Saturday, February 21, 2015

JANGAN MENGABAIKAN TUHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Februari 2015

Baca:  Yesaya 65:1-16

"Oleh karena ketika Aku memanggil, kamu tidak menjawab, ketika Aku berbicara, kamu tidak mendengar,"  Yesaya 65:12b

Bagaimana perasaan Saudara jika diabaikan oleh orang-orang terdekat?  Diabaikan oleh suami/isteri, diabaikan oleh orang tua, diabaikan oleh anak-anak, diabaikan oleh pimpinan di kantor, atau diabaikan oleh rekan sepelayanan?  Mungkin kita akan berkata,  "Sakitnya itu di sini!"  (sambil menunjuk ke dada).  Diabaikan adalah satu kata yang sangat tidak diharapkan oleh siapa pun, karena diabaikan itu sama artinya keberadaan seseorang tidak dipedulikan dan tidak diharapkan lagi.

     Tanpa sadar dan mungkin dengan sengaja kita pun bersikap demikian terhadap Tuhan.  Kita mengabaikan dan bersikap masa bodoh terhadap perkara-perkara rohani, firman-Nya hanya kita dengar sambil lalu, masuk telinga kanan ke luar dari telinga kiri, teguran-Nya tidak kita pedulikan, kehadiran-Nya sama sekali tidak kita anggap.  Sikap yang sama juga ditunjukkan oleh bangsa Israel, di mana mereka sama sekali tidak mempedulikan Tuhan.  Saat Tuhan memanggil, mereka tidak menjawab;  saat Dia berbicara, mereka tidak mau mendengar, bahkan  "...kamu melakukan apa yang jahat di mata-Ku dan lebih menyukai apa yang tidak berkenan kepada-Ku."  (Yesaya 65:12b).

     Sesungguhnya bangsa Israel adalah umat yang sangat dikasihi Tuhan, umat perjanjian-Nya yang telah dituntun keluar dari Mesir, dipelihara begitu rupa selama 40 tahun di padang gurun.  "Engkau telah menuntun umat-Mu seperti kawanan domba dengan perantaraan Musa dan Harun."  (Mazmur 77:21), serta  "Dikelilingi-Nya dia dan diawasi-Nya, dijaga-Nya sebagai biji mata-Nya."  (Ulangan 32:10b).  Alkitab menggambarkan kedekatan hubungan antara Tuhan dan umat Israel seperti suami dan isteri.  Namun seiring berjalannya waktu bangsa Israel digambarkan seperti seorang isteri yang tidak lagi setia kepada pasangannya.  "Engkau telah berzinah dengan banyak kekasih,"  (Yeremia 3:1);  Bangsa Israel  "...seperti seorang isteri tidak setia terhadap temannya, demikianlah kamu tidak setia terhadap Aku, hai kaum Israel, demikianlah firman TUHAN."  (Yeremia 3:20).  Tak bisa dibayangkan betapa sakitnya hati Tuhan!

Bangsa Israel bukan hanya mengabaikan Tuhan, tapi juga meninggalkan Tuhan dan berpaling kepada allah lain!

Friday, February 20, 2015

MENJADI BERKAT DI MASA KERING

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 20 Februari 2015

Baca:  1 Raja-Raja 17:7-24

"Sekarang aku tahu, bahwa engkau abdi Allah dan firman TUHAN yang kauucapkan itu adalah benar."  1 Raja-Raja 17:24

Ketika mengalami masalah berat umumnya kita langsung menyerah pada keadaan, tidak mau berbuat sesuatu, hanya diam di tempat dan mengasihani diri sendiri.  Kita jadi malas berdoa, ogah baca Alkitab dan tidak semangat beribadah.  Ini salah besar!  Jika ingin keadaan berubah kita pun harus berani membuat perubahan.

     Pada waktu Elia mengalami masalah berat karena sungat Kerit yang mengering ia mau melangkah menaati perintah Tuhan, padahal sungai Kerit sudah menjadi zona nyaman baginya.  Elia meninggalkan zona nyaman itu dengan perintah Tuhan:  "...pergi ke Sarfat, dan diamlah di sana. Ketahuilah, Aku telah memerintahkan seorang janda untuk memberi engkau makan."  (1 Raja-Raja 17:9).  Ingin dipulihkan Tuhan?  Kita harus berani meninggalkan zona nyaman kita.  Sesungguhnya Elia punya alasan kuat kuatir pergi ke Sarfat, karena Sarfat adalah wilayah Sidon, sedangkan raja Sidon adalah orang tua Izabel  (renungan 17 Februari 2015).  Tapi Tuhan justru menyuruh Elia tinggal di Sidon.  Kata tinggal berarti berada di tempat itu dalam kurun waktu tertentu.  Jadi meski kuatir, Elia tetap mengikuti kehendak Tuhan.

     Hari-hari ini banyak orang kuatir akan masa depan hidupnya karena BBM naik per-18 November 2014 lalu, yang secara otomatis berdampak pada naiknya harga kebutuhan hidup lainnya.  Kata-kata yang ada di pikiran kita hanyalah:  tidak mungkin, mustahil, apa bisa;  karena segala sesuatu kita ukur dengan logika kita.  Terkadang perintah Tuhan sangat tidak masuk akal, namun ketika kita taat kita akan melihat perkara-perkara ajaib dinyatakan.  Di Sarfat Elia diutus Tuhan untuk menemui janda miskin yang hanya mempunyai segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli.  Meski ia sendiri berada dalam kesulitan Elia tetap melangkah mengerjakan tugasnya, bahkan ia mampu menguatkan orang lain dan menjadi saluran berkat.  "Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi."  (1 Raja-Raja 17:14).

Ketaatan dan ketidakkuatiran adalah kunci mengubah situasi yang buruk menjadi penuh berkat!