Tuesday, February 3, 2015

PAULUS: Menderita Karena Injil

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Februari 2015

Baca:  2 Korintus 11:23-33

"Apakah mereka pelayan Kristus? Aku berkata seperti orang gila - aku lebih lagi!"  2 Korintus 11:23

Setelah menjadi rasul, apakah hidup Paulus menjadi mudah dan bebas masalah?  Tidak;  justru ujian, tantangan, aniaya, ancaman dan penderitaan datang silih berganti.  Kecewa, putus asa, menyerahkah ia dalam mengerjakan panggilan Tuhan?  Tidak.  Sebaliknya ia terus melangkah dan berlari mengerjakan panggilan Tuhan dengan penuh komitmen.

     Apa itu komitmenSecara umum berarti kerelaan melakukan apa pun dan berkorban apa saja untuk sesuatu yang diyakini;  komitmen juga diartikan suatu janji terhadap diri sendiri atau orang lain yang tercermin dalam tindakan nyata;  komitmen berarti pula berpegang teguh dan fokus pada keputusan yang diambil tanpa mempertanyakan apa-apa lagi, dalam keadaan atau situasi yang bagaimana pun.  Komitmen inilah yang mendorong seseorang melakukan segala sesuatu dengan passion, semangat dan totalitas, sehingga Paulus dapat berkata,  "...bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah."  (Filipi 1:21-22).  Komitmen itu mudah diucapkan tapi sukar dijalankan, namun Paulus membuktikan komitmennya dengan tindakan nyata!

     Inilah kesaksian Paulus,  "Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian,"  (2 Korintus 11:23-27).  Namun melalui pelayanannya banyak jiwa dimenangkan bagi Kristus..

Penderitaan tak mampu menghalangi Paulus mengerjakan panggilan Tuhan dengan penuh komitmen!

Monday, February 2, 2015

Paulus: Merespons Panggilan Tuhan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Februari 2015

Baca:  Kisah 22:1-22

"Sebab engkau harus menjadi saksi-Nya terhadap semua orang tentang apa yang kaulihat dan yang kaudengar."  Kisah 22:15

Ketika melihat orang lain yang memiliki latar belakang hidup sangat kelam dan jahat seringkali kita langsung berpikiran negatif terhadapnya dan beranggapan bahwa orang tersebut mustahil bisa berubah menjadi orang baik.  Terkadang kita pun berharap agar orang tersebut segera mendapatkan balasan yang setimpal sebagai akibat dari kejahatan yang telah dilakukan.  Itu menurut penilaian dan keinginan manusia!

     Dari pengalaman hidup Paulus ini kita bisa belajar satu hal, bahwa jika Tuhan memiliki rencana atas hidup seseorang tiada satu pun rencana-Nya yang gagal.  Paulus, orang yang jahat, karena  "...telah menganiaya pengikut-pengikut Jalan Tuhan sampai mereka mati; laki-laki dan perempuan kutangkap dan kuserahkan ke dalam penjara."  (Kisah 22:4), kini telah  'ditangkap'  sendiri oleh Tuhan dan hidupnya pun berubah 180 derajat.  Tuhan itu  "...baik dan suka mengampuni dan berlimpah kasih setia..."  (Mazmur 86:5).  Bahkan firman-Nya menegaskan,  "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba."  (Yesaya 1:18).  Rasul Petrus pun menulis,  "...sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat."  (2 Petrus 3:9).

     Paulus pada akhirnya dapat berkata,  "Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,"  (Filipi 3:7-8).  Ini adalah bukti pertobatan yang sungguh yaitu meninggalkan kehidupan lama, kemudian merespons panggilan Tuhan.  Tuhan bukan hanya memanggil Paulus untuk memberitakan Injil tapi juga untuk menderita bagi Kristus.  "Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku."  (Kisah 9:16).

Ada rencana yang indah di balik panggilan Tuhan terhadap diri Paulus!