaki Tuhan Yesus, karena tangisan jenis ini lahir ketika seseorang menyadari akan ketidakberdayaan dan keterbatasannya, yaitu tangisan yang lahir dari jiwa yang hancur, hati yang remuk menyesali segala kesalahan dan dosa yang telah diperbuatnya. Inilah yang dirasakan oleh Daud setelah ia ditegur oleh nabi Natan. Dengan jiwa hancur Daud datang kepada Tuhan dan memohon ampun atas dosa-dosanya. "Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!" (Mazmur 51:3-4). Penyesalan dan jiwa yang hancur kini sudah jarang dirasakan oleh banyak orang Kristen. Meski telah banyak melakukan kesalahan dan dosa kita tidak berasa apa-apa, tidak lagi peka, bahkan menganggapnya sebagai hal yang biasa. Ini terjadi karena kita merasa diri paling benar, paling baik dan paling sempurna dibandingkan dengan orang lain sehingga sulit sekali untuk merendahkan diri di hadapan Tuhan.
Alkitab menyatakan bahwa jiwa yang hancur dan kerendahan hati adalah berharga di mata Tuhan. Orang-orang yang patah dan remuk hatinya karena merindukan Tuhan adalah modal yang baik bagi Tuhan untuk membentuk dan memakai seseorang untuk menjadi alat bagi kemuliaan-Nya, sebab "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati." (Yakobus 4:6).
"Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah." Mazmur 51:19
Friday, July 3, 2015
Thursday, July 2, 2015
HARI BARU: Libatkan Tuhan (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Juli 2015
Baca: Mazmur 92:1-16
"untuk memberitakan kasih setia-Mu di waktu pagi dan kesetiaan-Mu di waktu malam," Mazmur 92:3
Sebelum memulai segala sesuatu di hari yang baru kita harus pastikan bahwa yang akan kita pikirkan dan lakukan adalah sesuai dengan kehendak Tuhan, dan apakah mendatangkan kebaikan bagi kita ataukah sebaliknya. Karena itu perlu sekali kita datang kepada Tuhan dan mempertajam pendengaran kita untuk mendengar Tuhan berbicara melalui firman-Nya. Perhatikan! Bagaimana kita memulai langkah awal akan menentukan bagaimana hasil akhirnya. Ketika kita mengijinkan Tuhan memimpin dan menuntun langkah kita, kita pun akan beroleh kekuatan baru dalam menjalani hari, karena kita percaya ada Tuhan yang akan menopang, menguatkan dan menyertai kita senantiasa.
Inilah yang dilakukan Daud ketika memulai hari baru: "...pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu." (Mazmur 5:4). Kata persembahan bukan hanya berbicara tentang materi atau sesuatu yang dipersembahkan kepada Tuhan, tetapi meliputi segenap keberadaan hidup Daud: hati, pikiran, kehendak dan rencana, diserahkan kepada Tuhan sepenuhnya. Dengan kata lain Daud berkata, "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23). Sadar bahwa Tuhan sangat benci segala bentuk kefasikan maka Daud pun bertekad menjauhkan diri dari dosa. "Sebab Engkau bukanlah Allah yang berkenan kepada kefasikan; orang jahat takkan menumpang pada-Mu." (Mazmur 5:5).
Hal penting lain adalah Daud senantiasa mengingat-ingat kebaikan dan kasih Tuhan dalam hidupnya. "...berkat kasih setia-Mu yang besar, aku akan masuk ke dalam rumah-Mu," (Mazmur 5:8), dan "Perdengarkanlah kasih setia-Mu kepadaku pada waktu pagi, sebab kepada-Mulah aku percaya!" (Mazmur 143:8a). Daud tidak memusatkan pikiran dan perhatiannya terhadap masalah, tapi kepada kuasa Tuhan.
Dengan iman Daud dapat berkata, "...Engkaulah yang memberkati orang benar, ya TUHAN; Engkau memagari dia dengan anugerah-Mu seperti perisai." Mazmur 5:13
Baca: Mazmur 92:1-16
"untuk memberitakan kasih setia-Mu di waktu pagi dan kesetiaan-Mu di waktu malam," Mazmur 92:3
Sebelum memulai segala sesuatu di hari yang baru kita harus pastikan bahwa yang akan kita pikirkan dan lakukan adalah sesuai dengan kehendak Tuhan, dan apakah mendatangkan kebaikan bagi kita ataukah sebaliknya. Karena itu perlu sekali kita datang kepada Tuhan dan mempertajam pendengaran kita untuk mendengar Tuhan berbicara melalui firman-Nya. Perhatikan! Bagaimana kita memulai langkah awal akan menentukan bagaimana hasil akhirnya. Ketika kita mengijinkan Tuhan memimpin dan menuntun langkah kita, kita pun akan beroleh kekuatan baru dalam menjalani hari, karena kita percaya ada Tuhan yang akan menopang, menguatkan dan menyertai kita senantiasa.
Inilah yang dilakukan Daud ketika memulai hari baru: "...pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu." (Mazmur 5:4). Kata persembahan bukan hanya berbicara tentang materi atau sesuatu yang dipersembahkan kepada Tuhan, tetapi meliputi segenap keberadaan hidup Daud: hati, pikiran, kehendak dan rencana, diserahkan kepada Tuhan sepenuhnya. Dengan kata lain Daud berkata, "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose 3:23). Sadar bahwa Tuhan sangat benci segala bentuk kefasikan maka Daud pun bertekad menjauhkan diri dari dosa. "Sebab Engkau bukanlah Allah yang berkenan kepada kefasikan; orang jahat takkan menumpang pada-Mu." (Mazmur 5:5).
Hal penting lain adalah Daud senantiasa mengingat-ingat kebaikan dan kasih Tuhan dalam hidupnya. "...berkat kasih setia-Mu yang besar, aku akan masuk ke dalam rumah-Mu," (Mazmur 5:8), dan "Perdengarkanlah kasih setia-Mu kepadaku pada waktu pagi, sebab kepada-Mulah aku percaya!" (Mazmur 143:8a). Daud tidak memusatkan pikiran dan perhatiannya terhadap masalah, tapi kepada kuasa Tuhan.
Dengan iman Daud dapat berkata, "...Engkaulah yang memberkati orang benar, ya TUHAN; Engkau memagari dia dengan anugerah-Mu seperti perisai." Mazmur 5:13
Subscribe to:
Posts (Atom)