Friday, June 5, 2015

HIDUP YANG BERARTI: Mengerjakan Misi (1)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Juni 2015

Baca:  Yohanes 20:19-23

"Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu."  Yohanes 20:21

Hidup kita akan menjadi sangat berarti apabila kita mengerjakan misi yang diperintahkan Tuhan.  Kekristenan yang tidak mengerjakan misi adalah kekristenan yang sama seperti gong yang berkumandang dan canang yang gemercing, sebab iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati  (baca  Yakobus 2:17).  Misi itu sesungguhnya sudah dimulai oleh Allah sendiri dengan mengirimkan Anak-Nya, Yesus Kristus, datang ke dunia untuk menyelamatkan manusia.  "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."  (Yohanes 3:16).  Misi Allah ini disebut dengan Missio Dei  (missio:  mengirimkan;  Dei:  Allah), artinya pengutusan yang dilakukan langsung oleh Allah dan digenapi melalui kedatangan Yesus ke dalam dunia sebagai tonggak sejarah dimulainya Perjanjian Baru.

     Keberhasilan misi Allah dengan mengutus Putera-Nya Yesus Kristus ini akhirnya menghasilkan kumpulan orang-orang yang terpanggil untuk percaya, yang dalam bahasa Yunani disebut ekklesia, yang kemudian diterjemahkan menjadi gereja.  Jadi gereja yang dimaksudkan di sini bukanlah gedung atau organisasi, melainkan setiap orang percaya..  Kini gereja atau setiap orang percaya memiliki tugas yaitu mengerjakan misi yang diamanatkan Tuhan Yesus,  "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu."  (Matius 28:19-20).

     Perintah Tuhan ini disebut Amanat Agung.  Tuhan Yesus tidak hanya memberi perintah, tapi Ia sendiri telah meninggalkan teladan hidup yang luar biasa dalam hal mengerjakan misi yang diamanatkan oleh Bapa di sorga.  Dia berkata,  "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya."  (Yohanes 4:34),  "Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib."  (Filipi 2:8).

Puncak ketaatan Tuhan Yesus mengerjakan misi adalah melalui pengorbanan-Nya di kayu salib untuk menebus dosa manusia!

Thursday, June 4, 2015

HIDUP YANG BERARTI: Berpadanan Dengan Injil (2)

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Juni 2015

Baca:  Wahyu 22:6-17

"Barangsiapa yang berbuat jahat, biarlah ia terus berbuat jahat; barangsiapa yang cemar, biarlah ia terus cemar; dan barangsiapa yang benar, biarlah ia terus berbuat kebenaran; barangsiapa yang kudus, biarlah ia terus menguduskan dirinya!"  Wahyu 22:11

Ketaatan itu harus jelas, kita tidak bisa dalam posisi setengah-setengah.  Hidup berpadanan dengan Injil berarti hidup dalam ketaatan.  Ketaatan bukanlah sekedar ke gereja, mendengar firman atau sekedar melakukannya, karena ada banyak orang yang melakukan sesuatu hanya karena merasa sungkan atau takut dihukum.  Ketaatan sejati merupakan kesadaran yang lahir dari dalam hati karena kasih.  Tuhan Yesus berkata,  "Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya."  (Yohanes 14:21).

     Selain merupakan kehendak Tuhan, ketaatan akan menuntun seseorang kepada kehidupan yang berkemenangan, sebab ketika kita taat kita akan melihat dan mengalami mujizat Tuhan.  Hidup taat memang berat karena ada harga yang harus dibayar:  keinginan daging harus mati, manusia lama harus benar-benar ditanggalkan.  Namun mujizat akan dinyatakan ketika kita hidup dalam ketaatan!  Ketika kita hidup dalam ketaatan kita tidak akan mudah goyah dan akan tetap kuat dalam situasi apa pun, sebab  "...TUHAN menopang orang-orang benar."  (Mazmur 37:17), dan  "Jika Allah di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?"  (Roma 8:31b);  tidak ada yang dapat memisahkan orang benar dari kasih Kristus,  "Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?"  (Roma 8:35).

     Ketaatan kita juga merupakan bukti bahwa kita memiliki pengenalan yang benar akan Tuhan, yang akan mendorong kita untuk all out bagi Tuhan,  "...karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya."  (Filipi 3:8a).  Bukti nyata ketaatan seseorang adalah adanya perubahan hidup seperti yang terjadi dalam diri Paulus, yang telah menanggalkan manusia lama dan hidup sebagai manusia baru di dalam Kristus.

"namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku."  Galatia 2:20