Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Februari 2015
Baca: Matius 11:25-30
"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." Matius 11:28
Apakah saat ini Saudara merasa letih, lesu dan tak berdaya karena beratnya beban permasalahan yang harus Saudara tanggung dalam hidup ini? Mulai dari bangun pagi sampai hendak tidur malam banyak perkara yang kita pergumulkan dan keluhkan, mulai dari masalah keuangan keluarga yang pas-pasan, usaha yang seret dan sedang berada di ujung tanduk, beban pekerjaan, dan suasana kerja yang tidak kondusif, kesehatan yang terganggu karena sakit-penyakit yang lama belum kunjung sembuh, belum lagi anak-anak di rumah yang susah diatur dan studinya yang kian terseok-seok.
Dalam hal pelayanan pun kita merasa bahwa pelayanan yang kita lakukan selama ini serasa sia-sia, tidak ada kemajuan, jalan di tempat dan kita pun berniat untuk mundur karena tidak tahan dengan tekanan dari berbagai pihak. Akhirnya kekuatiran dan kecemasan terus saja membayangi langkah kaki kita yang kian gontai. Abraham L. Feinberg, seorang rohanian Amerika, menulis tentang sepuluh kiat untuk menikmati kebahagiaan hidup. Salah satu dari sepuluh kiat itu adalah: "Berhentilah kuatir. Rasa kuatir akan membinasakan hidupmu." Alkitab juga menegaskan bahwa kekuatiran itu sama sekali tidak mendatangkan kebaikan bagi seseorang, sebab "Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang," (Amsal 12:25), dan "Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?" (Matius 6:27).
Mengapa Saudara harus memikul beban itu sendirian? Rasul Petrus menasihati, "Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu." (1 Petrus 5:7). Tuhan berjanji, "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5b). Karena itu kuatkan diri dan tetaplah percaya kepada Tuhan Yesus! Keadaan dunia ini boleh saja berubah, tetapi kita punya Tuhan yang tidak pernah berubah: kuasa, kasih, kemurahan dan kebaikan-Nya "...tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya." (Ibrani 13:8). Tuhan Yesus tetaplah sebagai jalan dan kebenaran dan hidup bagi orang percaya.
"Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu." Yesaya 46:4b
Wednesday, February 4, 2015
Tuesday, February 3, 2015
PAULUS: Menderita Karena Injil
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Februari 2015
Baca: 2 Korintus 11:23-33
"Apakah mereka pelayan Kristus? Aku berkata seperti orang gila - aku lebih lagi!" 2 Korintus 11:23
Setelah menjadi rasul, apakah hidup Paulus menjadi mudah dan bebas masalah? Tidak; justru ujian, tantangan, aniaya, ancaman dan penderitaan datang silih berganti. Kecewa, putus asa, menyerahkah ia dalam mengerjakan panggilan Tuhan? Tidak. Sebaliknya ia terus melangkah dan berlari mengerjakan panggilan Tuhan dengan penuh komitmen.
Apa itu komitmen? Secara umum berarti kerelaan melakukan apa pun dan berkorban apa saja untuk sesuatu yang diyakini; komitmen juga diartikan suatu janji terhadap diri sendiri atau orang lain yang tercermin dalam tindakan nyata; komitmen berarti pula berpegang teguh dan fokus pada keputusan yang diambil tanpa mempertanyakan apa-apa lagi, dalam keadaan atau situasi yang bagaimana pun. Komitmen inilah yang mendorong seseorang melakukan segala sesuatu dengan passion, semangat dan totalitas, sehingga Paulus dapat berkata, "...bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah." (Filipi 1:21-22). Komitmen itu mudah diucapkan tapi sukar dijalankan, namun Paulus membuktikan komitmennya dengan tindakan nyata!
Inilah kesaksian Paulus, "Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian," (2 Korintus 11:23-27). Namun melalui pelayanannya banyak jiwa dimenangkan bagi Kristus..
Penderitaan tak mampu menghalangi Paulus mengerjakan panggilan Tuhan dengan penuh komitmen!
Baca: 2 Korintus 11:23-33
"Apakah mereka pelayan Kristus? Aku berkata seperti orang gila - aku lebih lagi!" 2 Korintus 11:23
Setelah menjadi rasul, apakah hidup Paulus menjadi mudah dan bebas masalah? Tidak; justru ujian, tantangan, aniaya, ancaman dan penderitaan datang silih berganti. Kecewa, putus asa, menyerahkah ia dalam mengerjakan panggilan Tuhan? Tidak. Sebaliknya ia terus melangkah dan berlari mengerjakan panggilan Tuhan dengan penuh komitmen.
Apa itu komitmen? Secara umum berarti kerelaan melakukan apa pun dan berkorban apa saja untuk sesuatu yang diyakini; komitmen juga diartikan suatu janji terhadap diri sendiri atau orang lain yang tercermin dalam tindakan nyata; komitmen berarti pula berpegang teguh dan fokus pada keputusan yang diambil tanpa mempertanyakan apa-apa lagi, dalam keadaan atau situasi yang bagaimana pun. Komitmen inilah yang mendorong seseorang melakukan segala sesuatu dengan passion, semangat dan totalitas, sehingga Paulus dapat berkata, "...bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah." (Filipi 1:21-22). Komitmen itu mudah diucapkan tapi sukar dijalankan, namun Paulus membuktikan komitmennya dengan tindakan nyata!
Inilah kesaksian Paulus, "Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian," (2 Korintus 11:23-27). Namun melalui pelayanannya banyak jiwa dimenangkan bagi Kristus..
Penderitaan tak mampu menghalangi Paulus mengerjakan panggilan Tuhan dengan penuh komitmen!
Subscribe to:
Posts (Atom)