Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Februari 2015
Baca: Mazmur 29:1-11
"Suara TUHAN di atas air, Allah yang mulia mengguntur, TUHAN di atas air yang besar." Mazmur 29:3
Ketika berada di dalam badai, hal pertama yang harus kita lakukan adalah mencari tahu siapa dan apa penyebabnya. Maka dibutuhkan sebuah kepekaan rohani.
Bila badai terjadi karena kesalahan dan kelalaian sendiri, segeralah intropeksi diri. Ketika ditegur Natan perihal perselingkuhannya dengan Batsyeba, yang mengakibatkan anak yang dilahirkan mati, segeralah Daud berdoa, "Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!" (Mazmur 51:3-4). Inilah yang disebut kepekaan reaktif. Tuhan merupakan sumber kasih yang tidak pernah habis. Asal kita datang kepada-Nya dengan hati hancur dan mengakui dengan jujur segala dosa dan kesalahan, Tuhan pasti mengampuni. "Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah." (Mazmur 51:19).
Bila badai terjadi karena serangan Iblis, seperti yang dialami Ayub, tidak ada jalan lain selain harus makin melekat kepada Tuhan dan menguatkan iman percaya kita kepada-Nya. Lawanlah Iblis dengan iman yang teguh, maka "...Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam
Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan,
menguatkan dan mengokohkan kamu," (1 Petrus 5:10). Jangan sekali-kali mengandalkan kekuatan sendiri!
Sebagai mantan nelayan seharusnya beberapa murid Tuhan tahu harus berbuat apa ketika dihantam ombak karena mereka punya pengalaman. Ternyata pengalaman dan kepintaran manusia tak sanggup menolong. Betapa sering kita mengabaikan Tuhan dan memilih mengatasi masalah dengan kekuatan sendiri, atau kita bersandar kepada manusia yang kita anggap sanggup menolong kita. Hasilnya? Banyak kali kita harus menelan pil kekecewaan. "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!" (Yeremia 17:5).
Badai diijinkan terjadi supaya kita peka dan berubah sehingga tidak lagi menganggap diri sendiri hebat dan kuat!
Tuesday, February 10, 2015
Monday, February 9, 2015
TUHAN SANGGUP MEREDAKAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Februari 2015
Baca: Markus 4:35-41
"Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali." Markus 4:39
Danau Galilea adalah tipikal danau yang mudah sekali diterjang oleh angin dan badai yang kencang, yang melalui sela-sela perbukitan yang mengelilingi danau itu. Seharusnya fenomena alam ini tidak mengejutkan bagi beberapa murid Tuhan Yesus yang adalah mantan nelayan. Meski demikian mereka tetap saja dalam kepanikan. Begitu juga kita, selama kaki ini masih memijak bumi kita pun tidak akan luput dari terpaan berbagai badai kehidupan. Pertanyaan timbul: Apa bedanya kita sebagai orang percaya dan orang yang tidak percaya apabila masalah dan penderitaan itu juga datang menerpa hidup kita? Jawabnya: Jelas saja ada perbedaan yang nyata!
Orang percaya yang diterpa oleh badai persoalan tidak menghadapinya sendirian, sebab Tuhan ada bersama mereka dan selalu beserta. "Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya." (Mazmur 34:18). Alkitab juga menegaskan: "Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya." (1 Korintus 10:13). Sebaliknya ketika orang-orang dunia mengalami amukan badai, mereka tidak beroleh jaminan pertolongan dan perlindungan dari Tuhan, sehingga cepat atau lambat mereka akan tenggelam di dalam badai tersebut. "Kemalangan akan mematikan orang fasik," (Mazmur 34:22).
Perjalanan hidup kita ini digambarkan seperti sebuah perahu yang tengah berlayar di lautan lepas, yang tidak bisa menjanjikan pelayaran mulus tanpa terpaan ombak, badai dan amukan gelombang, sebab semuanya itu bisa datang sewaktu-waktu dan menimpa siapa saja termasuk orang percaya sekalipun. Asal kita selalu mengundang Tuhan Yesus masuk ke dalam perahu kita maka tidak ada yang perlu dikuatirkan. Kita pasti sanggup melewati semuanya dan mampu berkata: "Ku 'kan berdiri di tengah badai, dengan kekuatan yang Kauberikan, sampai kapan pun ku 'kan bertahan, karena Yesus selalu menopang hidupku." (lirik lagu rohani "Engkaulah Perisaiku" karya Bobby Febian).
Tidak ada badai sebesar apa pun yang tak sanggup diredakan oleh Tuhan Yesus!
Baca: Markus 4:35-41
"Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam! Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali." Markus 4:39
Danau Galilea adalah tipikal danau yang mudah sekali diterjang oleh angin dan badai yang kencang, yang melalui sela-sela perbukitan yang mengelilingi danau itu. Seharusnya fenomena alam ini tidak mengejutkan bagi beberapa murid Tuhan Yesus yang adalah mantan nelayan. Meski demikian mereka tetap saja dalam kepanikan. Begitu juga kita, selama kaki ini masih memijak bumi kita pun tidak akan luput dari terpaan berbagai badai kehidupan. Pertanyaan timbul: Apa bedanya kita sebagai orang percaya dan orang yang tidak percaya apabila masalah dan penderitaan itu juga datang menerpa hidup kita? Jawabnya: Jelas saja ada perbedaan yang nyata!
Orang percaya yang diterpa oleh badai persoalan tidak menghadapinya sendirian, sebab Tuhan ada bersama mereka dan selalu beserta. "Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya." (Mazmur 34:18). Alkitab juga menegaskan: "Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya." (1 Korintus 10:13). Sebaliknya ketika orang-orang dunia mengalami amukan badai, mereka tidak beroleh jaminan pertolongan dan perlindungan dari Tuhan, sehingga cepat atau lambat mereka akan tenggelam di dalam badai tersebut. "Kemalangan akan mematikan orang fasik," (Mazmur 34:22).
Perjalanan hidup kita ini digambarkan seperti sebuah perahu yang tengah berlayar di lautan lepas, yang tidak bisa menjanjikan pelayaran mulus tanpa terpaan ombak, badai dan amukan gelombang, sebab semuanya itu bisa datang sewaktu-waktu dan menimpa siapa saja termasuk orang percaya sekalipun. Asal kita selalu mengundang Tuhan Yesus masuk ke dalam perahu kita maka tidak ada yang perlu dikuatirkan. Kita pasti sanggup melewati semuanya dan mampu berkata: "Ku 'kan berdiri di tengah badai, dengan kekuatan yang Kauberikan, sampai kapan pun ku 'kan bertahan, karena Yesus selalu menopang hidupku." (lirik lagu rohani "Engkaulah Perisaiku" karya Bobby Febian).
Tidak ada badai sebesar apa pun yang tak sanggup diredakan oleh Tuhan Yesus!
Subscribe to:
Posts (Atom)