Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Maret 2015
Baca: Mazmur 9:1-21
"Orang yang mengenal nama-Mu percaya kepada-Mu, sebab tidak Kautinggalkan orang yang mencari Engkau, ya TUHAN." Mazmur 9:11
Saat diterjang oleh ganasnya badai dan gelombang permasalahan kebanyakan orang Kristen malah tidak lagi mau berdoa dan semakin menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah. Adalah mudah sekali menemukan iman dalam diri seseorang ketika segala sesuatunya berjalan dengan baik dan lancar. Sebaliknya ketika masalah datang secara beruntun dan bertubi-tubi, masihkan kita menjaga konsistensi iman kepada Tuhan? Justru dalam situasi-situasi sulit inilah kesempatan bagi kita untuk makin mendekat kepada Tuhan dan membangun persekutuan dengan Dia, "Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia." (1 Korintus 15:58).
Ketika orang-orang dalam kepanikan dan tidak lagi bisa berpikir jernih, Paulus menunjukkan kualitas imannya. Kita bisa menyimak dari pernyataan Paulus ini, "Karena tadi malam seorang malaikat dari Allah, yaitu dari Allah yang aku sembah sebagai milik-Nya, berdiri di sisiku," (Kisah 27:23). Hal itu menunjukkan bahwa dalam situasi genting sekalipun Paulus masih menyempatkan diri untuk membangun persekutuan yang karib dengan Tuhan dan menyembah Dia, bukti bahwa ia memiliki pengenalan yang benar akan Tuhan. Bagaimana kita? Jangankan menyembah Tuhan, untuk berdoa saja seringkali terasa berat dan sulit untuk dilakukan. Alkitab menasihati kita, "Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa." (1 Perus 4:7). Sejauh mana kita memiliki pengenalan yang benar akan Tuhan? Ini menentukan kualitas iman kita.
Pemazmur mengatakan, "TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka." (Mazmur 25:14). Karena Paulus karib dengan Tuhan, Tuhan pun mengutus malaikat untuk memberitahukan kehendak dan rencana-Nya: "Jangan takut, Paulus! Engkau harus menghadap Kaisar; dan sesungguhnya
oleh karunia Allah, maka semua orang yang ada bersama-sama dengan engkau
di kapal ini akan selamat karena engkau." (Kisah 27:24). Karib dengan Tuhan adalah kunci kekuatan untuk menghadapi segala sesuatu.
Bagaimana mungkin kita akan kuat menghadapi terjangan badai kehidupan ini bila kita sendiri tidak mau melekat kepada Tuhan?
Friday, March 27, 2015
Thursday, March 26, 2015
JADILAH PADAMU MENURUT IMANMU
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Maret 2015
Baca: Matius 9:27-31
"Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?" Matius 9:28
Kalau kita mempelajari secara teliti di dalam Injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes, sesaat sebelum Tuhan Yesus melakukan suatu mujizat, hal pertama yang Ia lakukan adalah bertanya terlebih dahulu kepada orang yang meminta pertolongan kepada-Nya. Tuhan tidak pernah bertanya, "Berapa uang yang kamu miliki? Berapa banyak harta kekayaanmu? Atau apa jabatanmu?" Hal pertama yang Dia tanyakan adalah tentang iman percayanya, "Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?" (ayat nas).
Jika kita memiliki iman dan percaya, maka mujizat apa pun bisa terjadi, sebab ada tertulis: "Jadilah kepadamu menurut imanmu." (Matius 9:29). Sebaliknya jika di dalam hati kita masih dipenuhi oleh kekuatiran, kebimbangan dan keragu-raguan, jangan harap mujizat dapat terjadi. Itu bukan karena Tuhan tidak sanggup, tapi kita sendiri yang menghalangi Tuhan bekerja. Karena itu Tuhan mencari iman di antara manusia di bumi: "...jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?" (Lukas 18:8).
Imanlah yang memberi kita keberanian untuk bertindak karena iman tidak akan pernah menjadi kenyataan bila kita tidak berbuat apa-apa. "...iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna." (Yakobus 2:22). Iman berarti mengharapkan dan percaya kepada janji Tuhan yang adalah ya dan amin, sedangkan khayalan hanyalah angan-angan yang kita dapatkan. Karena itu jangan pernah berhenti berharap kepada Tuhan dan jangan pernah menyerah sampai kita melihat Tuhan bekerja. Sedahsyat apa pun badai menyerang, baik itu dalam hal pekerjaan, keluarga, ekonomi, kesehatan, studi, takkan mampu melemahkan dan menggoyahkan kita asal kita punya iman yang kuat di dalam Tuhan. Imanlah yang memberi kita rasa tenang. Bukan berarti kita tidak punya masalah, tapi kita tenang di tengah masalah. "Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku. Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah." (Mazmur 62:2-3). Jadi iman adalah dasar untuk mengalami mujizat, pertolongan, kesembuhan dan pemulihan dari Tuhan.
Tanpa iman kita tidak akan pernah melihat dan mengalami mujizat Tuhan dinyatakan, sebab "Orang benar akan hidup oleh iman." (Roma 1:17).
Baca: Matius 9:27-31
"Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?" Matius 9:28
Kalau kita mempelajari secara teliti di dalam Injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes, sesaat sebelum Tuhan Yesus melakukan suatu mujizat, hal pertama yang Ia lakukan adalah bertanya terlebih dahulu kepada orang yang meminta pertolongan kepada-Nya. Tuhan tidak pernah bertanya, "Berapa uang yang kamu miliki? Berapa banyak harta kekayaanmu? Atau apa jabatanmu?" Hal pertama yang Dia tanyakan adalah tentang iman percayanya, "Percayakah kamu, bahwa Aku dapat melakukannya?" (ayat nas).
Jika kita memiliki iman dan percaya, maka mujizat apa pun bisa terjadi, sebab ada tertulis: "Jadilah kepadamu menurut imanmu." (Matius 9:29). Sebaliknya jika di dalam hati kita masih dipenuhi oleh kekuatiran, kebimbangan dan keragu-raguan, jangan harap mujizat dapat terjadi. Itu bukan karena Tuhan tidak sanggup, tapi kita sendiri yang menghalangi Tuhan bekerja. Karena itu Tuhan mencari iman di antara manusia di bumi: "...jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?" (Lukas 18:8).
Imanlah yang memberi kita keberanian untuk bertindak karena iman tidak akan pernah menjadi kenyataan bila kita tidak berbuat apa-apa. "...iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna." (Yakobus 2:22). Iman berarti mengharapkan dan percaya kepada janji Tuhan yang adalah ya dan amin, sedangkan khayalan hanyalah angan-angan yang kita dapatkan. Karena itu jangan pernah berhenti berharap kepada Tuhan dan jangan pernah menyerah sampai kita melihat Tuhan bekerja. Sedahsyat apa pun badai menyerang, baik itu dalam hal pekerjaan, keluarga, ekonomi, kesehatan, studi, takkan mampu melemahkan dan menggoyahkan kita asal kita punya iman yang kuat di dalam Tuhan. Imanlah yang memberi kita rasa tenang. Bukan berarti kita tidak punya masalah, tapi kita tenang di tengah masalah. "Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku. Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah." (Mazmur 62:2-3). Jadi iman adalah dasar untuk mengalami mujizat, pertolongan, kesembuhan dan pemulihan dari Tuhan.
Tanpa iman kita tidak akan pernah melihat dan mengalami mujizat Tuhan dinyatakan, sebab "Orang benar akan hidup oleh iman." (Roma 1:17).
Subscribe to:
Posts (Atom)