Sunday, January 4, 2015

JALAN HIDUP TAK SELALU RATA

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 4 Januari 2015

Baca:  Ulangan 11:8-11

"Tetapi negeri, ke mana kamu pergi untuk mendudukinya, ialah negeri yang bergunung-gunung dan berlembah-lembah, yang mendapat air sebanyak hujan yang turun dari langit;"  Ulangan 11:11  

Menikmati Kanaan adalah rancangan Tuhan bagi kehidupan bangsa Israel.  Kanaan adalah negeri yang dijanjikan Tuhan,  "...suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya,"  (Keluaran 3:8).

     Untuk mencapai tanah perjanjian tersebut bukanlah perkara yang mudah, sebab tempat di mana Tuhan menuntun bangsa Israel bukanlah tempat yang jalannya selalu rata dan mulus, tapi ada yang bergunung-gunung dan berlembah-lembah, bahkan ada banyak musuh yang harus ditaklukkan.  Tertulis,  "...bangsa yang diam di negeri itu kuat-kuat dan kota-kotanya berkubu dan sangat besar,"  (Bilangan 13:28), dan orang-orang yang tinggal di sana memiliki perawakan tinggi-tinggi seperti raksasa.  Karena itulah pada waktu menempuh perjalanan menuju Tanah Perjanjian itu banyak di antara umat Israel yang tidak tahan dengan ujian dan tantangan yang ada.  Mereka pun mengeluh, bersungut-sungut, kecewa, marah dan bahkan berani menyalahkan Tuhan.  Akhirnya sebagian dari mereka gagal di tengah jalan dan tidak menikmati Kanaan.

     Bukan hanya bangsa Israel saja yang harus melewati perjalanan yang penuh liku sebelum mencapai Tanah Perjanjian, kita pun terkadang diijinkan Tuhan melewati jalan-jalan yang tidak rata, berkelok-kelok, melewati bukit-bukit, gunung-gunung, lembah-lembah, bahkan jurang yang tajam dan dalam.  Namun  "Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya TUHAN!"  (Mazmur 130:1).  Ya...tetap arahkan pandangan kepada Tuhan dan nanti-nantikanlah pertolongan-Nya.  Janganlah menyerah dan menjadi tawar hati, sebab  "Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu."  (Amsal 24:10).  Elia juga pernah mengalami pergumulan yang teramat berat dalam hidupnya sehingga ia merasa lelah, kesepian, takut dan nyaris saja frustasi, namun Tuhan menolong dan menguatkan dia.  Walaupun jalan yang kita tempuh tidak enak, janganlah menjadi lemah.

"Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah."  Mazmur 16:8

Saturday, January 3, 2015

"KAIROS"

Disadur dari Renungan Harian Air Hidup, edisi 3 Januari 2015

Baca:  Pengkotbah 9:10-12

"Karena manusia tidak mengetahui waktunya."  Pengkotbah 9:12a

Dalam menjalani hidup ini umumnya kita cenderung berjalan dengan kekuatan sendiri dan memandang segala sesuatu dari sudut pandang mata jasmaniah, akibatnya kita seringkali jatuh dan menuai kegagalan, sebab cara pandang kita akan berdampak pada tindakan-tindakan kita.

     Kalau kita menatap hari-hari yang kita jalani ini sebagai sesuatu yang sangat keras dan sukar, maka kita akan merasakan betapa berat beban hidup ini, sehingga kita pun akan melangkah dengan gontai, tanpa semangat dan penuh keluh kesah.  Gontai berarti terhuyung-huyung dan lemah.  Dikatakan,  "Orang yang bersemangat dapat menanggung penderitaannya, tetapi siapa akan memulihkan semangat yang patah?"  (Amsal 18:14).  Tapi kalau kita melihat hidup ini dengan kacamata iman, kita akan memaknai hidup sebagai suatu kesempatan yang diberikan Tuhan bagi kita.  Jika menyadari bahwa hidup ini adalah kesempatan, maka kita akan menjalani hidup ini dengan penuh semangat.  Karena itu kita tidak akan membiarkan waktu berlalu begitu saja, sebaliknya kita akan mengisi waktu tersebut dengan perkara-perkara yang positif dan melakukan segala sesuatunya sebaik mungkin, sebagaimana yang dinasihatkan rasul Paulus kepada jemaat di Kolose,  "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia."  (Kolose 3:23).

     Kesempatan tidak datang dua kali!  Terbukti ada banyak orang yang menyesal bukan main saat kesempatan yang diberikan itu tidak dipergunakan.  Akhirnya yang ada hanyalah penyesalan tiada guna.  Inilah yang disebut kairos, yaitu suatu periode tertentu, yang kalau sudah lewat tidak akan kembali lagi;  inilah kesempatan emas, yang tidak datang dua kali.  Penting bagi kita untuk peka memperhatikan kapan waktu Tuhan membuka pintu dan menutup pintu  (kesempatan), sebab  "...apabila Ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila Ia menutup, tidak ada yang dapat membuka."  (Wahyu 3:7).  Saat ini masih banyak orang tidak mau menggunakan kesempatan yang diberikan untuk melakukan yang terbaik bagi Tuhan, sebaliknya mereka lebih memilih menikmati kesenangan duniawi dan mengabaikan kehadiran-Nya.

"Waktu untuk bertindak telah tiba bagi Tuhan;"  Mazmur 119:126