Sunday, May 3, 2015

YABES: Pergumulan Yang Berat

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Mei 2015

Baca:  1 Tawarikh 4:9-10

"...nama Yabes itu diberi ibunya kepadanya sebab katanya: "Aku telah melahirkan dia dengan kesakitan."  1 Tawarikh 4:9

Seorang pujangga besar William Shakespeare mengatakan,  "Apala arti sebuah nama?"  Tetapi bagi para orangtua nama bagi seorang anak sangat penting karena akan menentukan perjalanan hidup anak tersebut di kemudian hari.  Oleh karena itu mereka tidak akan sembarangan dalam memberikan nama bagi anak-anaknya.  Umumnya orangtua memberikan nama kepada anak-anaknya sebagai sebuah doa atau pengharapan.

     Pada zaman dahulu orangtua seringkali memberi nama kepada anaknya sesuai dengan keadaan atau kejadian yang menyertainya.  Salah satu contohnya adalah nama Yabes yang diberikan oleh ibunya oleh karena si ibu mengalami kesakitan yang luar biasa saat melahirkan;  sebab arti nama Yabes itu sendiri dalam bahasa Ibraninya  Ya'bets:  dia yang membuat sakit atau menderita.  Karena arti namanya yang bermakna negatif ini Yabes harus menanggung beban mental di sepanjang perjalanan hidupnya.  Mungkin orang-orang di sekitar akan terus mengejek, mencemooh, mencibir, memandang rendah dan menganggap bahwa Yabes adalah anak pembawa sial atau penyebab penderitaan.  Meski demikian Yabes tidak bersungut-sungut, marah, mengeluh, kecewa, menyalahkan diri sendiri atau bahkan menyalahkan Tuhan.  Dalam pergumulan yang berat ini pun Yabes tidak melakukan hal-hal yang tidak terpuji atau melakukan tindakan yang nekat, tapi ia membawa permasalahan tersebut kepada Tuhan melalui doa.

     Mengapa Yabes berseru-seru kepada Tuhan?  Karena ia sangat percaya bahwa hanya Tuhan satu-satunya tempat untuk berlindung dan berharap.  "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti."  (Mazmur 46:2).  Hanya Tuhanlah yang sanggup memulihkan keadaan seseorang:  mengubah yang buruk menjadi baik, mengubah yang tidak berarti menjadi sangat berarti, dari hopeless menjadi hopeful.  Alkitab menegaskan bahwa bagi orang percaya  "...masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang."  (Amsal 23:18).

"Sebab bukan dari timur atau dari barat dan bukan dari padang gurun datangnya peninggian itu, tetapi Allah adalah Hakim: direndahkan-Nya yang satu dan ditinggikan-Nya yang lain."  Mazmur 75:7-8

Saturday, May 2, 2015

SABAR MENANTI: Tuhan Menyelamatkan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Mei 2015

Baca:  Yesaya 30:1-17

"'Bukan, kami mau naik kuda dan lari cepat,' maka kamu akan lari dan lenyap. Katamu pula: 'Kami mau mengendarai kuda tangkas,' maka para pengejarmu akan lebih tangkas lagi."  Yesaya 30:16

Manakala kita menghadapi problem apa pun dalam hidup ini yang biasa kita lakukan adalah mencari cara bagaimana agar segera terbebas dari problem tersebut.  Kita pun memutar otak sedemikian rupa mereka-reka rencana.

     Inilah yang juga dilakukan oleh bangsa Israel ketika mereka dalam keadaan terjepit terkepung musuh!  Dalam ketakutan dan kepanikannya mereka berusaha menyelamatkan diri.  Tujuannya adalah ke Mesir dan mencari pertolongan kepada Firaun.  "Celakalah....yang berangkat ke Mesir dengan tidak meminta keputusan-Ku, untuk berlindung pada Firaun dan untuk berteduh di bawah naungan Mesir. Tetapi perlindungan Firaun akan memalukan kamu, dan perteduhan di bawah naungan Mesir akan menodai kamu."  (Yesaya 30:1-3).  Mesir dan Firaun adalah gambaran dunia, berbicara tentang harta, kekayaan, koneksi atau orang-orang yang kita anggap kuat dan mampu menolong.  Hasilnya?  Mesir dan rajanya tidak mampu menolong dan menyelamatkan bangsa Israel, sebaliknya justru menghantarkan mereka kepada kehancuran.

     Mungkin Saudara sedang dan sudah berdoa sekian lama meminta pertolongan Tuhan, bahkan mungkin sudah mencapai tahap keraguan dan hilang kesabaran, sehingga Saudara berpikir sia-sia apa yang telah dilakukan.  Benarkah sia-sia jerih lelah dan persekutuan kita di dalam Tuhan?  Adakalanya Tuhan menghendaki kita menanti dengan tujuan supaya kita tekun berdoa dengan tidak jemu-jemu dan berjuang melawan keputusasaan.  Mengapa Tuhan sepertinya menunda-nunda waktu untuk menjawab doa kita padahal kita sedang terdesak?  Sebab Tuhan melihat waktu-Nya belum tepat.  Ketika pesta perkawinan di Kana sedang kehabisan anggur, Ibu Yesus menyampaikan masalah ini kepada Yesus, jawab-Nya:  "Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba."  (Yohanes 2:4).  Dalam keadaan tertentu Tuhan sedang mengatur dan mempersiapkan berkat-Nya untuk kita, di sisi lain kita sendiri juga harus dipersiapkan.

Pertolongan kita ialah dari Tuhan, bukan Mesir!  Karena itu nantikanlah Dia!