Monday, January 5, 2015

ADA PEMELIHARAAN DAN PENGAWASAN

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 5 Januari 2015

Baca:  Ulangan 11:12-32

"suatu negeri yang dipelihara oleh TUHAN, Allahmu: mata TUHAN, Allahmu, tetap mengawasinya dari awal sampai akhir tahun."  Ulangan 11:12

Meski jalan di mana Tuhan hendak menuntun kita tidaklah selalu rata, namun ada kebenaran yang harus selalu kita pegang yaitu ada pemeliharaan Tuhan.  Dikatakan,  "...mendapat air sebanyak hujan yang turun dari langit; suatu negeri yang dipelihara oleh TUHAN, Allahmu:"  (Ulangan 11:11-12).  Jika burung-burung di udara yang tidak menabur saja dipelihara oleh Bapa di sorga, begitu juga dengan bunga bakung dan rumput di ladang, apalagi kita umat-Nya pasti dipelihara Tuhan dengan sempurna, bahkan Alkitab mencatat:  "...rambut kepalamupun terhitung semuanya. Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit."  (Matius 10:30-31).  Inilah bukti bahwa Tuhan sangat mengasihi dan mempedulikan kita.  Bukan hanya itu,  "...mata TUHAN, Allahmu, tetap mengawasinya dari awal sampai akhir tahun."  (Ulangan 11:12), artinya kita senantiasa berada dalam pengawasanNya, Ia menjadi benteng perlindungan kita.  "TUHAN di pihakku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?"  (Mazmur 118:6).

     Sekecil atau sebesar apa pun masalah dan pergumulan kita Tuhan selalu ada dan melihat.  Waktu kita bertekun dan berjerih lelah untuk pekerjaan-Nya Tuhan pun tidak pernah menutup mata, meski manusia seringkali mengabaikan dan meremehkan apa yang kita perbuat.  Ketika bangsa Israel mengalami tekanan dan penderitaan yang hebat di Mesir, Tuhan memperhatikan.  "Sekarang seruan orang Israel telah sampai kepada-Ku; juga telah Kulihat, betapa kerasnya orang Mesir menindas mereka."  (Keluaran 3:9).  Begitu pula ketika Sadrakh, Mesakh dan Abednego menghadapi dapur api yang panasnya tujuh kali lipat dari biasanya,  Tuhan tidak tinggal diam, dan akhirnya kita melihat bahwa  "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,"  (Pengkotbah 3:11).

     Sekarang kita dihadapkan pada dua pilihan hidup:  taat dan mengasihi Tuhan atau hidup menurut kehendak sendiri  (tidak taat).  Jika kita taat melakukan kehendak Tuhan kita akan mengalami pemeliharaan dan pengawasan Tuhan;  sebaliknya jika kita tidak taat kita tidak akan merasakan kehadiran Tuhan dalam hidup ini.

Ketaatanlah yang akan menghantarkan seseorang mencapai Tanah Perjanjian!

Sunday, January 4, 2015

JALAN HIDUP TAK SELALU RATA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Januari 2015

Baca:  Ulangan 11:8-11

"Tetapi negeri, ke mana kamu pergi untuk mendudukinya, ialah negeri yang bergunung-gunung dan berlembah-lembah, yang mendapat air sebanyak hujan yang turun dari langit;"  Ulangan 11:11  

Menikmati Kanaan adalah rancangan Tuhan bagi kehidupan bangsa Israel.  Kanaan adalah negeri yang dijanjikan Tuhan,  "...suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya,"  (Keluaran 3:8).

     Untuk mencapai tanah perjanjian tersebut bukanlah perkara yang mudah, sebab tempat di mana Tuhan menuntun bangsa Israel bukanlah tempat yang jalannya selalu rata dan mulus, tapi ada yang bergunung-gunung dan berlembah-lembah, bahkan ada banyak musuh yang harus ditaklukkan.  Tertulis,  "...bangsa yang diam di negeri itu kuat-kuat dan kota-kotanya berkubu dan sangat besar,"  (Bilangan 13:28), dan orang-orang yang tinggal di sana memiliki perawakan tinggi-tinggi seperti raksasa.  Karena itulah pada waktu menempuh perjalanan menuju Tanah Perjanjian itu banyak di antara umat Israel yang tidak tahan dengan ujian dan tantangan yang ada.  Mereka pun mengeluh, bersungut-sungut, kecewa, marah dan bahkan berani menyalahkan Tuhan.  Akhirnya sebagian dari mereka gagal di tengah jalan dan tidak menikmati Kanaan.

     Bukan hanya bangsa Israel saja yang harus melewati perjalanan yang penuh liku sebelum mencapai Tanah Perjanjian, kita pun terkadang diijinkan Tuhan melewati jalan-jalan yang tidak rata, berkelok-kelok, melewati bukit-bukit, gunung-gunung, lembah-lembah, bahkan jurang yang tajam dan dalam.  Namun  "Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya TUHAN!"  (Mazmur 130:1).  Ya...tetap arahkan pandangan kepada Tuhan dan nanti-nantikanlah pertolongan-Nya.  Janganlah menyerah dan menjadi tawar hati, sebab  "Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu."  (Amsal 24:10).  Elia juga pernah mengalami pergumulan yang teramat berat dalam hidupnya sehingga ia merasa lelah, kesepian, takut dan nyaris saja frustasi, namun Tuhan menolong dan menguatkan dia.  Walaupun jalan yang kita tempuh tidak enak, janganlah menjadi lemah.

"Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah."  Mazmur 16:8