Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 April 2015
Baca: 2 Korintus 4:16-18
"Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak
kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak
kelihatan adalah kekal." 2 Korintus 4:18
Melihat sisi positif setiap pencobaan yang terjadi dalam hidup ini akan memampukan kita bertahan dan tidak akan mengurangi sedikit pun rasa bahagia di dalam hati, karena kita memiliki alasan yang kuat. Apa alasannya?
Kita percaya bahwa Tuhan pasti akan memberi kita kekuatan untuk menghadapinya dan juga memberi jalan keluar yang terbaik, karena "Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa,
yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu
Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu
kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu
dapat menanggungnya." (1 Korintus 10:13). Alasan selanjutnya adalah karena Tuhan telah berjanji bahwa Ia tidak akan meninggalkan dan membiarkan kita sendirian. "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5b). Kasih karunia Tuhan sudah cukup bagi kita untuk menang terhadap segala pencobaan yang ada.
Kebahagiaan sejati keluar dari dalam hati kita dan tidak terpengaruh oleh keadaan atau situasi di sekitarnya. Kebahagiaan sejati akan mengalir dari dalam hati apabila kita "...hidup kami ini adalah hidup karena percaya, bukan karena melihat." (2 Korintus 5:7). Sikap inilah yang mendorong kita terus bertekun. Ketekunan adalah kemampuan menghadapi segala macam masalah, kesulitan, pencobaan dan penderitaan dengan ketabahan dan kesetiaan yang teguh. Dengan kata lain kita tidak berdiam diri tanpa berbuat apa pun, melainkan berkeras hati dan bersungguh-sungguh (bekerja, belajar, dan berusaha). Inilah yang dilakukan Ayub di tengah pencobaan, "Ia tetap tekun dalam kesalehannya," (Ayub 2:3). Ketekunan pasti mendatangkan upah! "Sebab kamu memerlukan ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa yang dijanjikan itu." (Ibrani 10:36).
"Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia
sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan
Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia." Yakobus 1:12
Thursday, April 2, 2015
Wednesday, April 1, 2015
BAHAGIA DI TENGAH PENCOBAAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 April 2015
Baca: Yakobus 1:2-8
"Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan," Yakobus 1:2
Umumnya orang akan berbahagia apabila ia mengalami hal-hal yang baik dalam hidupnya, perjalanan hidup terasa mulus tanpa rintangan dan hambatan yang berarti. Keadaan akan berubah secara drastis ketika berbagai pencobaan terjadi sehingga sulit rasanya menemukan orang yang tetap berbahagia saat itu. Ketika pencobaan datang kita cenderung tidak bisa menerima keadaan yang ada sehingga respons kita terhadap pencobaan pun lebih mengarah kepada hal-hal yang negatif: marah, kecewa, murung, bersedih, pahit hati, putus asa, tersinggung dan berontak.
Firman Tuhan hari ini justru menyatakan bahwa ketika dihadapkan pada berbagai pencobaan kita harus menganggapnya sebagai suatu kebahagiaan. Dengan kata lain kita harus tetap bisa mengucap syukur! Pencobaan yang dimaksudkan adalah masalah-masalah yang berasal dari luar atau masalah yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, yang bertujuan menguji iman kita. Oleh karena itu kita harus bisa menyikapinya dengan sikap hati yang benar, karena justru melalui pencobaan yang ada kadar iman dan kesungguhan kita dalam mengikut Tuhan sedang diuji dan ditempa menjadi orang-orang Kristen yang semakin berkualitas dan berkarakter, "sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan." (ayat 3), sehingga kita dapat berkata seperti yang Ayub katakan, "Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas." (Ayub 23:10). Di balik pencobaan-pencobaan yang dialami Ayub ada maksud dan tujuan yang indah.
Jika kita diijinkan mengalami berbagai-bagai pencobaan jangan pernah berpikir bahwa Tuhan itu jahat dan tidak mengasihi kita. Justru hal itu mendatangkan kebaikan bagi kita karena dalam segala perkara Tuhan pasti turut bekerja (baca Roma 8:28). Adalah sangat mungkin kita tetap berbahagia sekalipun situasi-situasi yang ada tidak mendukung bila kita memahami maksud dan rencana Tuhan ini; berbahagia tanpa disertai ketakutan dan kekuatiran.
Mungkinkah berbahagia di tengah pencobaan? Sangat mungkin, karena tidak ada perkara yang mustahil bagi orang percaya!
Baca: Yakobus 1:2-8
"Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan," Yakobus 1:2
Umumnya orang akan berbahagia apabila ia mengalami hal-hal yang baik dalam hidupnya, perjalanan hidup terasa mulus tanpa rintangan dan hambatan yang berarti. Keadaan akan berubah secara drastis ketika berbagai pencobaan terjadi sehingga sulit rasanya menemukan orang yang tetap berbahagia saat itu. Ketika pencobaan datang kita cenderung tidak bisa menerima keadaan yang ada sehingga respons kita terhadap pencobaan pun lebih mengarah kepada hal-hal yang negatif: marah, kecewa, murung, bersedih, pahit hati, putus asa, tersinggung dan berontak.
Firman Tuhan hari ini justru menyatakan bahwa ketika dihadapkan pada berbagai pencobaan kita harus menganggapnya sebagai suatu kebahagiaan. Dengan kata lain kita harus tetap bisa mengucap syukur! Pencobaan yang dimaksudkan adalah masalah-masalah yang berasal dari luar atau masalah yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, yang bertujuan menguji iman kita. Oleh karena itu kita harus bisa menyikapinya dengan sikap hati yang benar, karena justru melalui pencobaan yang ada kadar iman dan kesungguhan kita dalam mengikut Tuhan sedang diuji dan ditempa menjadi orang-orang Kristen yang semakin berkualitas dan berkarakter, "sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan." (ayat 3), sehingga kita dapat berkata seperti yang Ayub katakan, "Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas." (Ayub 23:10). Di balik pencobaan-pencobaan yang dialami Ayub ada maksud dan tujuan yang indah.
Jika kita diijinkan mengalami berbagai-bagai pencobaan jangan pernah berpikir bahwa Tuhan itu jahat dan tidak mengasihi kita. Justru hal itu mendatangkan kebaikan bagi kita karena dalam segala perkara Tuhan pasti turut bekerja (baca Roma 8:28). Adalah sangat mungkin kita tetap berbahagia sekalipun situasi-situasi yang ada tidak mendukung bila kita memahami maksud dan rencana Tuhan ini; berbahagia tanpa disertai ketakutan dan kekuatiran.
Mungkinkah berbahagia di tengah pencobaan? Sangat mungkin, karena tidak ada perkara yang mustahil bagi orang percaya!
Subscribe to:
Posts (Atom)