Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Februari 2015
Baca: Yesaya 35:1-10
"Di situ tidak akan ada singa, binatang buas tidak akan menjalaninya dan
tidak akan terdapat di sana; orang-orang yang diselamatkan akan berjalan
di situ," Yesaya 35:9
Banyak orang percaya seringkali mengeluh dan ragu ketika berkomitmen berjalan sepenuhnya di jalan Tuhan dan tidak lagi mengikuti arus dunia ini. Mengapa? Karena mereka terus membanding-bandingkan dengan keadaan orang yang tidak percaya atau orang fasik, yang secara kasat mata tampak mujur.
Ayub sempat mengeluh pula, "Mengapa orang fasik tetap hidup, menjadi tua, bahkan menjadi bertambah-tambah kuat? Keturunan mereka tetap bersama mereka, dan anak cucu diperhatikan mereka. Rumah-rumah mereka aman, tak ada ketakutan, pentung Allah tidak menimpa mereka." (Ayub 21:7-9). Bani Asaf pun dalam mazmurnya menyatakan hal yang sama, "Sebab aku cemburu kepada pembual-pembual, kalau aku melihat kemujuran orang-orang fasik. Sia-sia sama sekali aku mempertahankan hati yang bersih, dan membasuh tanganku, tanda tak bersalah. Namun sepanjang hari aku kena tulah, dan kena hukum setiap pagi." (Mazmur 73:3, 13, 14). Benarkah demikian? Sia-sia dan rugikah hidup di jalan Tuhan? Apakah janji Tuhan itu hanya teori dan wacana belaka? Rasul Paulus menasihati, "...berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan
Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih
payahmu tidak sia-sia." (1 Korintus 15:58). Jadi, "Dalam tiap jerih payah ada keuntungan," (Amsal 14:23), sebab janji-janji Tuhan disediakan bagi semua orang percaya yang tetap berada di jalan Tuhan, artinya hidup seturut kehendak-Nya, atau hidup dalam kebenaran dan kekudusan. Tidak ada seorang pun yang dapat menghalangi atau menghentikan langkah kita untuk menggapai janji Tuhan tersebut, sebab di jalan Tuhan "...tidak akan ada singa, binatang buas tidak akan menjalaninya dan tidak
akan terdapat di sana; orang-orang yang diselamatkan akan berjalan di
situ," (Yesaya 35:9).
Asalkan kita hidup di jalan Tuhan, tidak ada sesuatu pun yang perlu ditakutkan dan kuatirkan, sebab tangan Tuhan akan menopang kita, bahkan "TUHAN akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja." (Keluaran 14:14).
Berjalan di jalan Tuhan akan mengantarkan kita kepada kehidupan yang berkemenangan!
Sunday, February 15, 2015
Saturday, February 14, 2015
JALAN TUHAN: Sedikit Yang Menempuh
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Februari 2015
Baca: Yesaya 35:1-10
"Di situ akan ada jalan raya, yang akan disebutkan Jalan Kudus; orang yang tidak tahir tidak akan melintasinya, dan orang-orang pandir tidak akan mengembara di atasnya." Yesaya 35:8
Jalan Tuhan disebut pula dengan jalan kudus, jalan suci atau jalan yang menuju kepada keselamatan kekal. Namun sayang tidak semua orang mau menempuh jalan itu, terlebih-lebih mereka yang disebut orang yang tidak tahir dan orang pandir. Orang yang tidak tahir artinya orang yang berdosa atau orang yang hidup dalam kecemaran, sedangkan orang pandir disebut pula orang bodoh atau bebal, orang yang hidup menurut kehendak sendiri dan sulit menerima teguran. Mereka tidak mau menempuh jalan Tuhan karena mereka berpikir bahwa jalan Tuhan itu penuh dengan aturan, tidak boleh ini tidak boleh itu, tidak bebas, menyakitkan daging, ada harga yang harus dibayar, sebagaimana Tuhan Yesus katakan: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." (Matius 16:24).
Berbeda jika mereka menempuh jalan sendiri, bebas dan leluasa memuaskan hasrat dan keinginan dagingnya. Mereka lupa bahwa "...barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu." (Galatia 6:8). Dalam Injil Matius dengan sangat jelas digambarkan bahwa Jalan Tuhan adalah pintu yang sesak dan jalan yang sempit, "Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya." (Matius 7:13-14). Banyak orang lebih memilih jalan yang lebar dan luas, "...jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut." (Amsal 14:12).
Sebagai orang percaya keberadaan kita adalah orang-orang yang sudah ditahirkan dan dikuduskan, tapi bukan karena perbuatan baik kita, melainkan semata-mata karena anugerah Tuhan melalui pengorbanan-Nya di kayu salib, "...dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa." (1 Yohanes 1:7).
Karena kita sudah ditahirkan dan disucikan oleh darah Kristus maka kita dilayakkan dan wajib untuk berjalan di jalan kudus-Nya Tuhan!
Baca: Yesaya 35:1-10
"Di situ akan ada jalan raya, yang akan disebutkan Jalan Kudus; orang yang tidak tahir tidak akan melintasinya, dan orang-orang pandir tidak akan mengembara di atasnya." Yesaya 35:8
Jalan Tuhan disebut pula dengan jalan kudus, jalan suci atau jalan yang menuju kepada keselamatan kekal. Namun sayang tidak semua orang mau menempuh jalan itu, terlebih-lebih mereka yang disebut orang yang tidak tahir dan orang pandir. Orang yang tidak tahir artinya orang yang berdosa atau orang yang hidup dalam kecemaran, sedangkan orang pandir disebut pula orang bodoh atau bebal, orang yang hidup menurut kehendak sendiri dan sulit menerima teguran. Mereka tidak mau menempuh jalan Tuhan karena mereka berpikir bahwa jalan Tuhan itu penuh dengan aturan, tidak boleh ini tidak boleh itu, tidak bebas, menyakitkan daging, ada harga yang harus dibayar, sebagaimana Tuhan Yesus katakan: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku." (Matius 16:24).
Berbeda jika mereka menempuh jalan sendiri, bebas dan leluasa memuaskan hasrat dan keinginan dagingnya. Mereka lupa bahwa "...barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu." (Galatia 6:8). Dalam Injil Matius dengan sangat jelas digambarkan bahwa Jalan Tuhan adalah pintu yang sesak dan jalan yang sempit, "Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya." (Matius 7:13-14). Banyak orang lebih memilih jalan yang lebar dan luas, "...jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut." (Amsal 14:12).
Sebagai orang percaya keberadaan kita adalah orang-orang yang sudah ditahirkan dan dikuduskan, tapi bukan karena perbuatan baik kita, melainkan semata-mata karena anugerah Tuhan melalui pengorbanan-Nya di kayu salib, "...dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa." (1 Yohanes 1:7).
Karena kita sudah ditahirkan dan disucikan oleh darah Kristus maka kita dilayakkan dan wajib untuk berjalan di jalan kudus-Nya Tuhan!
Subscribe to:
Posts (Atom)