Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 30 Maret 2015
Baca: Mazmur 70:1-6
"Engkaulah yang menolong aku dan meluputkan aku; ya TUHAN, janganlah lambat datang!" Mazmur 70:6b
Di tengah perjalanan menuju rumah Yairus tiba-tiba langkah Tuhan sempat terhenti untuk beberapa saat karena ada seorang perempuan yang sakit pendarahan selama dua belas tahun telah menjamah jubah-Nya. "Ketika perempuan itu melihat, bahwa perbuatannya itu ketahuan, ia datang
dengan gemetar, tersungkur di depan-Nya dan menceriterakan kepada orang
banyak apa sebabnya ia menjamah Dia dan bahwa ia seketika itu juga
menjadi sembuh." (Lukas 8:47). Sepertinya kedatangan Tuhan Yesus ke rumah Yairus sudah tidak ada arti apa-apa ketika salah satu keluarga Yairus mengabarkan bahwa anaknya sudah mati. Nasi sudah menjadi bubur.
Ketika doa-doa kita belum beroleh jawaban seringkali kita terpengaruh oleh omongan orang lain yang cenderung melemahkan: usahamu pasti akan bangkrut, suamimu tidak mungkin kembali ke rumah, sakit-penyakitmu tidak mungkin disembuhkan, utang-utangmu tidak mungkin terlunasi, anak-anakmu tidak mungkin bisa sekolah tinggi dan sebagainya. Tapi Yairus tetap memegang janji firman-Nya, "Jangan takut, percaya saja, dan anakmu akan selamat." (ayat 50), meski secara kasat mata keadaan tampak semakin buruk dan sudah tidak ada harapan lagi. Perihal waktu seringkali menjadi masalah serius dalam kehidupan orang percaya. Mengapa? Karena kita menghendaki pertolongan dan jawaban doa dari Tuhan itu secara cepat, tidak perlu menunggu lama, padahal waktu kita bukanlah waktu Tuhan. Ada kalanya jawaban Tuhan terhadap doa dan permohonan kita adalah: tunggu. Namun yang pasti janji Tuhan adalah ya dan amin, dan Tuhan bertindak sesuai dengan waktu-Nya, bukan waktu kita. Mungkin kita tidak akan mendapat masalah bila waktu Tuhan itu sama dengan waktu kita.
Di balik keterlambatan-Nya tiba ke rumah Yairus ada perkara yang besar dan dahsyat Tuhan nyatakan. "...Yesus memegang tangan anak itu dan berseru, kata-Nya: 'Hai anak bangunlah!' Maka kembalilah roh anak itu dan seketika itu juga ia bangkit berdiri." (Lukas 8:54-55). Anak Yairus yang sudah mati pun dibangkitkan-Nya!
Bagi Tuhan tidak ada kata terlambat karena Ia tahu persis waktu yang tepat untuk bertindak, karena itu tetaplah bertekun dan menantikan Dia!
Monday, March 30, 2015
Sunday, March 29, 2015
TUHAN YESUS ADALAH SUMBER PERTOLONGAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 29 Maret 2015
Baca: Lukas 8:40-56
"Anakmu sudah mati, jangan lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru!" Lukas 8:49
Ketika dilanda permasalahan, hal pertama yang kita butuhkan adalah suatu pertolongan. Pertolongan yang bagaimana? Semua orang pasti mengharapkan pertolongan yang datang tepat pada waktunya, bukan pertolongan yang datangnya terlambat atau tertunda. Bagaimana rasanya jika pertolongan yang ditunggu-tunggu ternyata datangnya sangat terlambat? Saat itulah orang pasti akan marah, jengkel, kecewa, bersungut-sungut dan akhirnya meninggalkan Tuhan dengan menyimpan kepahitan yang akut. Yang tidak kita sadari adalah adakalanya Tuhan mengijinkan pertolongan itu sepertinya datang terlambat karena Ia memiliki tujuan dan rencana yang indah di balik keterlambatan tersebut.
Pertolongan yang sepertinya tertunda dan sangat terlambat juga dialami oleh Yairus, seorang kepala rumah ibadat yang mengalami masalah berat karena anak perempuan satu-satunya, yang berumur kira-kira dua belas tahun, hampir mati (ayat 42). Ketika masalah datang Yairus membuat sebuah keputusan yang sangat tepat yaitu tidak lari mencari pertolongan kepada manusia atau sumber-sumber lain yang ada di dunia ini, tetapi ia datang kepada Tuhan Yesus. Bahkan Alkitab mencatat: "Sambil tersungkur di depan kaki Yesus ia memohon kepada-Nya, supaya Yesus datang ke rumahnya," (ayat 41b). Kata tersungkur menunjuk kepada suatu sikap kesungguhan yang didasari oleh kerendahan hati. Ia tidak merasa malu dan gengsi meski dilihat oleh orang banyak. Ia tidak menghiraukan statusnya sebagai kepala rumah ibadat, dengan kata lain ia rela menanggalkan segala 'atribut' demi bertemu dengan Tuhan Yesus.
Ketika tertimpa masalah ada banyak orang Kristen yang tidak langsung datang kepada Tuhan Yesus, tapi mereka mencoba mengatasi masalahnya dengan kekuatan sendiri dan seringkali pula mereka tergoda untuk mencari pertolongan 'instan' kepada dunia. Dan karena merasa diri orang kaya, terpandang dan berkedudukan tinggi, mereka merasa enggan dan gengsi untuk tersungkur di bawah kaki Tuhan Yesus dan merendahkan diri. "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!" (Yeremia 17:5). Status sosial seringkali menjadi hambatan bagi seseorang untuk datang kepada Tuhan Yesus.
Pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN YESUS, bukan yang lain!
Baca: Lukas 8:40-56
"Anakmu sudah mati, jangan lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru!" Lukas 8:49
Ketika dilanda permasalahan, hal pertama yang kita butuhkan adalah suatu pertolongan. Pertolongan yang bagaimana? Semua orang pasti mengharapkan pertolongan yang datang tepat pada waktunya, bukan pertolongan yang datangnya terlambat atau tertunda. Bagaimana rasanya jika pertolongan yang ditunggu-tunggu ternyata datangnya sangat terlambat? Saat itulah orang pasti akan marah, jengkel, kecewa, bersungut-sungut dan akhirnya meninggalkan Tuhan dengan menyimpan kepahitan yang akut. Yang tidak kita sadari adalah adakalanya Tuhan mengijinkan pertolongan itu sepertinya datang terlambat karena Ia memiliki tujuan dan rencana yang indah di balik keterlambatan tersebut.
Pertolongan yang sepertinya tertunda dan sangat terlambat juga dialami oleh Yairus, seorang kepala rumah ibadat yang mengalami masalah berat karena anak perempuan satu-satunya, yang berumur kira-kira dua belas tahun, hampir mati (ayat 42). Ketika masalah datang Yairus membuat sebuah keputusan yang sangat tepat yaitu tidak lari mencari pertolongan kepada manusia atau sumber-sumber lain yang ada di dunia ini, tetapi ia datang kepada Tuhan Yesus. Bahkan Alkitab mencatat: "Sambil tersungkur di depan kaki Yesus ia memohon kepada-Nya, supaya Yesus datang ke rumahnya," (ayat 41b). Kata tersungkur menunjuk kepada suatu sikap kesungguhan yang didasari oleh kerendahan hati. Ia tidak merasa malu dan gengsi meski dilihat oleh orang banyak. Ia tidak menghiraukan statusnya sebagai kepala rumah ibadat, dengan kata lain ia rela menanggalkan segala 'atribut' demi bertemu dengan Tuhan Yesus.
Ketika tertimpa masalah ada banyak orang Kristen yang tidak langsung datang kepada Tuhan Yesus, tapi mereka mencoba mengatasi masalahnya dengan kekuatan sendiri dan seringkali pula mereka tergoda untuk mencari pertolongan 'instan' kepada dunia. Dan karena merasa diri orang kaya, terpandang dan berkedudukan tinggi, mereka merasa enggan dan gengsi untuk tersungkur di bawah kaki Tuhan Yesus dan merendahkan diri. "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!" (Yeremia 17:5). Status sosial seringkali menjadi hambatan bagi seseorang untuk datang kepada Tuhan Yesus.
Pertolongan kita adalah dalam nama TUHAN YESUS, bukan yang lain!
Subscribe to:
Posts (Atom)