Thursday, March 5, 2015

JANGAN MEMENTINGKAN DIRI SENDIRI

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Maret 2015

Baca:  Yakobus 3:13-18

"Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat."  Yakobus 3:16

Salah satu faktor penyebab terjadinya perpecahan dalam kehidupan keluarga, jemaat, persekutuan, pelayanan dan bermasyarakat adalah sikap mementingkan diri sendiri.  Mementingkan diri sendiri disebut pula selfish atau juga egois, yang dalam kamus  'Webster'  didefinisikan:  memerhatikan diri sendiri secara tidak pantas atau secara berlebih-lebihan, mendahulukan kenyamanan dan keuntungan diri sendiri tanpa memperhatikan, atau dengan mengorbankan kenyamanan dan keuntungan orang lain.

     Ketika seseorang mementingkan diri sendiri ia akan menjadikan dirinya sebagai pusat dan tidak lagi mempedulikan kepentingan dan perasaan orang lain.  Inilah yang menjadi sumber dari banyak kekacauan dan kejahatan  (ayat nas).  Mengapa?  Karena orang yang mementingkan diri sendiri pasti sulit menjalin kerjasama dengan orang lain sebagai anggota tim di dalam menyelesaikan sebuah tugas;  Orang yang mementingkan diri sendiri juga cenderung mudah marah, tersinggung serta tidak bisa menguasai diri.  "Berhentilah marah dan tinggalkanlah panas hati itu, jangan marah, itu hanya membawa kepada kejahatan."  (Mazmur 37:8).  Orang yang egois memiliki kecenderungan menghakimi dan mencela orang lain karena menganggap diri sendiri paling benar dan tidak pernah salah.  Rasul Paulus mengingatkan,  "Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain."  (Galatia 6:4).  Sebagai orang percaya kita harus membuang jauh sifat mementingkan diri sendiri agar kita tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain.

     Dalam segala perkara marilah senantiasa meneladani Kristus,  "...Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan,...dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga."  (Filipi 2:1, 3, 4).

"Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka."  Matius 7:12

Wednesday, March 4, 2015

JANGAN ADA PERPECAHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Maret 2015

Baca:  1 Korintus 1:10-17

"Yang aku maksudkan ialah, bahwa kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus."  1 Korintus 1:12

Mengapa rasul Paulus perlu sekali mengingatkan jemaat di Korintus pentingnya persekutuan?  Karena di antara pengikutnya telah terjadi perpecahan, hubungan antar anggota tubuh Kristus tidak lagi harmonis.  Mereka membentuk kubu atau golongan:  golongan Apolos, golongan Kefas dan golongan Kristus.  Pertanyaannya:  apakah masing-masing golongan memiliki Kristus yang berbeda-beda?  Tentu saja tidak, artinya mereka sendiri yang telah membentuk benteng-benteng atau sekat-sekat di antara mereka.  Karena itu rasul Paulus bertanya:  "Adakah Kristus terbagi-bagi?"  (1 Korintus 1:13).

     Di zaman sekarang ini ada banyak orang Kristen yang tanpa sadar hatinya melekat kepada hamba Tuhan dibanding firman yang disampaikan.  Mereka mulai mengkultuskan dan mengidolakan pemimpin rohani atau pendeta, bukan lagi Kristus.  Mereka lebih suka menyanjung atau memuja manusia yang tampak secara kasat mata daripada Tuhan yang tidak kelihatan.  Mereka ogah-ogahan datang beribadah jika tahu yang berkhotbah ada pendeta yang kurang menarik dan tidak disukai.  Inilah yang akhirnya menjadi biang perpecahan di antara jemaat dalam sebuah gereja.  Mereka lupa, bahwa sehebat apa pun hamba Tuhan mereka hanyalah alatNya saja, di mana tanpa Roh Tuhan bekerja mereka tidak bisa berbuat apa-apa.  "Karena itu yang penting bukanlah yang menanam atau yang menyiram, melainkan Allah yang memberi pertumbuhan. Baik yang menanam maupun yang menyiram adalah sama; dan masing-masing akan menerima upahnya sesuai dengan pekerjaannya sendiri."  (1 Korintus 3:7-8).

     Tuhan menghendaki kita senantiasa hidup dalam persekutuan yang erat di antara sesama anggota tubuh Kristus.  Bersekutu berarti membangun suatu hubungan yang di dalamnya terdapat unsur sehati, sepikir, saling menguatkan dan menopang, sehingga terbangun satu kesatuan yang utuh, tidak terpecah-pecah.

Kita harus memusatkan kasih dan kesetiaan kita kepada Tuhan dan firman-Nya saja, bukan pada pemberita firman atau siapa.