Wednesday, April 1, 2015

BAHAGIA DI TENGAH PENCOBAAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 April 2015

Baca:  Yakobus 1:2-8

"Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan,"  Yakobus 1:2

Umumnya orang akan berbahagia apabila ia mengalami hal-hal yang baik dalam hidupnya, perjalanan hidup terasa mulus tanpa rintangan dan hambatan yang berarti.  Keadaan akan berubah secara drastis ketika berbagai pencobaan terjadi sehingga sulit rasanya menemukan orang yang tetap berbahagia saat itu.  Ketika pencobaan datang kita cenderung tidak bisa menerima keadaan yang ada sehingga respons kita terhadap pencobaan pun lebih mengarah kepada hal-hal yang negatif:  marah, kecewa, murung, bersedih, pahit hati, putus asa, tersinggung dan berontak.

     Firman Tuhan hari ini justru menyatakan bahwa ketika dihadapkan pada berbagai pencobaan kita harus menganggapnya sebagai suatu kebahagiaan.  Dengan kata lain kita harus tetap bisa mengucap syukur!  Pencobaan yang dimaksudkan adalah masalah-masalah yang berasal dari luar atau masalah yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, yang bertujuan menguji iman kita.  Oleh karena itu kita harus bisa menyikapinya dengan sikap hati yang benar, karena justru melalui pencobaan yang ada kadar iman dan kesungguhan kita dalam mengikut Tuhan sedang diuji dan ditempa menjadi orang-orang Kristen yang semakin berkualitas dan berkarakter,  "sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan."  (ayat 3), sehingga kita dapat berkata seperti yang Ayub katakan,  "Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas."  (Ayub 23:10).  Di balik pencobaan-pencobaan yang dialami Ayub ada maksud dan tujuan yang indah.

     Jika kita diijinkan mengalami berbagai-bagai pencobaan jangan pernah berpikir bahwa Tuhan itu jahat dan tidak mengasihi kita.  Justru hal itu mendatangkan kebaikan bagi kita karena dalam segala perkara Tuhan pasti turut bekerja  (baca  Roma 8:28).  Adalah sangat mungkin kita tetap berbahagia sekalipun situasi-situasi yang ada tidak mendukung bila kita memahami maksud dan rencana Tuhan ini;  berbahagia tanpa disertai ketakutan dan kekuatiran.

Mungkinkah berbahagia di tengah pencobaan?  Sangat mungkin, karena tidak ada perkara yang mustahil bagi orang percaya!

Tuesday, March 31, 2015

JANGAN JEMU-JEMU BERDOA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 31 Maret 2015

Baca:  Mazmur 39:1-14

"Dengarkanlah doaku, ya TUHAN, dan berilah telinga kepada teriakku minta tolong, janganlah berdiam diri melihat air mataku!"  Mazmur 39:13a

Hari ini kita memasuki hari terakhir di bulan Maret 2015.  Hingga hari ini banyak sekali orang Kristen yang kehidupan rohaninya menunjukkan grafik yang semakin merosot.  Mereka tampak ogah-ogahan dan tidak lagi antusias mengejar perkara-perkara rohani:  ibadah dilakukan semau gue, kalau sempat ya datang ke gereja, kalau lagi repot plus hujan ya mending di rumah, pelayanan pun dilakukan ala kadarnya bergantung mood.  Mengapa?  Setelah diusut lebih lanjut ternyata mereka menyimpan rasa kecewa yang mendalam oleh karena doa-doanya yang belum juga beroleh jawaban.

     Seringkali kita berpikir bahwa doa adalah semata-mata tentang permintaan kita kepada Tuhan atau sarana kita meminta kepada Tuhan yang seketika itu harus dikabulkan dijawab.  Awal-awalnya kita berdoa dengan tekun karena menginginkan sesuatu dari Tuhan, namun begitu belum ada jawaban kita pun langsung berubah sikap, tidak lagi berdoa secara intensif hingga akhirnya kita benar-benar berhenti berdoa.  Perhatikan!  Doa sebenarnya bukan hanya sekedar kita berbicara dan menyampaikan keinginan kepada Tuhan, tetapi juga mendengarkan apa yang Tuhan mau dan inginkan dari kehidupan kita.  Tuhan Yesus mengingatkan supaya kita  "...selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu."  (Lukas 18:1).  Berdoa dengan tidak jemu-jemu artinya berdoa terus-menerus, tidak menjadi kendur dan tidak kehilangan semangat dalam hati kita.  Kalau kita menyadari bahwa waktu Tuhan bukanlah waktu kita, maka kita akan berdoa dengan tidak jemu-jemu apapun keadaannya sampai kita melihat Tuhan bekerja dan menyatakan kuasa-Nya.  Kita berdoa kepada Tuhan dengan tidak jemu-jemu sebagai tanda bahwa kita sangat bergantung kepada-Nya dan menjadikan Dia sebagai satu-satunya Penolong.

     Saudara yang terkasih, di dalam doa terkandung unsur:  waktu, kesungguhan, motivasi dan juga iman.  Jujur kita akui bahwa sulit rasanya menerima suatu kenyataan bahwa waktu kita bukanlah waktu Tuhan.  Akibatnya kita tidak sabar dan tidak lagi tahan untuk terus berdoa!

Jangan jemu berdoa, karena  "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,"  Pengkotbah 3:11