Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Februari 2015
Baca: 1 Raja-Raja 19:1-8
"Kemudian ia ingin mati, katanya: 'Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN,
ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek
moyangku.'" 1 Raja-Raja 19:4b
Sering kita mendengar nasihat orang, "Jangan gampang stres, nanti kamu cepat tua lho!" Memang banyak orang merasa alergi dan takut sekali mendengar kata tua. Mengapa orang tidak suka bila dibilang sudah tua? Karena tua identik dengan kulit yang kendur dan keriput. Oleh karena itu banyak orang (khususnya wanita) berlomba-lomba untuk menggunakan berbagai macam produk kecantikan, seperti krim pengencangan kulit atau wajah, mengkonsumsi vitamin A dan C supaya mereka tidak mengalami penuaan dini.
Tak bisa dipungkiri bahwa dunia saat ini dipenuhi dengan ketegangan-ketegangan di berbagai sektor kehidupan manusia. Hal ini seringkali menjadi faktor pemicu stres yang dialami orang dengan tekanan berat. Jadi, bukan hanya di bidang politik saja orang mudah sekali mengalami ketegangan seperti yang dialami oleh para wakil rakyat yang duduk di kursi DPR/MPR. Hanya karena berselisih pendapat mereka melakukan tindakan yang tidak terpuji yaitu mengjungkirbalikkan kursi dan meja saat rapat berlangsung, dan kejadian ini dilihat oleh jutaan mata di seluruh persada negeri ini. Karena stres tingkat tinggi, orang mudah sekali terpancing emosi dan meluapkan amarah. Sebagai anak-anak Tuhan tidak sepatutnya kita merespons setiap masalah yang terjadi dengan kemarahan atau emosi tinggi, sebaliknya kita harus menghadapinya dengan kepala dingin dan tenang sehingga kita terhindar dari stres.
Secara umum stres merupakan kelelahan berat yang disebabkan oleh masalah kehidupan; pengerahan daya tahan tubuh yang memungkinkan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap peristiwa-peristiwa yang tidak enak atau yang mengancam; reakasi tubuh yang tidak menentu terhadap suatu tuntutan yang dihadapi. Jadi stres itu berkenaan dengan ketegangan tubuh. Keadaan seperti ini juga pernah dialami oleh Elia. Karena diancam hendak dibunuh oleh Izebel jiwanya terguncang dan mengalami stres berat sampai-sampai ia berniat ingin mati saja. Elia benar-benar mengalami kelelahan jasmani dan juga rohani.
Serahkan semua persoalan kepada Tuhan, jangan dipikul sendiri beban itu supaya kita tidak stres!
Thursday, February 12, 2015
Wednesday, February 11, 2015
BERSERU SAAT PERLU
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Februari 2015
Baca: Mazmur 44:1-27
"Terjagalah! Mengapa Engkau tidur, ya Tuhan? Bangunlah! Janganlah membuang kami terus-menerus!" Mazmur 44:24
Sudah menjadi sifat alamiah manusia jika dalam marabahaya, terancam, tertekan dan menemui jalan buntu akan berteriak dan berseru-seru kepada Tuhan, bahkan disertai linangan air mata dan hati hancur. Tak jarang mereka pun langsung mengeluh, berani marah dan mempersalahkan Tuhan: "Mengapa Engkau berdiri jauh-jauh, ya TUHAN, dan menyembunyikan diri-Mu dalam waktu-waktu kesesakan?" (Mazmur 10:1).
Sama seperti yang dirasakan murid-murid ketika mereka berada di tengah amukan badai, mereka berpikir mengapa Tuhan Yesus sepertinya membiarkan hal itu sementara mereka berada dalam bahaya yang besar. Mereka pun berteriak, "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?" (Markus 4:38b). Tuhan Yesus pun menegur mereka, "Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?" (Matius 8:26). Saat dalam masalah berat biasanya cepat sekali kita lupa dengan kebesaran dan kuasa Tuhan, yang diingat-ingat hanyalah besarnya masalah, padahal Dia adalah "...Allah semesta alam, siapakah seperti Engkau? Engkau kuat, ya TUHAN, dan kesetiaan-Mu ada di sekeliling-Mu. Engkaulah yang memerintah kecongkakan laut, pada waktu naik gelombang-gelombangnya, Engkau juga yang meredakannya." (Mazmur 89:9-10). Kita menjadi panik, sangat ketakutan dan iman percaya kita yang tampak berkobar-kobar pada waktu ibadah di hari Minggu sepertinya hilang begitu saja dilibas oleh besarnya masalah. Terkadang badai dan gelombang diijinkan Tuhan terjadi untuk menguji kualitas iman percaya kita. Akhirnya Tuhan bertindak menolong murid-murid-Nya yang ketakutan di tengah danau sebagai bukti Ia sangat mengasihi dan peduli. Pertolongan Tuhan itu tidak pernah terlambat, "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya," (Pengkotbah 3:11).
Tidak ada alasan bagi orang percaya untuk takut dan kuatir karena kita mempunyai Tuhan yang dahsyat dan ajaib segala perbuatan-Nya. Jangan hanya saat perlu saja kita mencari Tuhan! Begitu persoalan beres kita pun bergegas meninggalkan Dia seperti yang diperbuat oleh sembilan orang yang sakit kusta (baca Lukas 17:17).
Kapan Saudara mencari Tuhan? Saat sedang membutuhkan atau karena kerinduan?
Baca: Mazmur 44:1-27
"Terjagalah! Mengapa Engkau tidur, ya Tuhan? Bangunlah! Janganlah membuang kami terus-menerus!" Mazmur 44:24
Sudah menjadi sifat alamiah manusia jika dalam marabahaya, terancam, tertekan dan menemui jalan buntu akan berteriak dan berseru-seru kepada Tuhan, bahkan disertai linangan air mata dan hati hancur. Tak jarang mereka pun langsung mengeluh, berani marah dan mempersalahkan Tuhan: "Mengapa Engkau berdiri jauh-jauh, ya TUHAN, dan menyembunyikan diri-Mu dalam waktu-waktu kesesakan?" (Mazmur 10:1).
Sama seperti yang dirasakan murid-murid ketika mereka berada di tengah amukan badai, mereka berpikir mengapa Tuhan Yesus sepertinya membiarkan hal itu sementara mereka berada dalam bahaya yang besar. Mereka pun berteriak, "Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?" (Markus 4:38b). Tuhan Yesus pun menegur mereka, "Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?" (Matius 8:26). Saat dalam masalah berat biasanya cepat sekali kita lupa dengan kebesaran dan kuasa Tuhan, yang diingat-ingat hanyalah besarnya masalah, padahal Dia adalah "...Allah semesta alam, siapakah seperti Engkau? Engkau kuat, ya TUHAN, dan kesetiaan-Mu ada di sekeliling-Mu. Engkaulah yang memerintah kecongkakan laut, pada waktu naik gelombang-gelombangnya, Engkau juga yang meredakannya." (Mazmur 89:9-10). Kita menjadi panik, sangat ketakutan dan iman percaya kita yang tampak berkobar-kobar pada waktu ibadah di hari Minggu sepertinya hilang begitu saja dilibas oleh besarnya masalah. Terkadang badai dan gelombang diijinkan Tuhan terjadi untuk menguji kualitas iman percaya kita. Akhirnya Tuhan bertindak menolong murid-murid-Nya yang ketakutan di tengah danau sebagai bukti Ia sangat mengasihi dan peduli. Pertolongan Tuhan itu tidak pernah terlambat, "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya," (Pengkotbah 3:11).
Tidak ada alasan bagi orang percaya untuk takut dan kuatir karena kita mempunyai Tuhan yang dahsyat dan ajaib segala perbuatan-Nya. Jangan hanya saat perlu saja kita mencari Tuhan! Begitu persoalan beres kita pun bergegas meninggalkan Dia seperti yang diperbuat oleh sembilan orang yang sakit kusta (baca Lukas 17:17).
Kapan Saudara mencari Tuhan? Saat sedang membutuhkan atau karena kerinduan?
Subscribe to:
Posts (Atom)