Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 April 2015
Baca: 2 Raja-Raja 4:1-7
"Pergilah, juallah minyak itu, bayarlah hutangmu, dan hiduplah dari lebihnya, engkau serta anak-anakmu." 2 Raja-Raja 4:7
Ketika tertimpa masalah berat banyak dari kita yang lebih memilih mengatasi masalahnya dengan akal dan kekuatan sendiri. Kita enggan membawa masalah kita kepada Tuhan atau berkonsultasi kepada hamba Tuhan. Bahkan kita pun mulai mengkompromikan banyak hal, termasuk menerima masukan dan tawaran untuk mencari pertolongan instan ke 'orang pintar' atau dukun. Kalau pun ada yang datang kepada hamba Tuhan, yang dilakukannya adalah mengeluh dan meminta pertolongan secara materi kepadanya. Alkitab dengan keras memperingatkan agar kita tidak mengandalkan manusia dan berharap kepadanya. "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!" (Yeremia 17:5).
Tuhan mau menolong kita asal kita mau datang kepada-Nya dan menyerahkan semua masalah kita seperti yang dilakukan oleh janda pada bacaan di atas dengan datang kepada Elisa. Sebagai manusia biasa Elisa tidak dapat melunasi utang-utangnya, tapi yang ia dapat perbuat adalah berseru kepada Tuhan dengan iman. "Berserulah kepada-Ku pada waktu kesesakan, Aku akan meluputkan engkau, dan engkau akan memuliakan Aku." (Mazmur 50:15), sebab "Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya." (Yakobus 5:16b). Elisa pun bertanya, "'Apakah yang dapat kuperbuat bagimu? Beritahukanlah kepadaku apa-apa
yang kaupunya di rumah.' Berkatalah perempuan itu: 'Hambamu ini tidak
punya sesuatu apapun di rumah, kecuali sebuah buli-buli berisi minyak.'" (2 Raja-Raja 4:2).
Di mata manusia buli-buli kecil berisi minyak itu mungkin tidak ada artinya, tapi bila kita mau menyerahkan hal yang tampaknya 'sepele dan kecil' kepada Tuhan, Ia sanggup membuatnya menjadi besar dan berharga. "Adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk TUHAN?" (Kejadian 18:14a). Tuhan Yesus berkata, "Jadilah kepadamu menurut imanmu." (Matius 9:29), dan "Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!" (Markus 9:23).
Bila kita percaya kepada firman Tuhan dan mau bertindak dengan iman, mujizat-Nya pasti dinyatakan!
Tuesday, April 14, 2015
Monday, April 13, 2015
SERAHKAN MASALAHMU KEPADA TUHAN (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 April 2015
Baca: 2 Raja-Raja 4:1-7
"Tetapi sekarang, penagih hutang sudah datang untuk mengambil kedua orang anakku menjadi budaknya." 2 Raja-Raja 4:1b
Sungguh benar apa yang dikatakan oleh penulis Amsal bahwa "yang berhutang menjadi budak dari yang menghutangi." (Amsal 22:7). Orang yang memiutangi biasanya akan 'berkuasa' terhadap orang yang berutang. Ia bisa saja menekan dan bertindak semena-mena sehingga orang yang memiliki utang benar-benar berada di bawah kendali orang yang memiutangi. Hal ini dialami oleh isteri seorang nabi. Nabi tersebut meninggalkan utang kepada keluarga yang ditinggalkannya sehingga menjadi beban berat bagi keluarganya. Dalam kamus besar bahasa Indonesia arti kata nabi adalah seorang utusan Tuhan, orang yang terpilih karena keimanan dan akhlaknya yang baik sehingga ia diangkat Tuhan untuk menjadi utusan-Nya di bumi. Dengan kata lain nabi adalah seorang yang takut akan Tuhan.
Ditinjau dari sisi kerohanian tak diragukan lagi bahwa sebagai nabi ia adalah seorang yang sukses dalam pelayanan. Sayangnya keberhasilannya dalam melayani pekerjaan Tuhan tidak disertai dengan keberhasilan secara ekonomi. Terbukti ia memiliki banyak utang. Akibat utang yang tidak terbayarkan keluarga yang ditinggalkan harus menanggung beban hidup yang berat, si isteri menjadi stres berat, bahkan kedua anaknya hendak dijadikan budak oleh si pemberi piutang. Dalam keadaan demikian dapatkah kehidupan keluarga nabi ini menjadi kesaksian yang baik bagi orang lain dan membawa kemuliaan bagi nama Tuhan? Yang terjadi justru sebaliknya, ia akan menjadi batu sandungan bagi orang lain. Mungkin orang akan berkata, "Ah percuma melayani Tuhan. Buktinya hidupmu tidak berubah. Utangmu ada di mana-mana. Ekonomimu tetap saja morat-marit." Orang lain akan menganggap bahwa Tuhan yang mereka layani tidak sanggup menolong dan janji-janji-Nya hanyalah isapan jempol. Akhirnya pelayanan yang dikerjakan serasa sia-sia oleh karena kehidupannya tidak menjadi berkat.
Dalam keadaan terjepit isteri dari nabi tersebut segera mengadukan permasalahannya kepada Elisa, pemimpin dari para nabi. Artinya ia tidak mengatasi masalahnya dengan kekuatan sendiri, melainkan membawa masalah tersebut kepada Tuhan serta meminta nasihat atau petunjuk hamba Tuhan. (Bersambung)
Baca: 2 Raja-Raja 4:1-7
"Tetapi sekarang, penagih hutang sudah datang untuk mengambil kedua orang anakku menjadi budaknya." 2 Raja-Raja 4:1b
Sungguh benar apa yang dikatakan oleh penulis Amsal bahwa "yang berhutang menjadi budak dari yang menghutangi." (Amsal 22:7). Orang yang memiutangi biasanya akan 'berkuasa' terhadap orang yang berutang. Ia bisa saja menekan dan bertindak semena-mena sehingga orang yang memiliki utang benar-benar berada di bawah kendali orang yang memiutangi. Hal ini dialami oleh isteri seorang nabi. Nabi tersebut meninggalkan utang kepada keluarga yang ditinggalkannya sehingga menjadi beban berat bagi keluarganya. Dalam kamus besar bahasa Indonesia arti kata nabi adalah seorang utusan Tuhan, orang yang terpilih karena keimanan dan akhlaknya yang baik sehingga ia diangkat Tuhan untuk menjadi utusan-Nya di bumi. Dengan kata lain nabi adalah seorang yang takut akan Tuhan.
Ditinjau dari sisi kerohanian tak diragukan lagi bahwa sebagai nabi ia adalah seorang yang sukses dalam pelayanan. Sayangnya keberhasilannya dalam melayani pekerjaan Tuhan tidak disertai dengan keberhasilan secara ekonomi. Terbukti ia memiliki banyak utang. Akibat utang yang tidak terbayarkan keluarga yang ditinggalkan harus menanggung beban hidup yang berat, si isteri menjadi stres berat, bahkan kedua anaknya hendak dijadikan budak oleh si pemberi piutang. Dalam keadaan demikian dapatkah kehidupan keluarga nabi ini menjadi kesaksian yang baik bagi orang lain dan membawa kemuliaan bagi nama Tuhan? Yang terjadi justru sebaliknya, ia akan menjadi batu sandungan bagi orang lain. Mungkin orang akan berkata, "Ah percuma melayani Tuhan. Buktinya hidupmu tidak berubah. Utangmu ada di mana-mana. Ekonomimu tetap saja morat-marit." Orang lain akan menganggap bahwa Tuhan yang mereka layani tidak sanggup menolong dan janji-janji-Nya hanyalah isapan jempol. Akhirnya pelayanan yang dikerjakan serasa sia-sia oleh karena kehidupannya tidak menjadi berkat.
Dalam keadaan terjepit isteri dari nabi tersebut segera mengadukan permasalahannya kepada Elisa, pemimpin dari para nabi. Artinya ia tidak mengatasi masalahnya dengan kekuatan sendiri, melainkan membawa masalah tersebut kepada Tuhan serta meminta nasihat atau petunjuk hamba Tuhan. (Bersambung)
Subscribe to:
Posts (Atom)