Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Juni 2015
Baca: Filipi 1:27-30
"...hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, supaya, apabila aku
datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar, bahwa
kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman
yang timbul dari Berita Injil," Filipi 1:27
Kita hidup di dunia ini bukan untuk selama-lamanya, dengan kata lain hidup di dunia ini sangatlah singkat. Kalau kita menyadari bahwa hidup di dunia ini begitu singkat dan hanya sekali, akankah kita mengisinya dengan sembarangan atau sembrono? Ingat! Waktu tidak dapat diputar kembali, kita tidak dapat mengulangi atau memperbaiki kehidupan yang sudah kita lewati; itulah masa lalu. Karena itu mulai hari ini buatlah keputusan dan pilihan hidup yang benar supaya hidup yang kita jalani ini benar-benar menjadi sangat berarti, sebab keputusan dan pilihan hidup kita hari ini akan menjadi penentu masa depan kita kelak.
Bagaimana supaya hidup kita berarti? Hiduplah berpadanan dengan Injil atau hidup sesuai firman Tuhan. Penulis Amsal menggambarkan bahwa orang yang hidup sesuai firman tidak menempuh jalan orang-orang fasik, tidak mengikuti jalan orang jahat, tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri, serta menjauhkan diri dari segala jenis kejahatan (baca Amsal 4:14, 27). Sebaliknya hari-hari yang kita jalani akan menjadi sangat sia-sia dan percuma bila kita hidup menyimpang dari kebenaran atau ketika kita lebih menuruti keinginan daging. Berhati-hatilah, karena "...Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan
dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai
hidup yang kekal dari Roh itu." (Galatia 6:7-8); artinya jika kita tidak bertekad untuk mematikan perbuatan daging kita, maka perbuatan daging tersebut yang akan menghancurkan dan mematikan hidup kita sendiri, karena keinginan daging itu selalu berlawanan dengan kehendak Tuhan.
Dalam hidup ini hanya ada dua pilihan: memilih untuk menjadi hamba kebenaran atau menjadi hamba dosa. Tidak ada istilah kompromi atau suam-suam kuku. "Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku." (Wahyu 3:15b-16).
Mana yang Saudara pilih?
Wednesday, June 3, 2015
Tuesday, June 2, 2015
KECANTIKAN SEORANG WANITA (2)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Juni 2015
Baca: Amsal 31:10-31
"Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji." Amsal 31:30
Kaum pria umumnya akan mengukur dan menilai kecantikan wanita dari apa yang terlihat secara kasat mata alias dari sisi fisiknya: paras yang ayu dan bodi yang seksi. Ternyata, 'kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia' apabila tidak disertai dengan sikap dan perbuatan yang baik. Meskipun tidak bisa dipungkiri, sebagian besar laki-laki justru meyukai hal yang bohong dan sia-sia tersebut.
Seorang wanita yang terlihat cantik apabila ia hidup dalam kepatuhan. "Seharusnyalah perempuan berdiam diri dan menerima ajaran dengan patuh." (1 Timotius 2:11). Patuh bukan berarti harus selalu mengalah atau takluk di bawah laki-laki. Patuh yang dimaksud adalah bagaimana wanita menghargai ketetapan Tuhan dalam menjalani kodratnya sebagai wanita, yaitu sebagai penolong yang sepadan bagi laki-laki. Penolong dalam hal apa? Penolong dalam melakukan kehendak TUHAN. Dalam keberadaannya sebagai isteri ia harus tunduk dan patuh kepada suaminya. "Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu." (Efesus 5:22-24).
Sering dijumpai ada isteri-isteri yang tidak mau tunduk kepada suami, suka sekali melawan, bahkan semena-mena dan menganggap rendah suaminya, mungkin karena merasa memiliki penghasilan lebih tinggi dari suami atau lebih pintar dari suaminya. Akhirnya muncul istilah 'ikatan suami takut isteri (ISTI)'. Firman-Nya memperingatkan! "Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan." (Kolose 3:18). Ketaatan dan kasih seorang wanita dalam melakukan kehendak Tuhan akan tercermin bagaimana ia mampu menjalankan perannya sebagai isteri yang baik. "Demikian pula isteri-isteri hendaklah orang terhormat, jangan pemfitnah, hendaklah dapat menahan diri dan dapat dipercayai dalam segala hal." (1 Timotius 3:11).
Wanita dikatakan cantik bila mampu menjalankan perannya sesuai kehendak Tuhan!
Baca: Amsal 31:10-31
"Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji." Amsal 31:30
Kaum pria umumnya akan mengukur dan menilai kecantikan wanita dari apa yang terlihat secara kasat mata alias dari sisi fisiknya: paras yang ayu dan bodi yang seksi. Ternyata, 'kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia' apabila tidak disertai dengan sikap dan perbuatan yang baik. Meskipun tidak bisa dipungkiri, sebagian besar laki-laki justru meyukai hal yang bohong dan sia-sia tersebut.
Seorang wanita yang terlihat cantik apabila ia hidup dalam kepatuhan. "Seharusnyalah perempuan berdiam diri dan menerima ajaran dengan patuh." (1 Timotius 2:11). Patuh bukan berarti harus selalu mengalah atau takluk di bawah laki-laki. Patuh yang dimaksud adalah bagaimana wanita menghargai ketetapan Tuhan dalam menjalani kodratnya sebagai wanita, yaitu sebagai penolong yang sepadan bagi laki-laki. Penolong dalam hal apa? Penolong dalam melakukan kehendak TUHAN. Dalam keberadaannya sebagai isteri ia harus tunduk dan patuh kepada suaminya. "Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh. Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu." (Efesus 5:22-24).
Sering dijumpai ada isteri-isteri yang tidak mau tunduk kepada suami, suka sekali melawan, bahkan semena-mena dan menganggap rendah suaminya, mungkin karena merasa memiliki penghasilan lebih tinggi dari suami atau lebih pintar dari suaminya. Akhirnya muncul istilah 'ikatan suami takut isteri (ISTI)'. Firman-Nya memperingatkan! "Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan." (Kolose 3:18). Ketaatan dan kasih seorang wanita dalam melakukan kehendak Tuhan akan tercermin bagaimana ia mampu menjalankan perannya sebagai isteri yang baik. "Demikian pula isteri-isteri hendaklah orang terhormat, jangan pemfitnah, hendaklah dapat menahan diri dan dapat dipercayai dalam segala hal." (1 Timotius 3:11).
Wanita dikatakan cantik bila mampu menjalankan perannya sesuai kehendak Tuhan!
Subscribe to:
Posts (Atom)