Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 18 Juni 2015
Baca: Markus 7:24-30
"Tetapi perempuan itu menjawab: Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di
bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.'" Markus 7:28
Banyak orang Kristen yang doa-doanya tidak beroleh jawaban karena mereka sendiri kurang gigih, kurang teguh dan kurang tekun dalam berdoa. Inginnya sekali berdoa atau sekali meminta segala yang kita inginkan disediakan oleh Tuhan. Namun "...kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu." (Ibrani 10:36). Karena itu "Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!" (Roma 12:12).
Wanita Kanaan itu juga memanggil Yesus "...ya Tuhan, Anak Daud..." (Matius 15:22). Meski berasal dari bangsa kafir ia memiliki pengenalan yang benar tentang Tuhan Yesus. Ia percaya bahwa Yesus adalah Mesias yang dinanti-nantikan oleh orang-orang Yahudi, "Karena Kitab Suci mengatakan, bahwa Mesias berasal dari keturunan Daud dan dari kampung Betlehem, tempat Daud dahulu tinggal." (Yohanes 7:42). 'Percaya' inilah yang mendorong wanita itu mencari pertolongan kepada Tuhan Yesus. Percaya adalah kunci untuk mengalami mujizat dan pertolongan dari Tuhan. "Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya." (Matius 21:22). Andai ada kebimbangan atau keraguan sedikit pun niscaya wanita tersebut pasti akan mengurungkan niatnya untuk datang kepada Tuhan Yesus.
Hal lain yang patut diteladani dari wanita Kanaan ini adalah kerendahan hatinya. Ketika Tuhan Yesus berkata, "...tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing." (Markus 7:27), Tuhan tidak bermaksud untuk menghina, merendahkan dan mempermalukan wanita itu di hadapan orang banyak, melainkan untuk menguji iman dan kesungguhannya. Meski disebut 'anjing' wanita Kanaan itu sama sekali tidak sakit hati, tersinggung atau marah, sebaliknya ia dengan rendah hati mengakui dan menyadari keberadaannya (ayat nas). Adalah tidak mudah bagi seseorang mengakui kelemahan dan mau merendahkan diri, umumnya orang lebih suka meninggikan diri dan dipuji.
Karena penuh kegigihan, percaya kepada Tuhan Yesus dan punya kerendahan hati, wanita Kanaan ini memperoleh apa yang dirindukan: anaknya disembuhkan!
Thursday, June 18, 2015
Wednesday, June 17, 2015
KEGIGIHAN WANITA KANAAN (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Juni 2015
Baca: Matius 15:21-28
"Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita." Matius 15:22
Dalam perjalanan kekristenan kita seringkali kita berpikiran bahwa Tuhan mengabaikan, melupakan dan bahkan tidak mau menjawab doa-doa yang telah sekian lama kita panjatkan. Kita bertanya kepada Tuhan, "Berapa lama lagi, TUHAN, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku?" (Mazmur 13:2). Akibatnya banyak yang menyerah di tengah jalan, putus asa, tidak lagi mau bertekun dalam doa. Benarkah Tuhan tidak mempedulikan kita? Benarkah Tuhan menutup telinga-Nya dan tidak mau mendengar doa-doa kita?
Mari belajar dari kegigihan seorang wanita Kanaan yang memohon belas kasihan kepada Tuhan Yesus karena anak perempuannya kerasukan setan dan sangat menderita. Dalam masyarakat Yahudi wanita berada di bawah laki-laki dan dipandang rendah, terlebih-lebih wanita ini adalah orang Kanaan, yang notabene bukan orang Yahudi, bagian dari bangsa yang terkutuk, suatu bangsa yang menyembah kepada berhala. Oleh karena itu orang-orang Yahudi tidak bergaul dengan orang-orang Kanaan. Bahkan mereka seringkali menyebut orang-orang yang tidak mengenal Tuhan atau orang kafir dengan istilah 'anjing'. Secara manusia sesungguhnya wanita Kanaan ini punya alasan yang kuat untuk menjadi kecewa dan putus asa karena ia harus menghadapi tantangan yang tidak mudah, dan peluang untuk mendapatkan pertolongan kecil sekali.
Meski situasi sangat tidak mendukung, wanita ini tidak menyerah begitu saja, sebaliknya ia terus berusaha mendekati Tuhan Yesus dan memohon pertolongan-Nya, bahkan Alkitab menyatakan bahwa wanita itu terus berteriak-teriak memanggil nama Yesus, "Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud..." (ayat nas), "...Tuhan, tolonglah aku." (Matius 15:25), ini menunjukkan bahwa wanita itu begitu gigih dan tidak mengenal kata menyerah. Gigih berarti tetap teguh pada pendirian atau pikiran, keras hati, ulet dalam berusaha. Karena ketekunannya Tuhan Yesus pun berpaling kepadanya.
Alkitab menasihatkan agar kita "...berdoa dengan tidak jemu-jemu." (Lukas 18:1).
Baca: Matius 15:21-28
"Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita." Matius 15:22
Dalam perjalanan kekristenan kita seringkali kita berpikiran bahwa Tuhan mengabaikan, melupakan dan bahkan tidak mau menjawab doa-doa yang telah sekian lama kita panjatkan. Kita bertanya kepada Tuhan, "Berapa lama lagi, TUHAN, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku?" (Mazmur 13:2). Akibatnya banyak yang menyerah di tengah jalan, putus asa, tidak lagi mau bertekun dalam doa. Benarkah Tuhan tidak mempedulikan kita? Benarkah Tuhan menutup telinga-Nya dan tidak mau mendengar doa-doa kita?
Mari belajar dari kegigihan seorang wanita Kanaan yang memohon belas kasihan kepada Tuhan Yesus karena anak perempuannya kerasukan setan dan sangat menderita. Dalam masyarakat Yahudi wanita berada di bawah laki-laki dan dipandang rendah, terlebih-lebih wanita ini adalah orang Kanaan, yang notabene bukan orang Yahudi, bagian dari bangsa yang terkutuk, suatu bangsa yang menyembah kepada berhala. Oleh karena itu orang-orang Yahudi tidak bergaul dengan orang-orang Kanaan. Bahkan mereka seringkali menyebut orang-orang yang tidak mengenal Tuhan atau orang kafir dengan istilah 'anjing'. Secara manusia sesungguhnya wanita Kanaan ini punya alasan yang kuat untuk menjadi kecewa dan putus asa karena ia harus menghadapi tantangan yang tidak mudah, dan peluang untuk mendapatkan pertolongan kecil sekali.
Meski situasi sangat tidak mendukung, wanita ini tidak menyerah begitu saja, sebaliknya ia terus berusaha mendekati Tuhan Yesus dan memohon pertolongan-Nya, bahkan Alkitab menyatakan bahwa wanita itu terus berteriak-teriak memanggil nama Yesus, "Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud..." (ayat nas), "...Tuhan, tolonglah aku." (Matius 15:25), ini menunjukkan bahwa wanita itu begitu gigih dan tidak mengenal kata menyerah. Gigih berarti tetap teguh pada pendirian atau pikiran, keras hati, ulet dalam berusaha. Karena ketekunannya Tuhan Yesus pun berpaling kepadanya.
Alkitab menasihatkan agar kita "...berdoa dengan tidak jemu-jemu." (Lukas 18:1).
Subscribe to:
Posts (Atom)