Friday, April 3, 2015

KEMATIAN KRISTUS: Membayar Hutang Dosa

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 April 2015

Baca:  Kolose 2:6-15

"dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib:"  Kolose 2:14

Hari ini seluruh umat Tuhan memperingati hari Jumat Agung di mana kita kembali diingatkan tentang pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib sebagai bukti ketaatan-Nya secara total melakukan kehendak Bapa.

     Kematian Yesus Kristus di atas kayu salib bukanlah suatu peristiwa kematian yang umum seperti peristiwa kematian dalam sejarah hidup manusia.  Mungkin saja orang beranggapan bahwa kematian Yesus itu tidak lebih dari kematian seorang pahlawan atau pejuang Kristen yang rela mati demi mempertahankan prinsip atau ajaran-Nya, sehingga mereka menyamaratakan kematian Yesus Kristus itu  'sebelas duabelas'  (tidak jauh berbeda)  dengan kematian para martir yaitu orang yang rela menderita atau mati daripada menyerah karena mempertahankan agama atau kepercayaan, orang yang mati dalam memperjuangkan kebenaran agama itu.  Itu mungkin benar jika kematian Yesus Kristus tidak disertai dengan peristiwa kebangkitan-Nya.

     Alkitab menegaskan bahwa Yesus Kristus rela mengorbankan diri-Nya di kayu salib karena mengerjakan Misi Agung dari Bapa,  "...Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."  (Matius 20:28), supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal  (baca  Yohanes 3:16).  Kematian Yesus merupakan penggenapan terhadap bentuk-bentuk korban yang terdapat dalam Perjanjian Lama;  darah-Nya yang tercurah adalah korban sempurna yang dipersembahkan oleh seorang Imam Besar, yaitu adalah diri-Nya sendiri  (baca  Ibrani 9:11-12).  Jadi, Yesus Kristus selaku Imam Besar datang kepada Allah dengan membawa korban dan korban itu adalah tubuh-Nya sendiri.  Dalam Perjanjian Lama, korban adalah simbol pengampunan dosa dan jalan pendamaian manusia dengan Allah.  Maka melalui kematian-Nya Yesus Kristus telah membayar hutang dosa seluruh umat manusia.

Melalui pengorbanan Yesus Kristus kita dilayakkan menerima pengampunan dosa, sebab seluruh hutang dosa kita telah lunas terbayar!

Thursday, April 2, 2015

KETEKUNAN: Kunci Untuk Bertahan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 April 2015

Baca:  2 Korintus 4:16-18

"Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal."  2 Korintus 4:18

Melihat sisi positif setiap pencobaan yang terjadi dalam hidup ini akan memampukan kita bertahan dan tidak akan mengurangi sedikit pun rasa bahagia di dalam hati, karena kita memiliki alasan yang kuat.  Apa alasannya?

     Kita percaya bahwa Tuhan pasti akan memberi kita kekuatan untuk menghadapinya dan juga memberi jalan keluar yang terbaik, karena  "Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya."  (1 Korintus 10:13).  Alasan selanjutnya adalah karena Tuhan telah berjanji bahwa Ia tidak akan meninggalkan dan membiarkan kita sendirian.  "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."  (Ibrani 13:5b).  Kasih karunia Tuhan sudah cukup bagi kita untuk menang terhadap segala pencobaan yang ada.

     Kebahagiaan sejati keluar dari dalam hati kita dan tidak terpengaruh oleh keadaan atau situasi di sekitarnya.  Kebahagiaan sejati akan mengalir dari dalam hati apabila kita  "...hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat."  (2 Korintus 5:7).  Sikap inilah yang mendorong kita terus bertekun.  Ketekunan adalah kemampuan menghadapi segala macam masalah, kesulitan, pencobaan dan penderitaan dengan ketabahan dan kesetiaan yang teguh.  Dengan kata lain kita tidak berdiam diri tanpa berbuat apa pun, melainkan berkeras hati dan bersungguh-sungguh  (bekerja, belajar, dan berusaha).  Inilah yang dilakukan Ayub di tengah pencobaan,  "Ia tetap tekun dalam kesalehannya,"  (Ayub 2:3).  Ketekunan pasti mendatangkan upah!  "Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu."  (Ibrani 10:36).

"Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia."  Yakobus 1:12