Tuesday, January 27, 2015

MENGIKUTI JEJAK KRISTUS: Hidup Dalam Kasih

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 27 Januari 2015

Baca:  Yohanes 13:31-35

"Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi."  Yohanes 13:35

Bagi orang percaya kasih bukan sekedar suatu ajaran yang harus dipahami dan dimengerti, melainkan lebih daripada itu, kasih adalah inti kekristenan yang harus dipraktekkan dan dilakukan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.  Tuhan yesus berkata,  "Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi."  (Yohanes 13:34).  Dalam hal kasih ini Tuhan Yesus bukan sekedar mengajarkan dan memerintahkan para pengikut-Nya untuk saling mengasihi, tetapi diri-Nya sendiri telah menjadi model bagaimana seharusnya kita mengasihi dengan benar.

     Mengasihi orang lain selalu identik dengan tindakan memberi atau berkorban.  Tuhan Yesus telah membuktikan betapa Ia mengasihi kita dengan mengorbankan nyawa-Nya di kayu salib.  "Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya."  (Yohanes 15:13).  Karena kita telah mengalami kasih Kristus, maka sudah selayaknya kita membagikan kasih itu kepada orang lain.  Mengasihi yang diajarkan oleh Tuhan Yesus bukan sebuah kasih yang kita berikan karena orang lain mengasihi kita, tetapi kita juga harus mampu mengasihi orang yang membenci kita sekalipun.  "Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosapun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka. Sebab jikalau kamu berbuat baik kepada orang yang berbuat baik kepada kamu, apakah jasamu? Orang-orang berdosapun berbuat demikian."  (Lukas 6:32-33).

     Kita menyadari bahwa mengasihi musuh adalah perkara yang tidak mudah, namun jika kita mampu melakukannya kita akan menjadi orang yang  'berbeda'  dari dunia sebagaimana yang Tuhan inginkan,  "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."  (Roma 12:2).  Mengasihi bukanlah perbuatan alternatif atau manasuka yang ditawarkan oleh Tuhan, tapi suatu perintah yang harus ditaati oleh setiap pengikut Kristus!

Mengasihi sesama adalah perwujudan kasih kita kepada Tuhan juga!

Monday, January 26, 2015

KETAATAN ADALAH SEBUAH PILIHAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Januari 2015

Baca:  Ulangan 30:11-20

"Tetapi firman ini sangat dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu, untuk dilakukan."  Ulangan 30:14

Setiap pagi ketika kita beranjak dari tempat tidur kita selalu dihadapkan pada pilihan dan keputusan.  Akankah kita menyambut hari baru dengan lemah lunglai karena terus dibayangi oleh masalah yang kita pikirkan semalam-malaman?  Ataukah kita menyambut hari baru dengan penuh semangat karena kita telah menyerahkan semua beban dan pergumulan yang ada kepada Tuhan?  Karena kita tahu bahwa  "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku."  (Filipi 4:13).  Akankah kita bertekad untuk menjalani hari baru dengan sikap hati yang benar, yaitu memilih taat kepada Tuhan, atau tetap saja hidup menuruti kehendak diri sendiri?  Pilihan ada di tangan kita masing-masing.

     Musa pun menawarkan suatu pilihan kepada bangsa Israel:  ketaatan atau ketidaktaatan.  Manakah yang akan mereka pilih?  Kehidupan, kemenangan, keberhasilan, keberuntungan dan berkat akan menjadi bagian mereka yang mau taat dan  "...mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturan-Nya,"  (Ulangan 30:16);  sebaliknya pintu-pintu berkat dan keberhasilan akan semakin tertutup sehingga kegagalan demi kegagalan yang akan dituai, apabila hati mereka berpaling dari Tuhan, memberontak kepada-Nya dan memilih untuk sujud menyembah dan beribadah kepada allah lain.  Jelas sekali bahwa setiap pilihan  (taat atau tidak taat)  selalu mengandung konsekuensi.

     Seringkali kita lebih memilih berjalan menurut kehendak diri sendiri dan menyenangkan daging kita daripada tunduk kepada pimpinan Roh Kudus, padahal kita tahu persis bahwa setiap ketaatan selalu mendatangkan upah dari Tuhan.  Rasul Yohanes menulis:  "Perintah-perintah-Nya itu tidak berat, sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia."  (1 Yohanes 5:3b-4), artinya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak taat karena Tuhan telah memberikan iman kepada kita.  Karena imanlah kita beroleh kekuatan untuk melakukan setiap perintah Tuhan.  Tanpa iman dan kasih kepada Tuhan sulit rasanya orang hidup dalam ketaatan.

Taat atau tidak?  Pilihan kita hari ini menentukan masa depan kita!