Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 April 2015
Baca: 2 Timotius 3:10-17
"Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang
dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan
oleh iman kepada Kristus Yesus." 2 Timotius 3:15
Meski sebagai lembaga atau unit masyarakat terkecil, keberadaan keluarga memiliki peranan dan pengaruh yang sangat besar bagi pertumbuhan suatu generasi bangsa. Di dalam keluarga terbangun suatu persekutuan karib yang terikat berdasarkan hubungan darah: ayah, ibu dan anak. Mengapa keberadaan keluarga memiliki peranan penting bagi suatu generasi? Karena berawal dari keluargalah nilai-nilai moral mulai ditanamkan dan dipraktekkan secara efektif, kontinyu dan konsisten dari hari ke sehari sehingga dapat dikatakan bahwa keluarga adalah faktor utama penentu karakter.
Seringkali orangtua hanya bisa memanjakan anak-anak dengan materi atau memenuhi kebutuhan jasmaninya. Orangtua yang mampu rela mengeluarkan dana yang besar demi memberikan pendidikan intelektual kepada anaknya, bahkan sampai menyekolahkan mereka ke luar negeri. Itu baik sekali! Orangtua yang bijak pasti akan memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya demi masa depannya. Tetapi banyak orangtua yang justru lupa dan kurang memperhatikan 'makanan rohani' bagi anak-anaknya. Adapun makanan rohani itu adalah firman Tuhan. Alkitab menyatakan, "Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan
membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang
dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun." (Ulangan 6:5-7).
Tuhan menghendaki para orangtua mengajarkan kepada anak-anaknya tentang nilai-nilai kebenaran firman Tuhan secara terus-menerus, berulang-ulang, di mana pun dan kapan pun waktunya. Mengapa? Sebab "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar,
untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk
mendidik orang dalam kebenaran." (2 Timotius 3:16).
Orangtua harus membekali iman anak-anak sejak dini supaya mereka tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang takut akan Tuhan!
Sunday, April 26, 2015
Saturday, April 25, 2015
JAWABAN DOA: Tidak Atau Tunggu
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 April 2015
Baca: Mazmur 22:1-6
"Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku." Mazmur 22:2b
Jika apa pun yang kita doakan langsung dijawab 'ya' oleh Tuhan tidak akan ada masalah. Bagaimana kalau jawaban dari Tuhan adalah 'tidak'? Umumnya reaksi negatif yang kita tunjukkan: kecewa, bersungut-sungut, mengeluh, marah dan kemudian menyalahkan Tuhan. Kita tidak siap menerima kenyataan. Jika Tuhan tidak mengiyakan atau menolak permintaan kita bukan berarti Tuhan pilih-pilih orang atau bertindak jahat kepada kita. Tuhan berkata 'tidak' oleh sebab kita salah berdoa: apa yang kita minta dalam doa semata-mata hanya bertujuan untuk memuaskan keinginan daging kita. "Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu." (Yakobus 4:3).
Terkadang jawaban Tuhan terhadap doa kita adalah 'tunggu'. Banyak orang berpendapat bahwa menunggu adalah pekerjaan yang sangat membosankan sehingga kita tidak sabar menanti-nantikan Tuhan. Ketidaksabaran menunggu jawaban dari Tuhan inilah yang seringkali menjadi penyebab kegagalan kita mengalami penggenapan janji Tuhan. Daud dalam mazmurnya menasihati, "Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!" (Mazmur 27:14). Sudah menjadi sifat alamiah bahwa manusia umumnya menginginkan segala sesuatunya secara instan. Dan ketika pertolongan Tuhan sepertinya berlambat-lambat kita pun menyerah di tengah jalan dan tidak lagi berdoa. Berdoa itu membutuhkan konsistensi dari orang yang melakukannya. Karena itu Tuhan Yesus menasihati kita agar berdoa dengan tidak jemu-jemu (baca Lukas 18:1-8). Jangan menyerah sampai kita melihat Tuhan bekerja!
Bukan Tuhan sengaja mengulur-ulur waktu, tetapi Ia tahu waktu yang tepat dan terbaik bagi kita. Waktu Tuhan itu tidak pernah terlambat atau terlalu cepat, "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya," (Pengkotbah 3:11). Selalu ada maksud dan tujuan Tuhan di balik penundaan-Nya: Ia ingin menguji kesabaran kita, menguji ketekunan kita dan mengajar kita untuk bergantung kepada-Nya. Yang pasti janji Tuhan adalah ya dan amin!
"Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menepati janji yang telah Kukatakan..." Yeremia 33:14
Baca: Mazmur 22:1-6
"Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku." Mazmur 22:2b
Jika apa pun yang kita doakan langsung dijawab 'ya' oleh Tuhan tidak akan ada masalah. Bagaimana kalau jawaban dari Tuhan adalah 'tidak'? Umumnya reaksi negatif yang kita tunjukkan: kecewa, bersungut-sungut, mengeluh, marah dan kemudian menyalahkan Tuhan. Kita tidak siap menerima kenyataan. Jika Tuhan tidak mengiyakan atau menolak permintaan kita bukan berarti Tuhan pilih-pilih orang atau bertindak jahat kepada kita. Tuhan berkata 'tidak' oleh sebab kita salah berdoa: apa yang kita minta dalam doa semata-mata hanya bertujuan untuk memuaskan keinginan daging kita. "Atau kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan hawa nafsumu." (Yakobus 4:3).
Terkadang jawaban Tuhan terhadap doa kita adalah 'tunggu'. Banyak orang berpendapat bahwa menunggu adalah pekerjaan yang sangat membosankan sehingga kita tidak sabar menanti-nantikan Tuhan. Ketidaksabaran menunggu jawaban dari Tuhan inilah yang seringkali menjadi penyebab kegagalan kita mengalami penggenapan janji Tuhan. Daud dalam mazmurnya menasihati, "Nantikanlah TUHAN! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu! Ya, nantikanlah TUHAN!" (Mazmur 27:14). Sudah menjadi sifat alamiah bahwa manusia umumnya menginginkan segala sesuatunya secara instan. Dan ketika pertolongan Tuhan sepertinya berlambat-lambat kita pun menyerah di tengah jalan dan tidak lagi berdoa. Berdoa itu membutuhkan konsistensi dari orang yang melakukannya. Karena itu Tuhan Yesus menasihati kita agar berdoa dengan tidak jemu-jemu (baca Lukas 18:1-8). Jangan menyerah sampai kita melihat Tuhan bekerja!
Bukan Tuhan sengaja mengulur-ulur waktu, tetapi Ia tahu waktu yang tepat dan terbaik bagi kita. Waktu Tuhan itu tidak pernah terlambat atau terlalu cepat, "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya," (Pengkotbah 3:11). Selalu ada maksud dan tujuan Tuhan di balik penundaan-Nya: Ia ingin menguji kesabaran kita, menguji ketekunan kita dan mengajar kita untuk bergantung kepada-Nya. Yang pasti janji Tuhan adalah ya dan amin!
"Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menepati janji yang telah Kukatakan..." Yeremia 33:14
Subscribe to:
Posts (Atom)