Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 23 Maret 2015
Baca: Mazmur 84:1-13
"Sebab TUHAN Allah adalah matahari dan perisai; kasih dan kemuliaan Ia
berikan; Ia tidak menahan kebaikan dari orang yang hidup tidak bercela." Mazmur 84:12
Kita akan berjalan makin lama makin kuat apabila kita senantiasa mengandalkan Tuhan. Siapa yang Saudara andalkan dalam hidup ini? Banyak orang Kristen yang meskipun tampak setia beribadah dan melayani Tuhan tidak sepenuhnya bergantung kepada Tuhan dan mengandalkan Dia dalam segala hal. Mereka berjalan dengan kekuatan sendiri, bersandar pada pengertiannya sendiri dan menganggap diri sendiri bijak karena merasa diri kaya, hebat, pintar, populer atau berkedudukan tinggi.
Selama kita berjalan dengan kekuatan sendiri kita sedang berjalan menuju ke arah yang berlawanan dengan kehendak Tuhan. Hasilnya bisa ditebak: kita tidak akan memiliki ketenangan karena hati dikuasai rasa kuatir, takut dan cemas sehingga pada saat menemui jalan buntu kita akan mudah sekali kecewa, stres dan ujung-ujungnya kita marah dan menyalahkan Tuhan. Alkitab memperingatkan, "Celakalah orang-orang yang pergi ke Mesir minta pertolongan, yang
mengandalkan kuda-kuda, yang percaya kepada keretanya yang begitu
banyak, dan kepada pasukan berkuda yang begitu besar jumlahnya, tetapi
tidak memandang kepada Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tidak mencari
TUHAN." (Yesaya 31:1), tetapi "Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!" (Yeremia 17:7). Kalimat berhasrat mengadakan ziarah (dalam Mazmur 84:6) berbicara tentang hati atau motivasi kita dalam beribadah kepada Tuhan. Ibadah yang berkenan kepada Tuhan adalah ibadah yang bukan sekedar menjalankan kewajiban agama atau rutinitas, melainkan karena kita mengasihi Tuhan dan rindu menyenangkan hati Tuhan. Beribadah kepada Tuhan juga berarti kita menolak segala bentuk kompromi terhadap dosa dan kejahatan.
Bila kita senantiasa berada di bait-Nya dan mengandalkan Dia, melewati perjalanan hidup seberat apapun, melewati lembah kekelaman sekalipun, tidak ada yang perlu dikuatirkan karena Tuhan selalu beserta kita: Tuhan sanggup mengubah masalah menjadi berkat, mengubah lembah air mata menjadi sukacita, "...Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara." (Yesaya 43:19b).
Jika Tuhan di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita? Roma 8:31
Monday, March 23, 2015
Sunday, March 22, 2015
KEKUATAN MAKIN BERTAMBAH-TAMBAH (1)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Maret 2015
Baca: Mazmur 84:1-13
"Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah!" Mazmur 84:6
Di tengah dunia yang semakin hari semakin dipenuhi gejolak ini banyak orang Kristen yang malah menjauh dan meninggalkan Tuhan, karena beranggapan bahwa mengikuti jalan Tuhan ternyata lebih complicated, banyak masalah dan ujian, sementara mereka melihat hari-hari yang dijalani orang-orang dunia sepertinya mulus tanpa aral. Secara manusia pergumulan yang harus kita hadapi memang cukup berat dan kita memiliki alasan untuk menjadi lemah dan putus asa, tetapi justru Tuhan menghendaki kita makin lama makin kuat: kuat doa, kuat ibadah, kuat pelayananan, kuat iman, kuat pengharapan dalam Tuhan, kuat dalam mempraktekkan kasih kita kepada Tuhan dan juga terhadap sesama.
Bani Korah, yaitu anak-anak Korah bin Yizhar bin Kehat bin Lewi, yang turut dalam pemberontakan terhadap Musa dan kemudian berpartisipasi aktif dalam pelayanan di Kemah Suci, bertugas sebagai penjaga pintu masuk, mengolah roti, serta menyanyikan puji-pujian bagi Tuhan, melalui mazmur ini memberikan kiat-kiat bagaimana supaya kita tetap kuat di segala situasi. Kuncinya adalah senantiasa di rumah Tuhan, "Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau." (Mazmur 84:5). Adakah kita memiliki kerinduan yang dalam untuk bertemu Tuhan di bait-Nya yang kudus, seperti yang dirasakan oleh pemazmur ini? "Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran TUHAN;" (Mazmur 84:3). Berdiam di rumah Tuhan berarti kita memiliki persekutuan yang erat dengan Tuhan, setia beribadah dan melayani Tuhan. Itulah sebabnya Daud merasa senang kalau ada yang memanggilnya untuk pergi ke rumah Tuhan, "Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: 'Mari kita pergi ke rumah TUHAN.'" (Mazmur 122:1).
Jangan sekali-kali kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah yang ada karena Tuhan sudah memberikan waktu: "...enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN," (Keluaran 20:9-10).
Saat berada di rumah Tuhan kita akan menyaksikan kemurahan TUHAN! (baca Mazmur 27:4).
Baca: Mazmur 84:1-13
"Berbahagialah manusia yang kekuatannya di dalam Engkau, yang berhasrat mengadakan ziarah!" Mazmur 84:6
Di tengah dunia yang semakin hari semakin dipenuhi gejolak ini banyak orang Kristen yang malah menjauh dan meninggalkan Tuhan, karena beranggapan bahwa mengikuti jalan Tuhan ternyata lebih complicated, banyak masalah dan ujian, sementara mereka melihat hari-hari yang dijalani orang-orang dunia sepertinya mulus tanpa aral. Secara manusia pergumulan yang harus kita hadapi memang cukup berat dan kita memiliki alasan untuk menjadi lemah dan putus asa, tetapi justru Tuhan menghendaki kita makin lama makin kuat: kuat doa, kuat ibadah, kuat pelayananan, kuat iman, kuat pengharapan dalam Tuhan, kuat dalam mempraktekkan kasih kita kepada Tuhan dan juga terhadap sesama.
Bani Korah, yaitu anak-anak Korah bin Yizhar bin Kehat bin Lewi, yang turut dalam pemberontakan terhadap Musa dan kemudian berpartisipasi aktif dalam pelayanan di Kemah Suci, bertugas sebagai penjaga pintu masuk, mengolah roti, serta menyanyikan puji-pujian bagi Tuhan, melalui mazmur ini memberikan kiat-kiat bagaimana supaya kita tetap kuat di segala situasi. Kuncinya adalah senantiasa di rumah Tuhan, "Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau." (Mazmur 84:5). Adakah kita memiliki kerinduan yang dalam untuk bertemu Tuhan di bait-Nya yang kudus, seperti yang dirasakan oleh pemazmur ini? "Jiwaku hancur karena merindukan pelataran-pelataran TUHAN;" (Mazmur 84:3). Berdiam di rumah Tuhan berarti kita memiliki persekutuan yang erat dengan Tuhan, setia beribadah dan melayani Tuhan. Itulah sebabnya Daud merasa senang kalau ada yang memanggilnya untuk pergi ke rumah Tuhan, "Aku bersukacita, ketika dikatakan orang kepadaku: 'Mari kita pergi ke rumah TUHAN.'" (Mazmur 122:1).
Jangan sekali-kali kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah yang ada karena Tuhan sudah memberikan waktu: "...enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN," (Keluaran 20:9-10).
Saat berada di rumah Tuhan kita akan menyaksikan kemurahan TUHAN! (baca Mazmur 27:4).
Subscribe to:
Posts (Atom)