Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 17 Mei 2015
Baca: Hakim-Hakim 12:1-7
"Pada waktu itu tewaslah dari suku Efraim empat puluh dua ribu orang." Hakim-Hakim 12:6b
Mengapa kita harus bisa mengendalkan lidah atau ucapan kita? Karena ucapan yang keluar dari mulut kita itu akan menunjukkan jati diri kita, menggambarkan siapa diri kita sesungguhnya. Ada tertulis, "Orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaannya
yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari
perbendaharaannya yang jahat." (Matius 12:35).
Ada satu kisah menarik di dalam Alkitab yang berkenaan dengan ucapan seseorang yang ternyata menentukan hidup dan matinya. Pada waktu itu, terjadi peperangan antara suku Gilead dan Efraim. Peperangan tersebut dimenangkan oleh suku Gilead. Mereka menduduki tempat-tempat penyeberangan sungai Yordan dengan tujuan untuk mengantisipasi kedatangan orang-orang Efraim yang telah tercerai-berai yang berusaha untuk menemukan jalan pulang ke rumah mereka melalui jalur sungai di tepi-tepi sungai Yordan. Setiap kali bertemu dengan orang yang menyeberang sungai Yordan suku Gilead akan bertanya, "'Orang Efraimkah engkau?' Dan jika ia menjawab: 'Bukan,' maka mereka berkata kepadanya: 'Coba katakan dahulu: syibolet.' Jika ia
berkata: sibolet, jadi tidak dapat mengucapkannya dengan tepat, maka
mereka menangkap dia dan menyembelihnya dekat tempat-tempat
penyeberangan sungai Yordan itu." (Hakim-Hakim 12:5-6). Hanya karena salah dalam mengucapkan satu kata 'syibolet' akhirnya terbongkarlah jati diri (identitas) seseorang dan sekaligus menjadi penentu hidup dan mati seseorang, sehingga tewaslah 42.000 ribu orang dari suku Efraim!
Berhati-hatilah dengan ucapan kita, karena apa yang ada di dalam hati akan terungkap melalui ucapan bibir kita. Jadi tutur kata atau ucapan seseorang adalah penyingkap rahasia yang jitu, yang akan memberikan gambaran jelas mengenai karakter sekaligus isi hati dari orang yang mengucapkannya. Bahkan lidah kita dan ucapan-ucapan kita dapat menentukan jalan hidup kita sendiri, apakah kita akan hidup dalam kemenangan atau kekalahan, berkat atau kutuk.
"Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum." Matius 12:37
Sunday, May 17, 2015
Saturday, May 16, 2015
TAK MUDAH MENGENDALIKAN LIDAH
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 16 Mei 2015
Baca: Yakobus 3:1-12
"Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar." Yakobus 3:5a
Pemberian hadiah Nobel merupakan salah satu ajang penghargaan paling bergengsi di dunia. Penghargaan ini diberikan kepada orang-orang yang telah melakukan perjuangan luar biasa dan menghasilkan suatu karya yang luar biasa. Hadiah Nobel diberikan kepada mereka yang telah membuat penemuan baru dan alat tersebut berguna bagi banyak orang, atau mereka yang telah memberikan sumbangsih besar bagi kepentingan kemanusiaan. Tapi tahukah Anda? Gagasan pemberian hadiah Nobel ini justru bermula dari kekecewaan sang penggagas, yaitu Alfred Bernhard Nobel, yang lahir di Stockholm (Swedia) pada 21 Oktober 1833. Alfred Nobel sendiri seorang penemu dinamit. Ia kecewa, marah dan sekaligus geram karena hasil temuannya tersebut telah disalahgunakan untuk tujuan-tujuan yang merusak sehingga merugikan banyak orang.
Sesungguhnya dinamit temuan Alfred ini sangat berguna untuk kepentingan umum: pekerjaan konstruksi, pengeboran saluran, penghancuran gunung batu guna pembuatan terowongan, pembangunan jembatan dan gedung, dan masih banyak manfaat lainnya. Pada hakikatnya penemuan dinamit adalah suatu keuntungan besar bagi umat manusia, namun dinamit akan menjadi sesuatu yang sangat berbahaya dan berakibat fatal apabila disalahgunakan: bisa menghancurkan dan membunuh manusia.
Demikian pula dengan lidah, tak ubahnya seperti dinamit, bila terkendali dengan baik dari lidah akan keluar ucapan yang dapat membangun dan memberkati orang lain, tapi bila lidah tidak terkendali justru dapat menyakiti, melemahkan dan menghancurkan sesamanya. Lidah itu ibarat api, seperti yang disampaikan Yakobus, "Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar. Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka." (Yakobus 3:5b-6). Semua jenis binatang buas, begitu pula dengan kapal yang besar dapat dikendalikan oleh manusia!
...namun bukanlah pekerjaan yang mudah bagi seseorang untuk mengendalikan lidahnya sendiri!
Baca: Yakobus 3:1-12
"Demikian juga lidah, walaupun suatu anggota kecil dari tubuh, namun dapat memegahkan perkara-perkara yang besar." Yakobus 3:5a
Pemberian hadiah Nobel merupakan salah satu ajang penghargaan paling bergengsi di dunia. Penghargaan ini diberikan kepada orang-orang yang telah melakukan perjuangan luar biasa dan menghasilkan suatu karya yang luar biasa. Hadiah Nobel diberikan kepada mereka yang telah membuat penemuan baru dan alat tersebut berguna bagi banyak orang, atau mereka yang telah memberikan sumbangsih besar bagi kepentingan kemanusiaan. Tapi tahukah Anda? Gagasan pemberian hadiah Nobel ini justru bermula dari kekecewaan sang penggagas, yaitu Alfred Bernhard Nobel, yang lahir di Stockholm (Swedia) pada 21 Oktober 1833. Alfred Nobel sendiri seorang penemu dinamit. Ia kecewa, marah dan sekaligus geram karena hasil temuannya tersebut telah disalahgunakan untuk tujuan-tujuan yang merusak sehingga merugikan banyak orang.
Sesungguhnya dinamit temuan Alfred ini sangat berguna untuk kepentingan umum: pekerjaan konstruksi, pengeboran saluran, penghancuran gunung batu guna pembuatan terowongan, pembangunan jembatan dan gedung, dan masih banyak manfaat lainnya. Pada hakikatnya penemuan dinamit adalah suatu keuntungan besar bagi umat manusia, namun dinamit akan menjadi sesuatu yang sangat berbahaya dan berakibat fatal apabila disalahgunakan: bisa menghancurkan dan membunuh manusia.
Demikian pula dengan lidah, tak ubahnya seperti dinamit, bila terkendali dengan baik dari lidah akan keluar ucapan yang dapat membangun dan memberkati orang lain, tapi bila lidah tidak terkendali justru dapat menyakiti, melemahkan dan menghancurkan sesamanya. Lidah itu ibarat api, seperti yang disampaikan Yakobus, "Lihatlah, betapapun kecilnya api, ia dapat membakar hutan yang besar. Lidahpun adalah api; ia merupakan suatu dunia kejahatan dan mengambil tempat di antara anggota-anggota tubuh kita sebagai sesuatu yang dapat menodai seluruh tubuh dan menyalakan roda kehidupan kita, sedang ia sendiri dinyalakan oleh api neraka." (Yakobus 3:5b-6). Semua jenis binatang buas, begitu pula dengan kapal yang besar dapat dikendalikan oleh manusia!
...namun bukanlah pekerjaan yang mudah bagi seseorang untuk mengendalikan lidahnya sendiri!
Subscribe to:
Posts (Atom)