Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Januari 2015
Baca: 2 Raja-Raja 2:19-22
"Demikianlah air itu menjadi sehat sampai hari ini sesuai dengan firman yang telah disampaikan Elisa." 2 Raja-Raja 2:22
Perikop dari pembacaan firman kita adalah Elisa menyehatkan air di Yerikho. Penduduk kota Yerikho menyampaikan keluhannya kepada Elisa tentang keberadaan air di kota itu yang keadaannya tidak baik, sehingga "...di negeri ini sering ada keguguran bayi." (2 Raja-Raja 2:19). Atas petunjuk Tuhan, Elisa memerintahkan orang-orang di kota itu untuk mengambil sebuah pinggan baru dan menaruhkan garam ke dalamnya dan kemudian melemparkan garam itu ke mata air di kota itu. Mujizat pun terjadi. "Telah Kusehatkan air ini, maka tidak akan terjadi lagi olehnya kematian atau keguguran bayi." (2 Raja-Raja 2:21). Dalam kasus ini garam memiliki fungsi untuk memurnikan dan mensterilkan air dari racun-racun yang mematikan, sehingga "...air itu menjadi sehat sampai hari ini sesuai dengan firman yang telah disampaikan Elisa." (ayat nas).
Untuk menjadi garam dunia kita pun dituntut memiliki kemurnian hidup. Arti kata kemurnian adalah keadaan murni, keaslian, kesucian. Bagaimana mungkin kita bisa memurnikan orang lain atau menjadi berkat bagi orang lain jika kita sendiri tidak hidup dalam kekudusan dan kesucian? Sebab "Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus." (1 Tesalonika 4:7). Keberadaan kita harus dapat memurnikan dunia yang dipenuhi oleh segala bentuk kecemaran ini. Karena itu kita harus terbebas dari segala jenis kejahatan dan kecemaran terlebih dahulu. Hidup dalam kemurnian berarti menjadi teladan "...dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." (1 Timotius 4:12b).
Air di kota Yerikho itu menjadi sehat oleh karena kuasa firman yang disampaikan Elisa, artinya Tuhan bekerja melalui media garam untuk memurnikan air yang cemar itu. Kehidupan kita pun akan menjadi 'garam' bagi dunia dan mampu menjalankan fungsinya dengan baik apabila kuasa firman Tuhan bekerja di dalam kita. "Bukankah firman-Ku seperti api, demikianlah firman TUHAN dan seperti palu yang menghancurkan bukit batu?" (Yeremia 23:29).
"...hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu," 1 Petrus 1:15
Thursday, January 15, 2015
Wednesday, January 14, 2015
ORANG KRISTEN adalah GARAM DUNIA
Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Januari 2015
Baca: Matius 5:13
"Kamu adalah garam dunia." Matius 5:13
Apa yang Saudara ketahui tentang garam? Garam adalah salah satu kebutuhan dapur utama di tiap-tiap rumah tangga. Kehadiran garam di dapur membuat semua masakan terasa mantap dan sedap. Bila para ibu rumah tangga memasak sayur tanpa garam bisa-bisa akan dimarahi suaminya karena rasa sayur akan terasa hambar. Garam, baru akan memiliki nilai guna apabila memiliki rasa asin. "Garam memang baik, tetapi jika garam juga menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya baik untuk ladang maupun untuk pupuk, dan orang membuangnya saja." (Lukas 14:34-35a).
Manfaat garam selain membuat sesuatu yang tawar menjadi ada rasanya, juga sebagai bahan pengawet makanan, dapat membunuh kuman, mencegah pembusukan dan juga membuat steril. Adapun makanan yang diawetkan dengan garam antara lain telur, ikan, daging, makanan kaleng dan lainnya. Ikan yang diawetkan dengan garam dapat dikonsumsi berbulan-bulan kemudian. Ada beberapa unsur yang terkandung di dalam garam, di antaranya adalah natrium dan klorida. Secara kimia kedua unsur tersebut adalah zat beracun, namun apabila kedua unsur tersebut digabungkan justru menjadi sesuatu yang sangat berguna bagi kehidupan manusia. Cara kerja garam itu perlahan-lahan namun pasti: meleleh, melebur dan akhirnya tidak terlihat lagi wujudnya, yang tinggal hanya rasanya. Jika garam itu tetap mempertahankan wujud asalnya, apakah orang akan mau memakannya? Tentu saja tidak!
Kalimat "Kamu adalah garam dunia." adalah sebuah kalimat penegasan, artinya keberadaan orang percaya sesungguhnya adalah garam dunia. Artinya keberadaan kita di tengah-tengah dunia haruslah dapat memberi rasa bagi dunia yang sedang tawar ini, rasa yang dapat dinikmati dan berguna bagi semua orang. Garam yang tidak asin atau sudah menjadi tawar adalah gambaran dari kehidupan orang Kristen yang tidak bisa menjadi berkat bagi orang-orang di sekitarnya. Untuk menjadi garam dunia dibutuhkan sebuah pengorbanan. Sebagaimana garam itu harus meleleh, melebur dan tidak terlihat lagi wujudnya, kita pun harus rela menanggalkan 'manusia lama' kita: menyalibkan kedagingan kita, dan tidak lagi menjadi orang yang egois.
Tanpa pengorbanan, hidup kita takkan pernah bisa menjadi 'garam' bagi dunia ini!
Baca: Matius 5:13
"Kamu adalah garam dunia." Matius 5:13
Apa yang Saudara ketahui tentang garam? Garam adalah salah satu kebutuhan dapur utama di tiap-tiap rumah tangga. Kehadiran garam di dapur membuat semua masakan terasa mantap dan sedap. Bila para ibu rumah tangga memasak sayur tanpa garam bisa-bisa akan dimarahi suaminya karena rasa sayur akan terasa hambar. Garam, baru akan memiliki nilai guna apabila memiliki rasa asin. "Garam memang baik, tetapi jika garam juga menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya baik untuk ladang maupun untuk pupuk, dan orang membuangnya saja." (Lukas 14:34-35a).
Manfaat garam selain membuat sesuatu yang tawar menjadi ada rasanya, juga sebagai bahan pengawet makanan, dapat membunuh kuman, mencegah pembusukan dan juga membuat steril. Adapun makanan yang diawetkan dengan garam antara lain telur, ikan, daging, makanan kaleng dan lainnya. Ikan yang diawetkan dengan garam dapat dikonsumsi berbulan-bulan kemudian. Ada beberapa unsur yang terkandung di dalam garam, di antaranya adalah natrium dan klorida. Secara kimia kedua unsur tersebut adalah zat beracun, namun apabila kedua unsur tersebut digabungkan justru menjadi sesuatu yang sangat berguna bagi kehidupan manusia. Cara kerja garam itu perlahan-lahan namun pasti: meleleh, melebur dan akhirnya tidak terlihat lagi wujudnya, yang tinggal hanya rasanya. Jika garam itu tetap mempertahankan wujud asalnya, apakah orang akan mau memakannya? Tentu saja tidak!
Kalimat "Kamu adalah garam dunia." adalah sebuah kalimat penegasan, artinya keberadaan orang percaya sesungguhnya adalah garam dunia. Artinya keberadaan kita di tengah-tengah dunia haruslah dapat memberi rasa bagi dunia yang sedang tawar ini, rasa yang dapat dinikmati dan berguna bagi semua orang. Garam yang tidak asin atau sudah menjadi tawar adalah gambaran dari kehidupan orang Kristen yang tidak bisa menjadi berkat bagi orang-orang di sekitarnya. Untuk menjadi garam dunia dibutuhkan sebuah pengorbanan. Sebagaimana garam itu harus meleleh, melebur dan tidak terlihat lagi wujudnya, kita pun harus rela menanggalkan 'manusia lama' kita: menyalibkan kedagingan kita, dan tidak lagi menjadi orang yang egois.
Tanpa pengorbanan, hidup kita takkan pernah bisa menjadi 'garam' bagi dunia ini!
Subscribe to:
Posts (Atom)