Sunday, June 14, 2015

JANGAN SUKA BOHONG!

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Juni 2015

Baca:  Mazmur 34:1-23

"Jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapan-ucapan yang menipu;"  Mazmur 34:14

Berbohong atau berdusta adalah satu dari sekian banyak kesalahan atau pelanggaran yang hampir semua orang pernah melakukannya.  Bahkan hal berbohong atau berdusta ini seringkali dianggap sebagai sesuatu yang sepele, lumrah dan dianggap sebagai kesalahan yang manusiawi.  Benarkah demikian?  Ketahuilah bahwa berkata bohong atau dusta  (tidak benar)  bukanlah perkara yang bisa ditoleransi karena hal itu merupakan dosa.

     Berbohong atau berdusta adalah perbuatan yang bertentangan dengan firman Tuhan.  Bohong atau dusta adalah salah satu dosa lidah yang sangat berbahaya dan harus dibuang jauh-jauh dari kehidupan orang percaya.  Alkitab mencatat bahwa bohong atau dusta adalah satu di antara tujuh perkara yang sangat dibenci oleh Tuhan.  "Enam perkara ini yang dibenci TUHAN, bahkan, tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi hati-Nya: mata sombong, lidah dusta, tangan yang menumpahkan darah orang yang tidak bersalah, hati yang membuat rencana-rencana yang jahat, kaki yang segera lari menuju kejahatan, seorang saksi dusta yang menyembur-nyemburkan kebohongan dan yang menimbulkan pertengkaran saudara."  (Amsal 6:16-19).  Bohong atau dusta sumbernya dari Iblis, karena Iblis adalah pendusta dan bapa segala dusta  (baca  Yohanes 8:44).  Maka jika ada orang yang suka sekali berbohong atau berdusta, siapa bapanya?  Bila kita tidak mau disebut sebagai anak-anak Iblis maka kita harus berhenti berkata bohong atau dusta.

     Sebagai orang percaya kita harus bisa menjaga lidah kita dari ucapan-ucapan yang menipu;  jika tidak, kita bukan hanya akan menjadi batu sandungan bagi orang lain, tapi juga mempermalukan nama Tuhan.  Terlebih-lebih jika kebiasaan berbohong itu dilakukan oleh mereka yang sudah terlibat dalam pelayanan, apa kata dunia?  Berhati-hatilah!  Bohong atau dusta adalah dosa yang mengikat.  Sekali orang berani berbohong ia akan cenderung untuk terus berbohong, dan akhirnya bisa menjadi suatu kebiasaan.

"Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu."  1 Petrus 3:10

Saturday, June 13, 2015

RAHEL: Wanita Rajin

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Juni 2015

Baca:  Kejadian 29:1-14

"Selagi ia berkata-kata dengan mereka, datanglah Rahel dengan kambing domba ayahnya, sebab dialah yang menggembalakannya."  Kejadian 29:9

Rahel adalah anak Laban, arti namanya adalah domba betina.  Pada masa itu domba adalah lambang kekayaan seseorang dan salah satu jenis binatang yang sangat produktif, karena dari bulunya bisa dihasilkan wol untuk bahan pakaian, dagingnya bisa dikonsumsi, susu untuk diminum dan bahan membuat keju, kulitnya dapat dijadikan tenda dan alat musik rebana, begitu pula dengan tanduknya bisa dijadikan shofar  (sangkakala/alat musik tiup).

     Rahel adalah sosok wanita yang rajin dan patuh kepada orangtua.  Terbukti ia mau melakukan pekerjaan yang tak lazim yaitu menggembalakan domba, padahal tugas menggembalakan kambing domba itu biasanya dilakukan oleh kaum laki-laki.  Bekerja sebagai penggembala kambing domba membutuhkan kekuatan fisik, kesabaran dan juga keberanian menghadapi bahaya yang mengancam.  Rahel mampu melakukan tugas tersebut dengan baik.  Tetapi kebanyakan para gadis akan lebih memilih melakukan pekerjaan rumah tangga daripada harus berpanas-panas ria di padang belantara dengan alasan takut kulit menjadi hitam, takut bedaknya luntur, takut ada binatang buas dan sebagainya.  Namun Rahel bukanlah anak perempuan yang manja, suka berpangku tangan atau menghabiskan waktu di rumah untuk bersolek atau merias diri.  Alkitab mencatat,  "...Rahel itu elok sikapnya dan cantik parasnya."  (Kejadian 29:17).  Dengan kecantikan yang dimilikinya ia tidak merasa gengsi untuk menggembalakan kambing domba.  Hal ini menunjukkan bahwa ia adalah tipe wanita yang rajin dan pekerja keras.

     Salah satu ciri orang yang rajin bekerja adalah tidak suka menunda-nunda pekerjaan.  Terlihat ketika bertemu Yakub, yang adalah sanak saudara ayahnya, tanpa menunda-nunda waktu  "...berlarilah Rahel menceritakannya kepada ayahnya."  (ayat 12).  Karena campur tangan Tuhan Rahel bertemu dengan Yakub, dan keduanya memiliki kesempatan untuk bekerjasama dalam menggembalakan kambing domba ayahnya, sehingga ternaknya pun menjadi semakin banyak.

Karena rajin bekerja Rahel diberkati Tuhan berlimpah:  bertemu jodoh dan dibukakan kandungannya, sehingga ia melahirkan 2 anak yaitu Yusuf dan Benyamin!