Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 26 Januari 2015
Baca: Ulangan 30:11-20
"Tetapi firman ini sangat dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu, untuk dilakukan." Ulangan 30:14
Setiap pagi ketika kita beranjak dari tempat tidur kita selalu dihadapkan pada pilihan dan keputusan. Akankah kita menyambut hari baru dengan lemah lunglai karena terus dibayangi oleh masalah yang kita pikirkan semalam-malaman? Ataukah kita menyambut hari baru dengan penuh semangat karena kita telah menyerahkan semua beban dan pergumulan yang ada kepada Tuhan? Karena kita tahu bahwa "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." (Filipi 4:13). Akankah kita bertekad untuk menjalani hari baru dengan sikap hati yang benar, yaitu memilih taat kepada Tuhan, atau tetap saja hidup menuruti kehendak diri sendiri? Pilihan ada di tangan kita masing-masing.
Musa pun menawarkan suatu pilihan kepada bangsa Israel: ketaatan atau ketidaktaatan. Manakah yang akan mereka pilih? Kehidupan, kemenangan, keberhasilan, keberuntungan dan berkat akan menjadi bagian mereka yang mau taat dan "...mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang
ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan
peraturan-Nya," (Ulangan 30:16); sebaliknya pintu-pintu berkat dan keberhasilan akan semakin tertutup sehingga kegagalan demi kegagalan yang akan dituai, apabila hati mereka berpaling dari Tuhan, memberontak kepada-Nya dan memilih untuk sujud menyembah dan beribadah kepada allah lain. Jelas sekali bahwa setiap pilihan (taat atau tidak taat) selalu mengandung konsekuensi.
Seringkali kita lebih memilih berjalan menurut kehendak diri sendiri dan menyenangkan daging kita daripada tunduk kepada pimpinan Roh Kudus, padahal kita tahu persis bahwa setiap ketaatan selalu mendatangkan upah dari Tuhan. Rasul Yohanes menulis: "Perintah-perintah-Nya itu tidak berat, sebab semua yang lahir dari Allah, mengalahkan dunia." (1 Yohanes 5:3b-4), artinya tidak ada alasan bagi kita untuk tidak taat karena Tuhan telah memberikan iman kepada kita. Karena imanlah kita beroleh kekuatan untuk melakukan setiap perintah Tuhan. Tanpa iman dan kasih kepada Tuhan sulit rasanya orang hidup dalam ketaatan.
Taat atau tidak? Pilihan kita hari ini menentukan masa depan kita!
Monday, January 26, 2015
Sunday, January 25, 2015
MENGIKUTI JEJAK KRISTUS: Pelaku Firman
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 25 Januari 2015
Baca: Lukas 6:46-49
"Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?" Lukas 6:46
Hati Tuhan akan disenangkan apabila kita mengasihi Dia lebih dari segala-galanya. Bukti bahwa kita mengasihi Tuhan adalah ketika kita mentaati firman-Nya dengan sepenuh hati. Tertulis: "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku." (Yohanes 14:15). Ketika kita tidak taat berarti kita belum sepenuhnya mengasihi Tuhan. Ketaatan berarti bersedia dan rela mengosongkan diri, mengesempingkan keinginan pribadi dan lebih mengutamakan apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam hidup kita, seperti yang Tuhan Yesus katakan, "...janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Matius 26:39). Inilah yang disebut penyangkalan diri.
Menjadi pengikut Kristus berarti siap untuk melakukan firman Tuhan. Mengapa ketaatan itu penting? Karena ketaatan adalah fondasi yang kuat bagi kehidupan orang percaya. Ketika kita tidak hidup dalam ketaatan, kita akan mudah sekali lemah, goyah dn bahkan roboh ketika diterjang oleh badai kehidupan karena kita membangun hidup kita di atas tanah tanpa fondasi yang kokoh. "...setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya." (Matius 7:26-27). Tetapi ketika kita hidup dalam ketaatan, "ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun." (Lukas 6:48).
Ketaatan adalah kunci memiliki kehidupan Kristen yang berdampak bagi dunia. Sebaliknya ketika kita tidak taat melakukan kehendak Tuhan, dengan kata lain tidak menjadi pelaku firman, kita pun akan kehilangan pengaruhnya, sama seperti garam yang kehilangan rasa asinnya. Oleh karena itu kita harus terus melatih diri dalam hal ketaatan ini, sebab ketaatan tidak terjadi secara instan tapi melalui proses demi proses.
Jadilah pelaku firman, bukan hanya sebagai pendengar; inilah kehendak Tuhan!
Baca: Lukas 6:46-49
"Mengapa kamu berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, padahal kamu tidak melakukan apa yang Aku katakan?" Lukas 6:46
Hati Tuhan akan disenangkan apabila kita mengasihi Dia lebih dari segala-galanya. Bukti bahwa kita mengasihi Tuhan adalah ketika kita mentaati firman-Nya dengan sepenuh hati. Tertulis: "Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku." (Yohanes 14:15). Ketika kita tidak taat berarti kita belum sepenuhnya mengasihi Tuhan. Ketaatan berarti bersedia dan rela mengosongkan diri, mengesempingkan keinginan pribadi dan lebih mengutamakan apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam hidup kita, seperti yang Tuhan Yesus katakan, "...janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Matius 26:39). Inilah yang disebut penyangkalan diri.
Menjadi pengikut Kristus berarti siap untuk melakukan firman Tuhan. Mengapa ketaatan itu penting? Karena ketaatan adalah fondasi yang kuat bagi kehidupan orang percaya. Ketika kita tidak hidup dalam ketaatan, kita akan mudah sekali lemah, goyah dn bahkan roboh ketika diterjang oleh badai kehidupan karena kita membangun hidup kita di atas tanah tanpa fondasi yang kokoh. "...setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya." (Matius 7:26-27). Tetapi ketika kita hidup dalam ketaatan, "ia sama dengan seorang yang mendirikan rumah: Orang itu menggali dalam-dalam dan meletakkan dasarnya di atas batu. Ketika datang air bah dan banjir melanda rumah itu, rumah itu tidak dapat digoyahkan, karena rumah itu kokoh dibangun." (Lukas 6:48).
Ketaatan adalah kunci memiliki kehidupan Kristen yang berdampak bagi dunia. Sebaliknya ketika kita tidak taat melakukan kehendak Tuhan, dengan kata lain tidak menjadi pelaku firman, kita pun akan kehilangan pengaruhnya, sama seperti garam yang kehilangan rasa asinnya. Oleh karena itu kita harus terus melatih diri dalam hal ketaatan ini, sebab ketaatan tidak terjadi secara instan tapi melalui proses demi proses.
Jadilah pelaku firman, bukan hanya sebagai pendengar; inilah kehendak Tuhan!
Subscribe to:
Posts (Atom)