Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Februari 2015
Baca: Markus 4:35-41
"Iapun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: "Diam!
Tenanglah!" Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali." Markus 4:39
Danau Galilea adalah tipikal danau yang mudah sekali diterjang oleh angin dan badai yang kencang, yang melalui sela-sela perbukitan yang mengelilingi danau itu. Seharusnya fenomena alam ini tidak mengejutkan bagi beberapa murid Tuhan Yesus yang adalah mantan nelayan. Meski demikian mereka tetap saja dalam kepanikan. Begitu juga kita, selama kaki ini masih memijak bumi kita pun tidak akan luput dari terpaan berbagai badai kehidupan. Pertanyaan timbul: Apa bedanya kita sebagai orang percaya dan orang yang tidak percaya apabila masalah dan penderitaan itu juga datang menerpa hidup kita? Jawabnya: Jelas saja ada perbedaan yang nyata!
Orang percaya yang diterpa oleh badai persoalan tidak menghadapinya sendirian, sebab Tuhan ada bersama mereka dan selalu beserta. "Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya." (Mazmur 34:18). Alkitab juga menegaskan: "Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai
melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan
kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya." (1 Korintus 10:13). Sebaliknya ketika orang-orang dunia mengalami amukan badai, mereka tidak beroleh jaminan pertolongan dan perlindungan dari Tuhan, sehingga cepat atau lambat mereka akan tenggelam di dalam badai tersebut. "Kemalangan akan mematikan orang fasik," (Mazmur 34:22).
Perjalanan hidup kita ini digambarkan seperti sebuah perahu yang tengah berlayar di lautan lepas, yang tidak bisa menjanjikan pelayaran mulus tanpa terpaan ombak, badai dan amukan gelombang, sebab semuanya itu bisa datang sewaktu-waktu dan menimpa siapa saja termasuk orang percaya sekalipun. Asal kita selalu mengundang Tuhan Yesus masuk ke dalam perahu kita maka tidak ada yang perlu dikuatirkan. Kita pasti sanggup melewati semuanya dan mampu berkata: "Ku 'kan berdiri di tengah badai, dengan kekuatan yang Kauberikan, sampai kapan pun ku 'kan bertahan, karena Yesus selalu menopang hidupku." (lirik lagu rohani "Engkaulah Perisaiku" karya Bobby Febian).
Tidak ada badai sebesar apa pun yang tak sanggup diredakan oleh Tuhan Yesus!
Monday, February 9, 2015
Sunday, February 8, 2015
DITERJANG BADAI KEHIDUPAN
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 8 Februari 2015
Baca: Matius 8:23-27
"Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu, sehingga perahu itu ditimbus gelombang, tetapi Yesus tidur." Matius 8:24
Mungkin kita tidak pernah mengalami terpaan badai dan ganasnya gelombang di lautan dalam arti yang sesungguhnya karena kita memang tidak pernah melakukan perjalanan jauh melalui jalur laut, karena umumnya kapal laut membutuhkan waktu yang lama, bahkan bisa berhari-hari untuk bisa sampai ke tujuan. Karena itu banyak orang lebih suka menempuh perjalanan jauh melalui jalur udara demi efesiensi waktu dan kenyamanan meski harus mengeluarkan biaya mahal.
Namun tak seorang pun dapat mengelak dan menghindarkan diri dari 'badai dan gelombang' kehidupan yang sewaktu-waktu dapat terjadi dan menghantam 'perahu kehidupan' kita. Contoh nyata adalah badai perekonomian atau krisis moneter yang melanda bangsa Indonesia pada tahun 1998 lalu, krisis berkepanjangan menerjang segala sektor kehidupan yang akhirnya membawa dampak luar biasa bagi kelangsungan hidup semua orang. Ketika badai dan gelombang dahsyat menyerang, yang terlontar dari mulut kita umumnya adalah perkataan-perkataan negatif bercampur dengan takut, kuatir, kecewa. Tak jarang kita memprotes Tuhan, "Mengapa Tuhan membiarkan hal ini terjadi? Mengapa Tuhan tidak segera bertindak untuk menolong? Di manakah janji pemeliharaan Tuhan?" Pertanyaan yang sama yang bernada kecewa, kesal, menggerutu, mengomel pun terlontar dari mulut murid-murid, sebab Tuhan Yesuslah yang mengajak mereka untuk bertolak ke seberang. "Marilah kita bertolak ke seberang." (Markus 4:35).
Selain Tuhan Yesus dan murid-murid-Nya turut serta pula orang-orang yang mengikut Dia dengan perahu mereka masing-masing. Namun apa yang selanjutnya terjadi? "Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu," (ayat nas). Hal itu menunjukkan bahwa keikutsertaan Tuhan Yesus di dalam perahu tidak dengan serta merta membuat perjalanan yang mereka tempuh terbebas dari terpaan badai dan gelombang. "Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu;" (Mazmur 34:20).
Mengikut Tuhan bukan berarti pasti terbebas dari masalah, sebab Tuhan tidak pernah menjanjikan demikian, namun yang pasti Tuhan selalu ada untuk kita.
Baca: Matius 8:23-27
"Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu, sehingga perahu itu ditimbus gelombang, tetapi Yesus tidur." Matius 8:24
Mungkin kita tidak pernah mengalami terpaan badai dan ganasnya gelombang di lautan dalam arti yang sesungguhnya karena kita memang tidak pernah melakukan perjalanan jauh melalui jalur laut, karena umumnya kapal laut membutuhkan waktu yang lama, bahkan bisa berhari-hari untuk bisa sampai ke tujuan. Karena itu banyak orang lebih suka menempuh perjalanan jauh melalui jalur udara demi efesiensi waktu dan kenyamanan meski harus mengeluarkan biaya mahal.
Namun tak seorang pun dapat mengelak dan menghindarkan diri dari 'badai dan gelombang' kehidupan yang sewaktu-waktu dapat terjadi dan menghantam 'perahu kehidupan' kita. Contoh nyata adalah badai perekonomian atau krisis moneter yang melanda bangsa Indonesia pada tahun 1998 lalu, krisis berkepanjangan menerjang segala sektor kehidupan yang akhirnya membawa dampak luar biasa bagi kelangsungan hidup semua orang. Ketika badai dan gelombang dahsyat menyerang, yang terlontar dari mulut kita umumnya adalah perkataan-perkataan negatif bercampur dengan takut, kuatir, kecewa. Tak jarang kita memprotes Tuhan, "Mengapa Tuhan membiarkan hal ini terjadi? Mengapa Tuhan tidak segera bertindak untuk menolong? Di manakah janji pemeliharaan Tuhan?" Pertanyaan yang sama yang bernada kecewa, kesal, menggerutu, mengomel pun terlontar dari mulut murid-murid, sebab Tuhan Yesuslah yang mengajak mereka untuk bertolak ke seberang. "Marilah kita bertolak ke seberang." (Markus 4:35).
Selain Tuhan Yesus dan murid-murid-Nya turut serta pula orang-orang yang mengikut Dia dengan perahu mereka masing-masing. Namun apa yang selanjutnya terjadi? "Sekonyong-konyong mengamuklah angin ribut di danau itu," (ayat nas). Hal itu menunjukkan bahwa keikutsertaan Tuhan Yesus di dalam perahu tidak dengan serta merta membuat perjalanan yang mereka tempuh terbebas dari terpaan badai dan gelombang. "Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu;" (Mazmur 34:20).
Mengikut Tuhan bukan berarti pasti terbebas dari masalah, sebab Tuhan tidak pernah menjanjikan demikian, namun yang pasti Tuhan selalu ada untuk kita.
Subscribe to:
Posts (Atom)