Thursday, January 22, 2015

SURAT KRISTUS: Mempermuliakan Kristus

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 22 Januari 2015

Baca:  Galatia 1:11-24

"berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam aku, supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi,"  Galatia 1:16

Tuhan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya,  "...kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."  (Kisah 1:8).  Kuasa yang dimaksudkan oleh Yesus adalah kuasa yang erat hubungannya dengan tugas setiap orang percaya sebagai saksi-saksi-Nya, yaitu menjadi saksi di Yerusalem, Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi.  Janji itu sudah digenapi-Nya, Roh Kudus dicurahkan di hari Pentakosta.  Bahkan Alkitab menyatakan bahwa Roh Kudus itu tinggal di dalam orang percaya.  "...tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah,"  (1 Korintus 6:19).

     Roh Kudus-lah yang memampukan orang percaya untuk menjadi  'surat Kristus'  di tengah-tengah dunia ini,  "Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban."  (2 Timotius 1:7).  Jadi tidak ada alasan bagi kita untuk takut, malu dan merasa tidak mampu menjalankan tugas yang dipercayakan Tuhan ini.  Rasul Paulus menasihati,  "...janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita"  (1 Timotius 1:8).  Memang kesaksian itu mengandung resiko, karena ada orang yang suka dengan kesaksian kita, tapi juga tidak sedikit orang yang mencela, terlebih-lebih bila kehidupan kita secara nyata tidak menjadi teladan baik bagi orang lain.

     Menjadi  'surat Kristus'  berarti meneladani bagaimana Kristus telah hidup dan mengimpartasikan karakter-Nya secara nyata sehingga keberadaan kita benar-benar menjadi berkat.  Menjadi berkat bukan hanya ketika kita mampu memberi orang lain secara materi semata, namun yang lebih utama adalah melalui sikap dan tindakan kita.

     "Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku,"  (Yohanes 13:35).  Perlu ditegaskan bahwa menjadi  'surat Kristus'  berarti fokus kita adalah mempermuliakan Kristus, bukan mencari hormat dan pujian untuk diri sendiri.  Nama Tuhan Yesus dan karya-karya-Nya yang harus dikedepankan dan diberitakan!

Biarlah hati dan perbuatan kita selalu selaras dengan firman Tuhan, sehingga kapan pun dan di mana pun berada kita menjadi  'surat Kristus'.

Wednesday, January 21, 2015

SURAT KRISTUS: Tidak Menjadi Batu Sandungan

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 21 Januari 2015

Baca:  2 Korintus 6:1-10

"Dalam hal apapun kami tidak memberi sebab orang tersandung, supaya pelayanan kami jangan sampai dicela."  2 Korintus 6:3

Menjadi  'surat Kristus'  berarti kita sedang menyampaikan kesaksian dan menjadi saksi bagi Kristus, dua hal yang tidak dapat dipisahkan.  Sebagai pengikut Kristus, kita adalah saksi Kristus, dan sebagai saksi-Nya kita memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menyampaikan kesaksian, baik itu melalui perkataan dan terlebih penting lagi melalui perbuatan nyata.  Inilah yang sedang dilihat dan dibaca oleh orang lain!

     Ada banyak orang Kristen yang tidak menyadari atau berlagak tidak tahu bahwa dirinya adalah  'surat Kristus'  yang dibaca oleh semua orang, terbukti jelas dari tingkah lakunya yang tidak bisa menjadi teladan bagi orang lain.  Orang-orang dunia pun akhirnya merasa alergi dan antipati ketika mendengar kata  'Kristen'  karena mereka melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana kehidupan orang yang berlabel  'Kristen'  sangat mengecewakan dan sama sekali tidak mencerminkan karakter Kristus.  Akhirnya hal ini menjadi penghalang bagi orang dunia untuk mengenal lebih dalam tentang Kristus, apalagi percaya kepada-Nya.  Mahatma Gandhi, seorang pejuang hak-hak asasi manusia terkenal dunia, sebagai penganut Hindu yang taat juga sangat mengagumi Yesus Kristus dan ajaran-Nya  (Injil).  Di dalam otobiografinya ia bersaksi bahwa sewaktu muda sesungguhnya ia berkeinginan menjadi seorang Kristen karena melihat keteladanan Yesus Kristus.  Ia pun datang menghadiri ibadah di sebuah gereja terdekat dan hendak mengutarakan niatnya untuk dibaptis.  Betapa kecewanya ia karena jemaat di gereja itu memperlakukan dia secara tidak adil.  Tidak seorang pun dari jemaat memberinya tempat duduk, bahkan mereka menyuruh Gandhi untuk pergi ke gereja orang-orang negro saja.  Seketika itu juga Gandi meninggalkan gereja dengan sedih hati dan niatnya untuk menjadi Kristen pun langsung luntur.

     Keinginan Gandi  'bertemu'  Kristus secara pribadi justru di halangi orang Kristen sendiri.  Bukankah masih banyak jemaat Tuhan, bahkan pelayan Tuhan memperlakukan saudara seiman dengan membeda-bedakan status dan memandang muka?

Inikah  'surat Kristus'?  Tindakan yang demikian justru menjadi batu sandungan dan mencoreng nama Tuhan!