Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Maret 2015
Baca: 1 Korintus 4:6-21
"...supaya jangan ada di antara kamu yang menyombongkan diri dengan jalan mengutamakan yang satu dari pada yang lain." 1 Korintus 4:6
Secara umum, panggilan Tuhan adalah beban yang Tuhan taruh di dalam diri orang percaya untuk melayani dan berkarya bagi Dia. Tuhan berkata, "Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku
telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah..." (Yohanes 15:16). Artinya Tuhanlah yang memilih kita, bukan kita yang memilih Dia, bahkan Ia menyelamatkan dan mengangkat kita untuk menjadi anak-anak-Nya dan umat pilihan-Nya. Apa tujuan Tuhan memilih dan memanggil kita? Supaya kita memasyhurkan nama-Nya melalui perbuatan kita dengan menjalankan peran kita sebagai saksi-saksi-Nya di tengah-tengah dunia ini.
Panggilan untuk memasyhurkan nama Tuhan inilah yang telah dilupkan dan diabaikan oleh jemaat di Korintus! Rasul Paulus pun mempertegas, mengingatkan dan meluruskan kembali motivasi pelayanan mereka. Apa itu motivasi? Motivasi adalah sebuah kekuatan yang melatarbelakangi setiap perencanaan, keputusan, pilihan dan tindakan seseorang. Kekuatan inilah yang memberi semangat dan gairah untuk kita mengerjakan sesuatu, baik itu yang sifatnya positif maupun yang negatif sekalipun. "...sebab TUHAN menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita." (1 Tawarikh 28:9). Tuhan sangat memperhatikan motivasi seseorang dalam melakukan segala sesuatu, baik dalam pekerjaan apa pun, terlebih-lebih dalam melayani Tuhan. Penting sekali menjaga motivasi kita tetap selaras dengan kehendak dan panggilan Tuhan, sebab itu akan mempengaruhi pikiran, sikap, tindakan, serta menentukan hasil yang kita kerjakan.
Rasul Paulus mendapati ada banyak jemaat Korintus yang tidak lagi menempatkan Kristus sebagai pusat pujian, tetapi mereka cenderung memegahkan diri sendiri. Kesombongan telah menjadi penyakit yang sangat kronis sampai-sampai Paulus harus memperingatkan, "Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan
sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah." (1 Korintus 10:31).
Motivasi apa yang mendasari kita dalam melakukan segala sesuatu? Untuk kebanggaan diri sendiri atau untuk memasyhurkan nama Tuhan?
Tuesday, March 10, 2015
Monday, March 9, 2015
PERSEKUTUAN DENGAN SESAMA (3)
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Maret 2015
Baca: Galatia 6:1-10
"Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman." Galatia 6:10
Hidup dalam persekutuan berarti mau menerima orang lain apa adanya dengan segala kelemahan dan kekurangannya, serta mau melayani satu sama lain seperti teladan Tuhan Yesus yang rela membasuh kaki murid-murid-Nya, "sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu." (Yohanes 13:15). Hidup dalam persekutuan berarti pula mau bertolong-tolongan dan saling menanggung beban, demikianlah nasihat Paulus, "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus." (Galatia 6:2).
Mari belajar dari orang Samaria yang murah hati. Ia rela berkorban untuk orang lain tanpa pamrih meskipun orang yang ditolongnya adalah seteru bangsanya. Ada tertulis, "Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?" (1 Yohanes 3:17). Yang dimaksud mengasihi bukan sekedar membalas kebaikan yang telah kita terima dari orang lain, "Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun berbuat demikian." (Lukas 6:33); tetapi Tuhan menghendaki kita menyatakan kasih itu secara nyata kepada semua orang tanpa terkecuali, termasuk musuh sekalipun. Kasih Tuhan akan selalu mengalir di dalam kehidupan kita apabila kita juga terus mengalirkan kasih yang telah kita terima itu kepada orang lain. Sebagai orang percaya kita harus dapat menjadi sumber kasih Tuhan bagi orang-orang yang ada di sekitar kita, sehingga mereka akan menemukan dan merasakan aliran kasih Tuhan melalui kehidupan kita di mana pun dan kapan pun waktunya.
Sesungguhnya kasih adalah sarana penginjilan dan alat kesaksian yang paling efektif, karena ada banyak orang yang tidak bisa dijangkau dengan hanya diberi khotbah, tapi hati orang akan mudah tersentuh ketika kita melakukan perbuatan kasih.
Memiliki persekutuan yang erat dengan saudara-saudara seiman selaku sesama anggota keluarga Kerajaan Sorga adalah proses pembelajaran dan latihan bagi kita untuk mempraktekkan kasih, sebelum kita melangkah ke luar.
Baca: Galatia 6:1-10
"Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman." Galatia 6:10
Hidup dalam persekutuan berarti mau menerima orang lain apa adanya dengan segala kelemahan dan kekurangannya, serta mau melayani satu sama lain seperti teladan Tuhan Yesus yang rela membasuh kaki murid-murid-Nya, "sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu." (Yohanes 13:15). Hidup dalam persekutuan berarti pula mau bertolong-tolongan dan saling menanggung beban, demikianlah nasihat Paulus, "Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus." (Galatia 6:2).
Mari belajar dari orang Samaria yang murah hati. Ia rela berkorban untuk orang lain tanpa pamrih meskipun orang yang ditolongnya adalah seteru bangsanya. Ada tertulis, "Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?" (1 Yohanes 3:17). Yang dimaksud mengasihi bukan sekedar membalas kebaikan yang telah kita terima dari orang lain, "Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun berbuat demikian." (Lukas 6:33); tetapi Tuhan menghendaki kita menyatakan kasih itu secara nyata kepada semua orang tanpa terkecuali, termasuk musuh sekalipun. Kasih Tuhan akan selalu mengalir di dalam kehidupan kita apabila kita juga terus mengalirkan kasih yang telah kita terima itu kepada orang lain. Sebagai orang percaya kita harus dapat menjadi sumber kasih Tuhan bagi orang-orang yang ada di sekitar kita, sehingga mereka akan menemukan dan merasakan aliran kasih Tuhan melalui kehidupan kita di mana pun dan kapan pun waktunya.
Sesungguhnya kasih adalah sarana penginjilan dan alat kesaksian yang paling efektif, karena ada banyak orang yang tidak bisa dijangkau dengan hanya diberi khotbah, tapi hati orang akan mudah tersentuh ketika kita melakukan perbuatan kasih.
Memiliki persekutuan yang erat dengan saudara-saudara seiman selaku sesama anggota keluarga Kerajaan Sorga adalah proses pembelajaran dan latihan bagi kita untuk mempraktekkan kasih, sebelum kita melangkah ke luar.
Subscribe to:
Posts (Atom)