Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 2 Februari 2015
Baca: Kisah 22:1-22
"Sebab engkau harus menjadi saksi-Nya terhadap semua orang tentang apa yang kaulihat dan yang kaudengar." Kisah 22:15
Ketika melihat orang lain yang memiliki latar belakang hidup sangat kelam dan jahat seringkali kita langsung berpikiran negatif terhadapnya dan beranggapan bahwa orang tersebut mustahil bisa berubah menjadi orang baik. Terkadang kita pun berharap agar orang tersebut segera mendapatkan balasan yang setimpal sebagai akibat dari kejahatan yang telah dilakukan. Itu menurut penilaian dan keinginan manusia!
Dari pengalaman hidup Paulus ini kita bisa belajar satu hal, bahwa jika Tuhan memiliki rencana atas hidup seseorang tiada satu pun rencana-Nya yang gagal. Paulus, orang yang jahat, karena "...telah menganiaya pengikut-pengikut Jalan Tuhan sampai mereka mati;
laki-laki dan perempuan kutangkap dan kuserahkan ke dalam penjara." (Kisah 22:4), kini telah 'ditangkap' sendiri oleh Tuhan dan hidupnya pun berubah 180 derajat. Tuhan itu "...baik dan suka mengampuni dan berlimpah kasih setia..." (Mazmur 86:5). Bahkan firman-Nya menegaskan, "Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti
salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih
seperti bulu domba." (Yesaya 1:18). Rasul Petrus pun menulis, "...sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia
sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang
binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat." (2 Petrus 3:9).
Paulus pada akhirnya dapat berkata, "Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus
Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku
telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku
memperoleh Kristus," (Filipi 3:7-8). Ini adalah bukti pertobatan yang sungguh yaitu meninggalkan kehidupan lama, kemudian merespons panggilan Tuhan. Tuhan bukan hanya memanggil Paulus untuk memberitakan Injil tapi juga untuk menderita bagi Kristus. "Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku." (Kisah 9:16).
Ada rencana yang indah di balik panggilan Tuhan terhadap diri Paulus!
Monday, February 2, 2015
Sunday, February 1, 2015
PAULUS: Hidup Yang Diubahkan
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 1 Februari 2015
Baca: Kisah 9:1-9a
"Sementara itu berkobar-kobar hati Saulus untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan." Kisah 9:1
Kisah perjalanan hidup rasul Paulus adalah sangat menarik untuk kita pelajari. Rasul Paulus adalah seorang tokoh besar dalam kitab Perjanjian Baru. Dari 27 kitab dalam Perjanjian Baru Paulus menulis kurang lebih separuhnya.
Paulus, yang awalnya bernama Saulus, berasal dari Tarsus. Pada usia muda Paulus hidup sebagai seorang Farisi di bawah didikan Gamaliel, "...seorang ahli Taurat yang sangat dihormati seluruh orang banyak," (Kisah 5:34). Sebelum dipakai Tuhan untuk menjadi rasul-Nya ia adalah orang yang sangat fanatik dengan agama, bahkan "...mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat." (Filipi 3:6). Artinya dalam hal hukum Taurat kemampuan Paulus tak disangsikan lagi. Tapi banyak orang mengenal Paulus sebagai pribadi yang bengis, jahat dan suka menganiaya jemaat. Bagaimana reaksi orang-orang yang telah dianiaya Paulus? Apakah mereka melakukn pembalasan seperti yang dilakukan oleh orang dunia pada umumnya yang berprinsip bahwa pembalasan lebih kejam dari perbuatan? Tidak sama sekali! Tuhan Yesus mengajarkan, "Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu." (Matius 5:44). Stefanus, salah satu korban kebengisan Paulus, melakukan apa yang diajarkan Tuhan Yesus ini. Sebelum mati ia pun berseru, "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!" (Kisah 7:60). Karena doa orang-orang yang teraniaya itulah akhirnya Paulus mengalami perjumpaan secara pribadi dengan Tuhan dalam perjalanannya ke Damsyik. Seketika itu Paulus mengalami jamahan Tuhan. Bukan hanya itu, Tuhan juga menyingkapkan perkara-perkara adikodrati kepada Paulus: "...tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia." (Kisah 9:3), sehingga ia pun terjatuh dan mengalami kebutaan selama tiga hari.
Pengalaman rohani inilah yang akhirnya menjadi titik balik dalam kehidupan Paulus. Ia bertobat, memberi diri untuk dibaptis, artinya manusia lama ditanggalkan dan kini ia menjadi 'ciptaan baru' di dalam Kristus.
Tuhan berkata, "...orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel." Kisah 9:15
Baca: Kisah 9:1-9a
"Sementara itu berkobar-kobar hati Saulus untuk mengancam dan membunuh murid-murid Tuhan." Kisah 9:1
Kisah perjalanan hidup rasul Paulus adalah sangat menarik untuk kita pelajari. Rasul Paulus adalah seorang tokoh besar dalam kitab Perjanjian Baru. Dari 27 kitab dalam Perjanjian Baru Paulus menulis kurang lebih separuhnya.
Paulus, yang awalnya bernama Saulus, berasal dari Tarsus. Pada usia muda Paulus hidup sebagai seorang Farisi di bawah didikan Gamaliel, "...seorang ahli Taurat yang sangat dihormati seluruh orang banyak," (Kisah 5:34). Sebelum dipakai Tuhan untuk menjadi rasul-Nya ia adalah orang yang sangat fanatik dengan agama, bahkan "...mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat." (Filipi 3:6). Artinya dalam hal hukum Taurat kemampuan Paulus tak disangsikan lagi. Tapi banyak orang mengenal Paulus sebagai pribadi yang bengis, jahat dan suka menganiaya jemaat. Bagaimana reaksi orang-orang yang telah dianiaya Paulus? Apakah mereka melakukn pembalasan seperti yang dilakukan oleh orang dunia pada umumnya yang berprinsip bahwa pembalasan lebih kejam dari perbuatan? Tidak sama sekali! Tuhan Yesus mengajarkan, "Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu." (Matius 5:44). Stefanus, salah satu korban kebengisan Paulus, melakukan apa yang diajarkan Tuhan Yesus ini. Sebelum mati ia pun berseru, "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!" (Kisah 7:60). Karena doa orang-orang yang teraniaya itulah akhirnya Paulus mengalami perjumpaan secara pribadi dengan Tuhan dalam perjalanannya ke Damsyik. Seketika itu Paulus mengalami jamahan Tuhan. Bukan hanya itu, Tuhan juga menyingkapkan perkara-perkara adikodrati kepada Paulus: "...tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia." (Kisah 9:3), sehingga ia pun terjatuh dan mengalami kebutaan selama tiga hari.
Pengalaman rohani inilah yang akhirnya menjadi titik balik dalam kehidupan Paulus. Ia bertobat, memberi diri untuk dibaptis, artinya manusia lama ditanggalkan dan kini ia menjadi 'ciptaan baru' di dalam Kristus.
Tuhan berkata, "...orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain serta raja-raja dan orang-orang Israel." Kisah 9:15
Subscribe to:
Posts (Atom)