Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 April 2015
Baca: Yesaya 61:1-11
"...sehingga semua orang yang melihat mereka akan mengakui, bahwa mereka adalah keturunan yang diberkati TUHAN." Yesaya 61:9
Ada berbagai jenis tanaman atau pohon yang tercatat di dalam Alkitab yang seringkali dipakai sebagai ilustrasi untuk menggambarkan keadaan hidup manusia, salah satunya adalah pohon tarbantin. Melalui nabi Yesaya Tuhan mengingatkan bahwa kehidupan orang percaya di tengah-tengah dunia ini seharusnya seperti pohon tarbantin ini. "supaya orang menyebutkan mereka "pohon tarbantin kebenaran", "tanaman TUHAN" untuk memperlihatkan keagungan-Nya." (ayat 3).
Pohon tarbantin adalah salah satu pohon terbesar di Timur Tengah, tumbuh di daerah padang gurun. Pohon ini memiliki ukuran yang cukup besar dan berdaun lebat. Yang luar biasa lagi dan mungkin tak terpikirkan oleh kita adalah akar-akarnya yang dapat menjulur sampai kedalaman 45-65 m untuk mencari sumber mata air murni untuk pertumbuhannya. Karena berakar kuat sampai ke dalam maka pohon ini tetap kuat bertahan di musim kering sekalipun, karena ia memiliki sumber mata air murni, segar, dan tidak pernah kering. Karena daunnya yang lebat dan rindang pohon ini seringkali menjadi tempat peristirahatan bagi banyak orang untuk berteduh.
Alkitab menyebutkan bahwa pohon tarbantin adalah tanaman Tuhan. Kita pun akan menjadi 'tanaman Tuhan' apabila berakar kuat di dalam Dia. Akar adalah bagian pokok di samping batang dan daun bagi tumbuhan yang tumbuh menuju inti bumi. Fungsi akar bagi tumbuhan adalah untuk menyokong dan memperkokoh berdirinya tumbuhan di tempat hidupnya, menyerap air dan zat-zat hara dari dalam tanah, mengangkut air dan zat-zat makanan yang sudah diserap ke bagian-bagian tumbuhan yang memerlukan. Bagi orang percaya Tuhan Yesus adalah sumber mata air kehidupan! "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum! Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup." (Yohanes 7:37-38). Jika kita ingin menjadi 'tanamannya Tuhan', tiada cara lain selain kita harus memiliki kerinduan seperti Daud: "...jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup." (Yohanes 7:37-38).
Kunci supaya kita tetap kuat di segala situasi adalah berakar di dalam Tuhan.
Monday, April 20, 2015
Sunday, April 19, 2015
KELAPARAN ROHANI
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 19 April 2015
Baca: Amos 8:11-14
"Aku akan mengirimkan kelaparan ke negeri ini, bukan kelaparan akan makanan dan bukan kehausan akan air, melainkan akan mendengarkan firman TUHAN." Amos 8:11
Nabi Amos menubuatkan bahwa di masa-masa akhir zaman ini akan terjadi kelaparan hebat melanda umat manusia. Namun kelaparan yang dimaksud bukanlah kelaparan fisik karena kekurangan makanan melainkan kelaparan secara rohani yaitu kelaparan akan kebenaran firman Tuhan. Mengapa bisa terjadi? Sebab "...akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng." (2 Timotius 4:3-4). Banyak orang lebih memilih mengejar perkara-perkara duniawi sehingga mereka mengabaikan perkara-perkara rohani.
Makanan adalah sesuatu yang sangat penting dan dibutuhkan oleh manusia. Tak seorang pun dapat bertahan hidup jika tidak mengonsumsi makanan secara teratur setiap hari. Coba bayangkan jika tubuh jasmani kita kekurangan makanan, bisa dipastikan kesehatan tubuh kita terganggu: mudah sekali terserang berbagai penyakit dan pertumbuhan fisik pun tidak akan maksimal, bahkan bisa berakibat kepada kematian. Demikian halnya dengan tubuh rohani kita juga membutuhkan makanan rohani yang sehat supaya bertumbuh. Jika kita kekurangan makanan rohani kita pun akan mengalami kelaparan rohani; dan bila hal ini dibiarkan terus-menerus, selain kita mengalami 'kematian rohani' ada dampak yang bersifat kekal yaitu mengalami kebinasaan kekal.
Jika saat ini kita mulai kehilangan rasa haus dan lapar terhadap kebenaran, kehilangan nafsu untuk makan makanan rohani, kehilangan selera untuk berdoa dan bersekutu dengan Tuhan, berhati-hatilah, sebab segala sesuatu ada waktunya. Selagi ada waktu dan kesempatan mari kita pergunakan sebaik mungkin untuk mengonsumsi makanan rohani sebanyak-banyaknya supaya kita kuat. Ada tertulis: "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (Matius 4:4).
"Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan." Matius 5:6
Baca: Amos 8:11-14
"Aku akan mengirimkan kelaparan ke negeri ini, bukan kelaparan akan makanan dan bukan kehausan akan air, melainkan akan mendengarkan firman TUHAN." Amos 8:11
Nabi Amos menubuatkan bahwa di masa-masa akhir zaman ini akan terjadi kelaparan hebat melanda umat manusia. Namun kelaparan yang dimaksud bukanlah kelaparan fisik karena kekurangan makanan melainkan kelaparan secara rohani yaitu kelaparan akan kebenaran firman Tuhan. Mengapa bisa terjadi? Sebab "...akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng." (2 Timotius 4:3-4). Banyak orang lebih memilih mengejar perkara-perkara duniawi sehingga mereka mengabaikan perkara-perkara rohani.
Makanan adalah sesuatu yang sangat penting dan dibutuhkan oleh manusia. Tak seorang pun dapat bertahan hidup jika tidak mengonsumsi makanan secara teratur setiap hari. Coba bayangkan jika tubuh jasmani kita kekurangan makanan, bisa dipastikan kesehatan tubuh kita terganggu: mudah sekali terserang berbagai penyakit dan pertumbuhan fisik pun tidak akan maksimal, bahkan bisa berakibat kepada kematian. Demikian halnya dengan tubuh rohani kita juga membutuhkan makanan rohani yang sehat supaya bertumbuh. Jika kita kekurangan makanan rohani kita pun akan mengalami kelaparan rohani; dan bila hal ini dibiarkan terus-menerus, selain kita mengalami 'kematian rohani' ada dampak yang bersifat kekal yaitu mengalami kebinasaan kekal.
Jika saat ini kita mulai kehilangan rasa haus dan lapar terhadap kebenaran, kehilangan nafsu untuk makan makanan rohani, kehilangan selera untuk berdoa dan bersekutu dengan Tuhan, berhati-hatilah, sebab segala sesuatu ada waktunya. Selagi ada waktu dan kesempatan mari kita pergunakan sebaik mungkin untuk mengonsumsi makanan rohani sebanyak-banyaknya supaya kita kuat. Ada tertulis: "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (Matius 4:4).
"Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan." Matius 5:6
Subscribe to:
Posts (Atom)